Tauhid merupakan pondasi dari iman seorang hamba. Seorang hamba dapat dikatakan kuat imannya jika tauhid yang menjadi pondasi iman tersebut juga kuat, dan Allah ta’ala menjanjikan bagi seorang hamba kehidupan yang baik jika dia melakukan amalan-amalan shalih yang dilandasi dengan mentauhidkan Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“ Barangsiapa melakukan amalan shalih, baik dari laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami berikan balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. ( Qs. An-Nahl : 97 )
Tauhid tidak sebatas seorang muslim mengetahui siapa yang berhak disembah, akan tetapi lebih dari itu, tauhid adalah wujud penghambaan diri kepada Allah ta’ala dengan sepenuh hati, menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Sebagai bentuk penghambaan seorang muslim kepada Allah ta’ala adalah dengan beribadah yang hanya ditujukan kepada Allah ta’ala semata, tidak menyekutukannya dengan apapun dan siapapun serta menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Karena pada hakekatnya diciptakannya manusia adalah hanya untuk beribadah kepada Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman :
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون
“ Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (Qs. Adz-Dzariyat : 56 )
Jika seorang muslim belum bisa merealisasikan tauhid di dalam hidupnya, maka dia belum bisa dikatakan telah beribadah kepada Allah ta’ala. Tauhid terbagi menjadi 3, yaitu :
Pertama : Tauhid Rububiyah, artinya mengesakan Allah ta’ala dalam perbuatan-Nya, seperti penciptaan, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan makhluk, dan lain-lain dimana perbuatan itu hanya Allah ta’ala lah yang dapat melakukannyna.
Kedua : Tauhid Uluhiyah, artinya mengesakan Allah ta’ala dalam hal peribadahan hanya kepada-Nya. Dalam pengertian tauhid uluhiyah seorang muslim menyakini hanya Allah ta’ala lah dzat yang pantas untuk disembah dan diibadahi.
Ketiga : Tauhid Asma’ dan Sifat, artinya mengesakan Allah ta’ala atas nama-nama-Nya yang terindah dan sifat-sifat-Nya yang tertinggi. Dalam hal ini seorang muslim harus menyakini bahwa hanya Allah ta’ala lah yang memiliki nama-nama yang terindah dan sifat-sifat yang tertinggi yang terdapat pada Al-Qur’an dan sunnah.
Semoga kita semua dapat merealisasikan tauhid ini dengan baik dan sepenuhnya sepanjang hidup serta dijauhkan dari segala hal yang merusak tauhid yang ada di dalam diri kita.
Tauhid rububiyah adalah salah satu dari 3 pembagian tauhid yang masing-masing merupakan pondasi yang sangat penting bagi iman seorang muslim.
Tauhid rububiyah berarti mengesakan Allah ta’ala atas kekuasaan dan perbuatan-perbuatan yang hanya bisa dilakukan oleh-Nya saja, seperti penciptaan, pengaturan siang dan malam, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, dan yang lainnya dimana hanya Allah ta’ala lah yang bisa melakukannya.
Sebagaimana tercantum dalam firman-Nya:
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنزعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (26) تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ 27
“Katakanlah (Muhammad), “Wahai tuhan pemilik kekuasaan, engkau berikan kekuasaan kepada siapapun yang engkau kehendaki, dan engkau cabut kekuasaan dari siapapun yang engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau maha kuasa atas segala sesuatu (26). Engkau masukkan malam ke dalam siang dan engkau masukkan siang ke dalam malam. Dan Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau berikan rezeki kepada siapapun yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan (27). (QS. Al-Imran : 26-27)
Sesungguhnya Allah ta’ala telah menciptakan makhluk-Nya di atas fitrah pengakuan terhadap rububiyah-Nya, bahkan orang musyrik pun di dalam hati mereka sebenarnya ada keyakinan tentang keesaan rububiyah Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman :
قُل مَن رَبُّ السَّماواتِ السَّبعِ وَرَبُّ العَرشِ العَظيمِ (86) سَيَقولونَ لِلَّهِ قُل أَفَلا تَتَّقونَ (87) قُل مَن بِيَدِهِ مَلَكوتُ كُلِّ شَيءٍ وَهُوَ يُجيرُ وَلا يُجارُ عَلَيهِ إِن كُنتُم تَعلَمونَ (88) سَيَقولونَ لِلَّهِ قُل فَأَنّى تُسحَرونَ (89)
“ Katakanlah, “Siapakah tuhan yang memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki Arsy yang agung ?” (86). Mereka akan menjawab,”(Milik) Allah.” Katakanlah, maka mengapa kamu tidak bertaqwa ?” (87). Katakanlah, “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan segala sesuatu. Dia melindungi dan tidak ada yang dapat dilindungi (dari azab-Nya), jika kamu mengetahui ?” (88). Maka mereka menjawab,” Milik Allah.” Katakanlah,”(Kalau demikian), Maka bagaimana kamu sampai tertipu?.(89). (QS. Al-Mu’minun : 86-89)
Pada hakekatnya seluruh makhluk ciptaan Allah ta’ala menyakini keesaan rububiah-Nya, namun terkadang keyakinan itu tertutup dengan kesombongan dan kebodohan, sehingga banyak orang memiliki pemahaman yang menyimpang dengan rububiyah Allah ta’ala. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kaum muslimin menyakini dengan sepenuh hati tentang rububiyah Allah ta’ala.
Referensi : Kitab Tauhid karya Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al fauzan hafidzahullahu
sumber : https://www.pesantrenluluwalmarjan.org/tauhid-rububiyah/