Kisah Ribi’ bin Amir radhiyallahu anhu Dengan Raja Persia

Sebelum terjadi peperangan Qadisiyah antara tentara Muslimin pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu dengan tentara Persia pimpinan Rustam, Sa’ad terlebih dulu mengirim utusan kepada Rustam beberapa kali.

Di antara utusan tersebut adalah Rib’i bin ‘Amir Ats-Tsaqafi radhiyallahu ‘anhu.

Baca lebih lanjut

10 Sahabat Yang Di Jamin Masuk Surga

Sepuluh orang yang dijamin masuk surga adalah para sahabat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdurrahman bin ‘Auf ia berkata: Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِي الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِي الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِي الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِي الْجَنَّةِ رواه الترمذي 3680

Abu Bakr di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa’d di surga, Sa’id di surga, Abu ‘Ubaidah bin Jarrah di surga”. (HR, Tirmidzi: 3680).

Baca lebih lanjut

Mengenal Sa’ad bin Abi Waqqash, Pemilik Doa Mustajab

Saad bin Abi Waqqash adalah salah seorang sahabat yang paling pertama memeluk Islam. Hanya beberapa orang sahabat saja yang mendahuluinya. Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah  radhiallahu ‘anhu ajma’in merekala orangnya.

Laki-laki Quraisy ini mengucapkan dua kalimat syahadat ketika berusia 27 tahun. Di masa kemudian, ia menjadi tokoh utama di kalangan sahabat. Dan termasuk 10 orang yang diberi kabar gembira sebagai penghuni surga.

Baca lebih lanjut

Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu

“Aku adalah orang ketiga yang paling dulu masuk Islam, dan aku adalah orang yang pertama kali memanah musuh di jalan Allah”. Demikianlah Sa’ad bin Abi Waqqash memperkenalkan dirinya. Dia adalah orang ketiga yang paling dulu masuk Islam, dan orang pertama yang memanah musuh di jalan Allah.

Sa’ad bin Abi Waqqash bin Wuhaib bin ‘Abdi Manaf  hidup di Bani Zuhrah, yang merupakan paman-paman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari pihak ibu.

Baca lebih lanjut

Futuhat Islamiyah Di Zaman Umar bin Khattab (6) : Perang Jalula & Penaklukan Ahwaz

Pertempuran Jalula

Sisa-sisa pasukan Persia yang ikut bersama Yazerdgerd III telah tiba di Jalula, sebuah kota perbukitan di sebelah utara Iran. Yazerdgerd lalu menghimpun orang-orang Persia untuk menghadapi pasukan Islam. Ia menunjuk Mehran sebagai panglima, sementara itu ia melanjutkan perjalanan menuju Hulwan di sebelah timur Jalula.

Kabar persiapan pasukan Persia ini terdengar oleh Sa’ad bin Abi Waqqash. Ia lalu melaporkannya kepada Umar di Madinah. Umar memerintahkan Sa’ad untuk mempersiapkan pasukan dan bergerak ke Jalula. Sa’ad menunjuk Hasyim bin Utbah bersama Qa’qa ibn Amr untuk mengepalai pasukan. Mereka bergerak ke Jalula dan mengepungnya. Saat itu Persia rupanya telah menggali parit-parit yang lebar dan dalam. Hasyim bin Utbah meminta balabantuan dari Ctesiphon, sementara Persia mendatangkan bantuan dari Hulwan. Pengepungan berlangsung lama: 2 bulan! Baca lebih lanjut

Futuhat Islamiyah Di Zaman Umar bin Khattab (5) : Penaklukan Ibu Kota Babilonia

Menaklukkan Babil dan Ctesiphon (Mada’in)

Umar memerintahkan pasukan Islam yang telah memenangkan pertempuran di Qasisiyah untuk mengejar sisa-sia pasukan Persia yang melarikan diri ke arah timur; sebagian mereka bertahan di kota kecil Babil, dan sebagian lainnya lari hingga ke Ctesiphon (Mada’in), ibu kota kekaisaran Persia di seberang sungai Tigris.

Sa’ad bin Abi Waqqash bergerak ke Babil[1]. Disana pasukan Persia telah membuat parit-parit pertahanan untuk menghadapi pasukan Islam. Sa’ad kemudian mengatur siasat perang. Ia memerintahkan pasukan untuk menggali saluran air dari sungai Eufrat yang diarahkan ke parit tempat bertahannya pasukan Persia. Baca lebih lanjut

Amirul Mukminin Umar bin Khattab (19) : Syahidnya Sang Khalifah

Tidak ada lagi Kisra di Persia. Tidak ada lagi istana putih yang megah berdiri angkuh. Tidak ada lagi Rustum, tidak ada lagi Yazdajird. Berhala api di kuil-kuil pemujaan padam. Masjid-masjid mulai didirikan, lalu berkumandanglah azan di seluruh negeri Persia itu.

Akan tetapi, lelatu api dendam itu ternyata tidak padam, bahkan tak pernah padam.

Sampai hari ini, sampai detik ini. Di balik hati gelap seorang budak api, budak yang seharusnya menjadi mulia karena dipelihara oleh orang-orang yang terhormat, agar menjadi orang yang mulia karena mendengar Kalam Ilahi setiap waktu. Namun, dia lebih memilih kehinaan dalam dendam kesumat keruntuhan bangsanya. Baca lebih lanjut

Amirul Mukminin Umar bin Khattab (18) : Kemenangan Dalam Perang Jalula & Runtuhnya Dinasti Persia

Peristiwa ini terjadi setelah perang Qadisiyah dan jatuhnya Madain. Kisra Yazdajird melarikan diri dari Madain menuju Hulwan. Selama dalam pelarian menuju Hulwan, dia melakukan konsolidasi dengan tentara dan pengikutnya yang ada di setiap wilayah yang dilewatinya. Akhirnya, terbentuklah satu pasukan besar, maka dia pun menunjuk Mihran sebagai panglima pasukan besar ini. Kisra terus melanjutkan perjalanannya menuju Hulwan setelah meninggalkan banyak harta untuk membiayai pasukan itu.

Pasukan besar itu bermarkas di Jalula. Mereka mulai menggali parit besar di sekeliling mereka sebagai pertahanan dan berdiam di tempat itu dengan bekal dan peralatan yang sangat memadai. Baca lebih lanjut

Amirul Mukminin Umar bin Khattab (17) : Perang Jalula

Jatuhnya al-Madain bulan Shafar tahun 16 H, telah meruntuhkan mental bangsa Persia. Lebih-lebih lagi ketika mengetahui bahwa kaum muslimin berhasil memasuki wilayah al-Madain setelah menyeberangi sungai Dajlah (Tigris) dengan selamat, tanpa alat penyeberangan seperti rakit, perahu, atau jembatan. Sebab, semua sarana untuk menyeberang sudah dimusnahkan oleh tentara-tentara Persia itu agar kaum muslimin tidak sampai menyerbu ke dalam ibu kota negara.

Akan tetapi, Allah Mahakuasa. Kehendak-Nya jua yang berlaku. Apa saja yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan semua yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan pernah terjadi. Baca lebih lanjut

Amirul Mukminin Umar bin Khattab (16) : Kemenangan Dalam Perang Qadisiyah

Dengan taufik dan pertolongan Allah ‘azza wa jalla, pertempuran akhirnya berhenti. Siapa yang menang dan yang kalah telah jelas. Sebuah kemenangan gemilang bagi kaum muslimin, dan kekalahan memalukan bagi musuh-musuh Allah ‘azza wa jalla.

Perang Qadisiyah benar-benar sebuah pertempuran yang dahsyat. Tiga hari pertama, pasukan Persia sanggup bertahan menghadang serangan kaum muslimin, bahkan sempat membuat kaum muslimin kewalahan dengan bantuan pasukan gajah mereka. Baca lebih lanjut