Muawiyah bin Abu Sufyan (11) : Perselisihan Dengan Khalifah Ali radhiyallahu ‘anhu


Penyebab Perselisihan Antara Khalifah Ali dan Gubernur Muawiyah

Khalifah Ali bin Abu Thalib memulai kepemimpinannya di masa-masa penuh konflik dan kekacauan. Pikirannya pun tak tenang menghadapi tuntutan qishash terhadap pembunuh Utsman. Tidak diragukan lagi, qishash ini wajib ditegakkan.

Dan tidak diragukan lagi, Ali pun berkeinginan untuk menegakkannya. Tapi tidak sesederhana itu masalahnya.

Para pemberontak ini tengah mendominasi Madinah. Kalau seandainya ia memaksa untuk menegakkan hukuman sekarang juga, pasti para pemberontak akan melawan. Mereka bukan orang-orang yang bertakwa. Pasti mereka tak segan membunuhi penduduk Madinah dan merampas harta-harta mereka. Inilah alasan mengapa Ali menunda penegakan hukum.

Ali menginginkan agar kondisi Madinah tenang terlebih dahulu. Para pemberontak telah terpisah menuju daerah asal mereka masing-masing. Para pembunuh teridentifikasi secara pasti. Kemudian barulah qishahs ditegakkan.

Asy-Sya’bi mengatakan, “Setelah terbunuhnya Utsman, Aisyah berangkat menuju Madinah dari Mekah. Ia berjumpa dengan seseorang kerabatnya. Aisyah bertanya, “Apa yang terjadi di Madinah”? Ia menjawab, “Utsman terbunuh. Dan orang-orang sepakat mengangkat Ali. Kondisi di sana kacau.” (Ibnul Atsir: al-Kamil, 3/107).

Meskipun banyak sahabat yang mendukung Ali, tapi saat itu ada dua kelompok sahabat lainnya yang memiliki pandangan berbeda. Ada yang berpendapat qishash terhadap pembunuh Utsman harus segera ditegakkan.

Inilah pendapatnya Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha, Thalhah bin Ubaidillah, dan az-Zubair bin al-Awwam radhiallahu ‘anhum. Mereka semua sama seperti Ali. Mereka adalah tokoh utama para sahabat. Dan orang-orang yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kelompok lainnya adalah kelompok sahabat sekaligus keluarga Utsman bin Affan. Semisal Muawiyah bin Abu Sufyan radhiallahu ‘anhu.

Ali mengirim seorang utusan kepada Gubernur Syam, Muawiyah. Ia meminta agar Muawiyah dan penduduk Syam membaiatnya. Tapi, Muawiyah berpandangan -sebagai kerabat Utsman- ia meminta agar penegakan hukum qishash dilakukan terlebih dahulu. Baru ia berbaiat. Atau Ali membiarkan Muawiyah dan penduduk Syam menumpas pembunuh Utsman.

Setelah itu, barulah Muawiyah dan penduduk Syam akan berbaiat kepada Ali. Tentu ini melampaui tugas khalifah.

Sehingga Ali menolak usulan Muawiyah. Bahkan Ali memandang sikap Muawiyah ini sebagai bentuk pembangkangan.

Ali pun mau mencopot Muawiyah dari kepemimpinan wilayah Syam. Ia mengirim Sahl bin Hunaif sebagai gubernur yang baru. Tapi, penduduk Syam sangat mencintai Muawiyah. Ia seorang pemimpin yang adil dan lembut terhadap rakyatnya. Mereka menolak kedatangan Sahl bin Hunaif radhiallahu ‘anhu.

Sebelumnya, setelah terjadinya pembunuhan terhadap khalifah Utsman, para sahabat sepakat untuk menghukum qishash pelaku pembunuhan Utsman. Namun, mereka terbagi tiga kelompok tentang hal ini :

Pertama, mereka harus diqishash secepatnya sebelum baiat kepada Ali. Inilah pendapat Muawiyah dan pendukungnya. Muawiyah berpendapat jika qishash ditunda, pembunuhnya akan berbaur di kehidupan sehari-hari kaum Muslimin dan mereka akan sulit dilacak.

Lagipula, Muawiyah adalah wali Utsman dan di antara saudara-saudara Utsman yang lain, Muawiyah lah yang kekuatannya paling besar.

Kedua, mereka harus diqishash tetapi setelah Ali bisa mengendalikan keadaan sehingga tenteram kembali. Jika qishash dilaksanakan sekarang juga, maka akan berakibat keadaan makin kacau. Para perusuh akan melipatgandakan tekanannya kepada kekhalifahan. Ini adalah pendapat Ali dan pendukungnya. Mayoritas sahabat Nabi menjadi pendukung Ali.

Ketiga, uzlah (mengasingkan diri). Ada sahabat-sahabat Nabi yang tidak mau terlibat dalam permasalahan ini dan mereka pun pindah dari pusat konflik.

Mereka tidak mau berperang dengan saudara sesama mukmin. Mereka adalah Abdullah bin Umar, Saad bin Abi Waqqash, dan lainnya.

Inti dari permasalahan Ali – Muawiyah adalah perbedaan cara qishash ini.

Muawiyah sendiri tidak mengklaim bahwa dirinya khalifah umat Islam dan tidak berniat merebut kekhalifahan. Hanyasaja ia dan penduduk Syam tidak mau baiat (sumpah setia) kepada Ali karena permasalahan terbunuhnya Utsman tersebut.

Menurut mayoritas ulama, dalam persoalan rumit itu yang lebih mendekati kebenaran adalah pendapat Ali karena bagaimanapun juga perdamaian negara lebih diutamakan.

Muawiyah pernah ditanya, “Apakah kau penentang Ali?”

Muawiyah menjawab, “Tidak demi Allah. Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui bahwa dia lebih utama dariku dan lebih berhak memegang khilafah dariku. Akan tetapi, sebagaimana yang kalian ketahui bahwa Utsman dibunuh dalam keadaan teraniaya dan aku, sepupu Utsman, akan menuntut darahnya.

Datanglah kepada Ali dan katakan, ‘serahkan para pembunuh Utsman kepadaku dan aku akan tunduk kepadanya”.

Orang-orang segera menemui Ali dan mengatakan perkataan Muawiyah, tetapi Ali tidak mengabulkannya.

Masyarakat Madinah Berusaha Menenangkan Khalifah

Ketika penduduk Madinah mengetahui bagaimana ketegangan hubungan antara Khalifah Ali dengan Gubernur Muawiyah, mereka takut akan terjadi pertumpahan darah lebih lanjut. Muncul pertanyaan dari penduduk Madinah, apakah khalifah akan melawannya atau memilih untuk mendiamkan Gubernur Muawiyah?

Ali Kemudian masyarakat Madinah mengirim Ziyad bin Hanzalah at-Tamimi kepada Khalifah Ali untuk menyelidiki Muawiyah bin Abu Sufyan. Ketika menjumpai Khalifah, setelah duduk bersama selama sejam, Ali justru menyuruh Ziyad untuk bersiap. “Bersiap untuk apa?” tanya Ziyad. Khalifah Ali menjawab untuk berangkat ke Syam (menyerang). 

Ziyad memberi saran agar Khalifah Ali menunda niatannya dan menggunakan cara negosiasi dan politik untuk menagih baiat Muawiyah bin Abu Sufyan. Tapi Ali menolak sembari mengatakan bahwa pemberontak harus dihukum.

Thalhah dan az-Zubair yang memahami situasi yang genting ini, bertanya kepada Ali apakah mereka diizinkan untuk pergi menjalankan ibadah umrah. Maka Ali mengizinkan mereka untuk pergi tanpa pertimbangan seperti sebelumnya, dan mereka berangkat ke Mekkah. 

Sebelumnya, Ali tidak mengizinkan Thalhah dan az Zubair untuk keluar meninggalkan Madinah. Mengingat situasi yang belum kondusif dan juga keduanya adalah tokoh berpengaruh yang mungkin saja menimbulkan faksi baru dalam pemerintah. Maka kemudian Khalifah Ali membuat pengumuman kepada seluruh penduduk Madinah untuk bersiap-siap menyerang Syam.

Terlebih, Ali juga menulis surat kepada Utsman bin Hunaif di Basrah, Abu Musa di Kufah dan Qais bin Saad di Mesir untuk membuat persiapan militer dan suplai dari masing-masing provinsi kemudian mengirimkannya ke Madinah.

Ancaman Baru, Batal Menyerang Syam

Ketika sebagian besar masyarakat Madinah telah bersiap, Ali menunjuk Qutham bin Abbas untuk memegang kendali selama ditinggal berperang. Ali memanggil anaknya Muhammad bin al-Hanafiyyah dan menunjuknya untuk menjadi pembawa panji pasukan. 

Abdullah bin Abbas ditunjuk untuk memimpin pasukan pada sayap kanan, Amr bin Salamah memimpin sayap kiri, dan Abu Laila bin al Jarrah memimpin garda depan. Khalifah juga meminta para gubernurnya tadi untuk mengirim personil tambahan. Kemudian Khalifah Ali mempersiapkan diri dan memakai baju perang. Ketika tengah menyampaikan pidato singkat sebelum berangkat menyerang Syam, dia mendapatkan berita bahwa pasukan dari Mekkah (yang di antaranya Thalhah, az-Zubair, dan Ummul Mukminin Aisyah) tengah membuat persiapan militer untuk berseberangan dengan Khalifah.

Berkaitan dengan berita ini, maka Ali bin Abi Thalib menunda invasi ke Syam. Imam Thabari menyebutkan, kemudian datang berita lagi bahwa pasukan Mekkah akan bertolak ke Basrah untuk melihat masyarakat Basrah dan mengatur islah. Maka kemudian Khalifah Ali membuat persiapan untuk menangani mereka.

Penduduk Madinah yang sebelumnya akan menyerang Syam menjadi tertegun dengan kepelikan masalah yang terjadi. Muncul keributan di Madinah secara perlahan. Maka Ali mengirimkan Kumail al-Nakhai untuk menjumpai Abdullah bin Umar. Ketika Kumail al Nakhai membawa Abdallah bin Umar, Ali mengatakan, “Bergabunglah bersamaku!” Abdallah bin Umar menjawab, “Aku adalah bagian dari masyarakat Madinah.” Abdallah bin Umar ketika diminta bergabung dengan Ali, menolak dan mengatakan akan mengambil sikap dan tindakan sesuai dengan apa yang akan dilakukan oleh masyarakat Madinah.

Maka kemudian Khalifah Ali meminta dia berjanji bahwa dia tidak akan keluar dari Madinah atau berseberangan dengan Khalifah, tapi Abdallah bin Umar menolak untuk berjanji.

Madinah Memanas

Maka kemudian Abdallah bin Umar kembali ke Madinah, dan mendapati terjadinya keributan di Madinah. Masyarakat kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mereka memilih untuk tidak mengambil tindakan hingga permasalahan menjadi jelas.

Maka kemudian di malam yang sama sebelum meninggalkan Madinah, dia memberi tahu Ummu Kultsum, saudara perempuan Ali, bahwa dia akan pergi dari Madinah untuk menjalankan umrah. Tetapi dia meyakinkan kepadanya bahwa Abdallah bin Umar tetap mempertahankan baiatnya dan patuh kepada Khalifah Ali, kecuali pada tindakannya untuk memobilisasi pasukan militer.

Dengan mengagetkan, di pagi hari seseorang menjumpai Ali dan mengatakan kepadanya, “Ada yang jauh lebih lebih buruk dari (permasalahan) Thalhah, Zubair, dan Ummul Mukminin Aisyah, bahkan Muawiyah sekalipun.”

Ali bertanya, “Apa itu?” Pria tadi menjawab, “Ibn Umar telah berangkat ke Syam.” Maka Khalifah Ali langsung pergi ke pasar, mengelompokkan orang-orang, dan menempatkan setiap pengintai untuk setiap jalan. Karena kebijakan Ali, terjadi keributan di Madinah.

Ketika Ummu Kultsum mendengar apa yang dilakukan Ali, beliau langsung berangkat mengendarai bagal dengan beberapa orang. Dia mendapati Ali berdiri di tengah pasar, sedang memisahkan manusia dalam kelompok-kelompok untuk mencari Ibn Umar.

Ummu Kultsum bertanya, “Ada apa dengan kamu ini! Jangan mengambil pusing terhadap Ibnu Umar, apa yang kamu dengar tentang dia adalah salah dan bertentangan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Percayalah padaku!” Khalifah Ali menjadi lega dan melepaskan orang orang tadi.

  • wallahu a’lam –

***

Sumber bacaan :

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s