Muawiyah bin Abu Sufyan (11) : Perselisihan Dengan Khalifah Ali radhiyallahu ‘anhu

Penyebab Perselisihan Antara Khalifah Ali dan Gubernur Muawiyah

Khalifah Ali bin Abu Thalib memulai kepemimpinannya di masa-masa penuh konflik dan kekacauan. Pikirannya pun tak tenang menghadapi tuntutan qishash terhadap pembunuh Utsman. Tidak diragukan lagi, qishash ini wajib ditegakkan.

Dan tidak diragukan lagi, Ali pun berkeinginan untuk menegakkannya. Tapi tidak sesederhana itu masalahnya.

Baca lebih lanjut

Muawiyah bin Abu Sufyan (10) : Di Masa Khulafa Ar Rasyidin

Di Zaman Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq

Periode pemerintahan Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq berlangsung singkat, hanya selama dua tahun lebih. Ia mampu mengamankan negara Islam dari perpecahan dan kehancuran, baik di kalangan sahabat mengenai persoalan pengganti Nabi maupun tekanan-tekanan dari luar.

Zaman Abu Bakar adalah zaman kritis di mana benih kemurtadan mulai merebak. Abu Bakar bertindak tegas dengan memerangi mereka. Muawiyah ikut salah satu pertempuran itu, yakni Perang Yamamah, perang melawan Musailamah si nabi palsu.

Baca lebih lanjut

10 Sahabat Yang Di Jamin Masuk Surga

Sepuluh orang yang dijamin masuk surga adalah para sahabat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdurrahman bin ‘Auf ia berkata: Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِي الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِي الْجَنَّةِ رواه الترمذي 3680

Abu Bakr di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa’d di surga, Sa’id di surga, Abu ‘Ubaidah bin Jarrah di surga”. (HR, Tirmidzi: 3680).

Baca lebih lanjut

Khalifah Utsman bin Affan (11) : Peristiwa Setelah Wafatnya Utsman bin Affan

Semakin hari, pengepungan terhadap Amirul Mukminin Utsman bin Affan pun semakin ketat. Sejumlah sahabat dan putra-putra terbaik mereka berdatangan untuk membela pemimpin mereka. Namun Utsman memerintahkan mereka untuk pulang.

Abdullah bin Amir bin Rabi’ah berkata, “Aku bersama Utsman di dalam rumahnya”. Ia berkata, ‘Tegaskan pada mereka yang masih menaatiku untuk menahan diri dan meletakkan senjata mereka’. Baca lebih lanjut

Utsman bin Affan, Khalifah yang Terdzalimi

Beliau adalah Abu Abdillah Utsman bin Affan bin al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kakek keempat yaitu Abdu Manaf, di masa jahiliah beliau dipanggil Abu Amr namun tatkala dari istri beliau yaitu Ruqayyah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terlahir seorang laki-laki yang diberi nama Abdullah lalu beliau berganti menjadi Abu Abdillah, dan beliau masyhur dengan julukan dzun nurain (pemilik dua cahaya).

Di masa jahiliyah Utsman bin Affan adalah seorang yang terpandang dan dimuliakan oleh kaumnya. Beliau dikenal sebagai seorang yang sangat pemalu, hartawan, dan pemilik petuah yang didengar. Baca lebih lanjut

Peristiwa Wafatnya Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu

Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- menangis mengingat wafatnya Utsman bin ‘Affan -radhiyallahu’anhu-[1] Terbayang di hadapannya apa yang diperbuat bughat [2] terhadap khalifah. Sebuah tragedi tercatat dalam lembaran tarikh Islam; menorehkan peristiwa kelabu atas umat ummiyah.

Dengan keji, pembunuh-pembunuh itu menumpahkan darah. Tangan menantu Rasulullah ditebas, padahal jari-jemari itulah yang dahulu dipercaya Rasul shalallahu alaihi wasalam mencatat wahyu Allah. Darah pun mengalir membasahi Thaybah.[3]. Baca lebih lanjut

Khalifah Utsman bin Affan (10) : Terbunuhnya Sang Khalifah

Apa yang disampaikan Hudzaifah bin al-Yaman kepada Umar menunjukkan bahwa para sahabat tahu dengan syahidnya Umar terbukalah pintu fitnah. Karena itulah, Amirul Mukminin Utsman bin Affan cenderung mengambil sikap toleran kepada orang-orang yang menyelisihinya. Banyak mengiyakan orang-orang yang mengadukan pemimpin daerah mereka.

Bahkan saat pemberontak mulai mengincar dirinya. Ingin memakzulkannya dari pucuk pimpinan negara Islam, Utsman berkata kepada mereka, “Demi Allah, sesungguhnya lingkaran fitnah itu sesuatu yang tak berujung. Beruntunglah Utsman jika dia mati dalam keadaan tidak menggerakkannya. Menghalangi manusia, memberikan hak-hak mereka, dan memaafkan mereka. Dan apabila Anda adalah orang yang menjaga hak-hak Allah, janganlah Anda turut mengobarkan fitnah itu.” (ath-Thabari: Tarikh al-Umam wa al-Muluk, 2/471). Baca lebih lanjut

Khalifah Utsman bin Affan (9) : Sikap Beliau Menghadapi Fitnah adalah Wasiat Kenabian

Wafatnya Umar bin Al-Khaththab [1] adalah awal kemunculan fitnah. Umar z adalah pintu yang menutup fitnah. Begitu pintu dipatahkan, gelombang fitnah akan terus menimpa umat ini, sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Hudzaifah bin Al-Yaman z dalam Shahihain.[2].

Pernahkah terbayang bahwa Utsman akan dibunuh dalam keadaan terzalimi? Mungkin kita tidak membayangkannya. Tetapi demi Allah, Utsman bin Affan telah mengetahui dirinya akan terbunuh, dengan kabar yang diperolehnya dari kekasih Allah, Muhammad bin Abdillah shalallahu alaihi wasallam. Baca lebih lanjut

Khalifah Utsman bin Affan (8) : Terbukalah Pintu Fitnah Di Masa Beliau

Munculnya fitnah pada zaman Sahabat Radhiyallahu anhu terjadi setelah terbunuhnya Amirul Mukminin ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu, masa sebelum wafat beliau ibarat sebuah pintu yang terkunci dari berbagai fitnah.

Ketika beliau Radhiyallahu anhu terbunuh, muncullah berbagai fitnah yang besar, dan muncullah orang-orang yang berseru kepadanya (fitnah) dari kalangan orang yang belum tertanam keimanan dalam hatinya, dan dari kalangan orang-orang munafik yang sebelumnya menampakkan kebaikan di hadapan manusia, padahal mereka menyembunyikan kejelekan dan makar terhadap agama ini. Baca lebih lanjut

Khalifah Utsman bin Affan (7) : Perluasan Wilayah Islam Di Masa Kepemimpinnya

Di antara para khulafaur rasyidin, nama Utsman bin Affan radhiyallahu anhu dikenal sebagai pribadi yang lembut, bijaksana, dan berpendirian teguh. Meneruskan kepemimpinan Umar bin Khaththab radhiyallahu’ahu, Khalifah Utsman juga berupaya memperluas wilayah hingga ke luar Jazirah Arab.

Ekspansi Militer

Selama pemerintahannya, Utsman bin Affan terus mengembangkan perluasan daerah dengan mengirimkan beberapa kelompok tentara muslim ke berbagai tempat di sekitar daerah yang dikuasai sebelumnya, bahkan para panglima perang atau komandan pasukan diberikan kebebasan untuk bertanggung jawab memimpin pasukan. Baca lebih lanjut