Setelah terjadi penikaman terhadap Khalifah Umar bin Khaththab, orang-orang bertanya kepada beliau tentang siapa yang akan menggantikannya memegang urusan kaum muslimin. Hal ini disebutkan di dalam riwayat Al-Bukhari berikut,
فَقَالُوا أَوْصِ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ اسْتَخْلِفْ قَالَ مَا أَجِدُ أَحَدًا أَحَقَّ بِهَذَا الْأَمْرِ مِنْ هَؤُلَاءِ النَّفَرِ أَوْ الرَّهْطِ الَّذِينَ تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَنْهُمْ رَاضٍ فَسَمَّى عَلِيًّا وَعُثْمَانَ وَالزُّبَيْرَ وَطَلْحَةَ وَسَعْدًا وَعَبْدَ الرَّحْمَنِ
Orang-orang itu berkata, “Berilah wasiat, wahai Amirul Mu’minin. Tentukanlah pengganti anda”. ‘Umar berkata, “Aku tidak menemukan orang yang paling berhak atas urusan ini daripada mereka atau segolongan mereka yang ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat beliau ridha kepada mereka. Maka dia menyebut nama ‘Ali, ‘Utsman, Az-Zubair, Thalhah, Sa’ad dan ‘Abdurrahman…”. Baca lebih lanjut →