Teladan Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu

Ali bin Abi Thalib, semoga ridha Allah senantiasa menyertainya, khalifah Ar Rasyidin yang keempat. Sepupu sekaligus menantu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Pembawa panji kehormatan dari Nabi pada saat perang Khaibar. Satu dari sepuluh sahabat yang mendapat jaminan masuk surga dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.

Bahkan Nabi shallallahu’alaihi wasallam pernah bersabda tentang dirinya,

أنت مني بمنزلة هارون من موسى إلا أنه لا نبي بعدي

Kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa. Hanya tidak ada nabi setelahku” (HR. Muslim no. 4418). Baca lebih lanjut

Khalifah Ali bin Abu Thalib (4) : Kisah Pernikahan Beliau dengan Fatimah binti Rasulullah

Fatimah -radhiyallahu’anha- adalah putri termuda Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam dan bagian dari beliau dari ibu yang mulia wanita shalihah Khadijah binti Khuwailid, bersuamikan Ali bin Abu Thalib yang menikahinya dalam rentang waktu antara perang Badar dan Uhud tepatnya di bulan Ramadhan tahun kedua hijriyah, seorang pahlawan mujahid sepupu Rasulullah, orang pertama yang masuk Islam dari kalangan pemuda, seorang laki-laki yang menyintai Allah dan rasulNya dan dicintai oleh Allah dan rasulNya, Allah memberi kemenangan melaluinya, Amirul Mukminin salah seorang khulafa rasyidin yang dijamin surga oleh mertuanya.

Inilah sebagian dari keutamaan suami pilihan Fatimah putri Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam yang menjadi acuan baginya dalam memilihnya menjadi suaminya. Baca lebih lanjut

Khalifah Ali bin Abu Thalib (3) : Nasab & Keluarga Beliau radhiyallahu’anhu

Kaum muslimin yang semoga senantiasa dirahmati Allah Ta’ala, para sahabat Nabi merupakan generasi terbaik dari umat ini. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Allah Ta’ala telah memilih mereka untuk mendampingi dan membantu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menegakkan agama-Nya. Orang-orang pilihan Allah ini, tentunya memiliki kedudukan istimewa dibandingkan manusia yang lain karena Allah Ta’ala tidak mungkin keliru memilih mereka. Baca lebih lanjut

Khalifah Ali bin Abu Thalib (2) : Keutamaan Ali bin Abu Thalib radhiyallahu’anhu

Imam Ali bin Abi Thalib adalah khalifah rasyid yang keempat. Keutamaan dan keistimewaannya adalah sesuatu yang tidak diragukan lagi kecuali oleh orang-orang Khawarij (Ibnu Muljam dan komplotannya) yang lancang memerangi bahkan menumpahkan darahnya.

Berbeda dengan tiga khalifah sebelumnya, dimana sebagian orang terjebak dalam kesalahan dengan merendahkan kedudukan mereka, Ali bin Abi Thalib sebaliknya, orang-orang terjebak dalam kekeliruan, penyimpangan dan kesesatan bahkan kekufuran karena berlebih-lebihan dalam mengagungkannya. Sebagaimana Abdullah bin Saba dan orang-orang yang mengikutinya. Baca lebih lanjut

Khalifah Ali bin Abu Thalib (1) : Biografi Beliau radhiyallahu’anhu

Kaum muslimin yang semoga senantiasa dirahmati Allah Ta’ala, para sahabat Nabi merupakan generasi terbaik dari umat ini. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Allah Ta’ala telah memilih mereka untuk mendampingi dan membantu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menegakkan agama-Nya. Orang-orang pilihan Allah ini, tentunya memiliki kedudukan istimewa dibandingkan manusia yang lain karena Allah Ta’ala tidak mungkin keliru memilih mereka. Baca lebih lanjut

Biografi Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’ahu

Nama dan Nasab Beliau

Nama Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib bin Hasyim. Abu Thalib adalah saudara kandung Abdullah bin Abdul Muththalib, ayah baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jadi Ali bin Abi Thalib adalah saudara sepupu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau dijuluki Abul Hasan dan Abu Turab.

Semenjak kecil beliau hidup diasuh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena ayahnya terlalu banyak beban dan tugas yang sangat banyak dan juga banyak keluarga yang harus dinafkahi, sedangkan Abu Thalib hanya memiliki sedikit harta semenjak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masih anak-anak. Baca lebih lanjut

Khalifah Utsman bin Affan (11) : Peristiwa Setelah Wafatnya Utsman bin Affan

Semakin hari, pengepungan terhadap Amirul Mukminin Utsman bin Affan pun semakin ketat. Sejumlah sahabat dan putra-putra terbaik mereka berdatangan untuk membela pemimpin mereka. Namun Utsman memerintahkan mereka untuk pulang.

Abdullah bin Amir bin Rabi’ah berkata, “Aku bersama Utsman di dalam rumahnya”. Ia berkata, ‘Tegaskan pada mereka yang masih menaatiku untuk menahan diri dan meletakkan senjata mereka’. Baca lebih lanjut

Peristiwa Wafatnya Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu

Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- menangis mengingat wafatnya Utsman bin ‘Affan -radhiyallahu’anhu-[1] Terbayang di hadapannya apa yang diperbuat bughat [2] terhadap khalifah. Sebuah tragedi tercatat dalam lembaran tarikh Islam; menorehkan peristiwa kelabu atas umat ummiyah.

Dengan keji, pembunuh-pembunuh itu menumpahkan darah. Tangan menantu Rasulullah ditebas, padahal jari-jemari itulah yang dahulu dipercaya Rasul shalallahu alaihi wasalam mencatat wahyu Allah. Darah pun mengalir membasahi Thaybah.[3]. Baca lebih lanjut

Khalifah Utsman bin Affan (10) : Terbunuhnya Sang Khalifah

Apa yang disampaikan Hudzaifah bin al-Yaman kepada Umar menunjukkan bahwa para sahabat tahu dengan syahidnya Umar terbukalah pintu fitnah. Karena itulah, Amirul Mukminin Utsman bin Affan cenderung mengambil sikap toleran kepada orang-orang yang menyelisihinya. Banyak mengiyakan orang-orang yang mengadukan pemimpin daerah mereka.

Bahkan saat pemberontak mulai mengincar dirinya. Ingin memakzulkannya dari pucuk pimpinan negara Islam, Utsman berkata kepada mereka, “Demi Allah, sesungguhnya lingkaran fitnah itu sesuatu yang tak berujung. Beruntunglah Utsman jika dia mati dalam keadaan tidak menggerakkannya. Menghalangi manusia, memberikan hak-hak mereka, dan memaafkan mereka. Dan apabila Anda adalah orang yang menjaga hak-hak Allah, janganlah Anda turut mengobarkan fitnah itu.” (ath-Thabari: Tarikh al-Umam wa al-Muluk, 2/471). Baca lebih lanjut

Khalifah Utsman bin Affan (9) : Sikap Beliau Menghadapi Fitnah adalah Wasiat Kenabian

Wafatnya Umar bin Al-Khaththab [1] adalah awal kemunculan fitnah. Umar z adalah pintu yang menutup fitnah. Begitu pintu dipatahkan, gelombang fitnah akan terus menimpa umat ini, sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Hudzaifah bin Al-Yaman z dalam Shahihain.[2].

Pernahkah terbayang bahwa Utsman akan dibunuh dalam keadaan terzalimi? Mungkin kita tidak membayangkannya. Tetapi demi Allah, Utsman bin Affan telah mengetahui dirinya akan terbunuh, dengan kabar yang diperolehnya dari kekasih Allah, Muhammad bin Abdillah shalallahu alaihi wasallam. Baca lebih lanjut