Sikap Kaum Munafikin
Dalam situasi seperti inilah kemudian sikap penduduk madinah terbagi menjadi dua. Sebagian tetap berprasangka baik kepada Allah, dan tetap teguh dengan ajarannya, dan mereka adalah kaum mu’minin.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan tatkala orang-orang mu’min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.” (QS. Al Ahzab: 33).
Dan sebagian lain adalah kaum munafikin yang mana Allah ta’ala berfirman tentang mereka (yang artinya): “Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata :”Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya” (QS. Al Ahzab: 12).
Ayat ini berkenaan dengan seorang lelaki dari kaum Anshor yang dipanggil Qusyair bin Mu’tab, dia mengatakan kepada para sahabat ketika Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjanjikan kemenangan dan penaklukan penaklukan atas impremium Yaman, Madain dan Romawi, “Apakah Muhammad menjanjikan kepada kita kunci kunci Yaman, Istana Mada’in dan istana Romawi?! Padahal tidak ada seorangpun dari kita yang sanggup memenuhi kebutuhannya kecuali dia akan terbunuh, demi Allah ini adalah penipuan”.
Berkata Syaikh As Sa’di Rahimahullah, “Inilah keadaan kaum Munafikin ketika datang ujian, tidak tetap keimanannya, mereka hanya melihat dari akalnya yang cendek, tidak melihat ke depan, kecuali hanya mengikuti prasangka dan pikiran mereka saja”1
Allah kembali menggambarkan sikap mereka dalam perang ahzab, “Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata: “Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu.” Dan sebahagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata : “Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga).” Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanya hendak lari. Kalau (Yatsrib) diserang dari segala penjuru, kemudian diminta kepada mereka supaya murtad, niscaya mereka mengerjakannya; dan mereka tiada akan bertangguh untuk murtad itu melainkan dalam waktu yang singkat” (Qs. Al Ahzab : 13-14).
Allah ta’ala juga berfirman tentang mereka (yang artinya), “Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik- balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Qs. Al Ahzab : 20).
Ayat ayat diatas menggambarkan keadaan kaum munafikin. Bagaimana kekhawatiran dalam jiwa mereka, dan kepengecutan serta tidak adanya keyakinan kepada Allah ta’la ketika datang ujian. Bahkan, selain berusaha untuk meminta izin kepada Rosulullah untuk pulang ke rumah mereka –dengan alasan rumah mereka kosong, terbuka untuk musuh- mereka juga berusaha menggembosi dan memprovokator kaum muslimin untuk mengikuti mereka. Hal ini tidak lain karena ketakutan mereka terhadap kematian.
Namun meskipun begitu, kaum muslimin tidak terhasut dengat apa yang dihembusakan kaum munafikin. Mereka tetap konsekuen dengan amalan mereka bersama Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Mereka yakin bahwa kemenangan tetap berada di tangan kaum muslimin. Hingga datanglah waktu kemenangan, dengan Allah ta’ala mengirimkan bala tentaranya berupa angin yang memporak porandakan pasukan Ahzab.
Perang Ahzab telah Merubah Neraca Kekuatan Bangsa Arab
Setelah perang Ahzab, neraca kekuatan bangsa arab pun berubah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah memprediksikan bahwa Quraisy telah mengerahkan segala kekuatan yang dimilikinya pada perang ahzab, tak sebatang anak panahpun yang tersisa di tempat anak panahnya melainkan mereka telah membidikkannya, dan tak ada sebatang pedangpun yang mereka punya melainkan mereka telah menghunus dan menyabetkannya.
Tak tersisa lagi kekuatan yang dapat mereka gunakan untuk melancarkan serangan baru di luar wilayah negerinya. Karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sekarang kita yang akan menyerang mereka, dan mereka tidak akan menyerang kita, kita akan bergerak menyerbu mereka.”2 Saat beliau hendak melakukan `umrah pun beliau bersabda, “Sesungguhnya peperangan telah menggerogoti kekuatan Quraisy dan melemahkan mereka”.3
Dan setelah perang Ahzab berlalu kita melihat bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak melakukan penyerangan terhadap Quraisy, tapi pergi ke Mekkah untuk berumrah bukan untuk berperang. Bahkan, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya kami datang bukan untuk memerangi seseorang, akan tetapi kami datang untuk ber`umrah.”
Penutup
Jika kita mau menelaah kembali apa yang terjadi pada peristiwa perang ahzab diatas, kita akan mendapati situasi yang mirip dengan apa yang dialami kaum muslimin pada saat ini. Kecuali memang pemerannya saja yang berbeda. Kalau dahulu kaum Muslimin dalam perang Ahzab dikepung oleh musuh-musuh mereka dari segala penjuru.
Berbagai suku dan kabilah kaum Musrikin ditambah kaum Yahudi berkumpul bekerja sama untuk menghancurkan Islam dan kaum Muslimin, maka pada saat ini pun keadaannya tidak jauh berbeda. Orang orang Yahudi, Nashroni, sekuler, Atheis, Syi’ah, dan orang-orang kafir lainnya bersatu untuk menghancurkan Islam dan kaum Muslimin. Mereka menyerang Islam dari segala sisi. Hingga, kalau bukan karena rahmat Allah, tentu agama Islam sudah musnah dari muka bumi ini.
Maka, mudah mudahan dengan kembali menalaah kisah perang ahzab, bisa kembali menumbuhkan harapan, serta menambah keyakinan kaum muslimin bahwa fajar kemenangan akan tetap menjadi milik umat islam. Dan justru dengan semakin tersudutkannya kaum muslimin, merupakan tanda dekatnya kemenangan, dan sungguh waktu subuh itu amatlah dekat.
***
Catatan Kaki :
- Taisirul Karimir Rahman, Hal. 775
- Dikeluarkan oleh Imam Bukhori (4109)
- Tahdzib Al Bidayah (2/153)
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/25741-mengambil-pelajaran-dari-perang-ahzab-3.html
Ping balik: Kumpulan Artikel Seputar Sirah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam (2) | Abu Zahra Hanifa