Sirah Nabi (31) : Beberapa Sahabat yang Hijrah Ke Habasyah Pertama & Kedua


Hijrah ke Habasyah (Bahasa Arab: هجرة الی الحبشة), pada tahun-tahun pertama Bi’tsah (diutusnya Nabi Muhammad saw sebagai nabi), atas perintah Nabi Muhammad saw sekelompok kaum muslimin Mekah pergi hijrah ke Habasyah (Etiopia) untuk menyelamatkan diri dari penindasan kaum musyrikin Quraisy.

Mengetahui hal itu, pihak Quraisy mengirim Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabiah ke Habasyah untuk menjemput pulang mereka ke Mekah. Najasyi, raja Habasyah, yang sebelumnya telah berbincang dengan Ja’far bin Abi Thalib, pemimpin Muhajirin, menghalangi maksud utusan Quraisy sehingga mereka harus kembali dengan tangan kosong. Selama di Habasyah ada sebagian muslimin yang meninggal dan ada pula yang lahir. Abdullah bin Ja’far, suami Sayidah Zainab sa, termasuk yang lahir di Habasyah.

Sebab Hijrah

Setelah Muhammad  diangkat sebagai nabi, beberapa orang menyatakan beriman dan masuk Islam. Hal itu membuat murka kafir Quraisy sehingga mereka mulai menyiksa dan menindas kaum muslimin.[1] Sebab itu Rasulullah saw memerintahkan kaum muslimin untuk berhijrah ke Habasyah. Habasyah dipilih karena pemimpinnya, Najasyi, adalah raja beragama Nasrani yang bijaksana dan adil.[2]

Kaum muslimin berhijrah secara diam-diam menggunakan dua kapal yang dibeli dengan setengah harga.[3] Hijrah ke Habasyah dilakukan dua kali. Menurut Ya’qubi, hijrah pertama diikuti 12 orang dan yang kedua 70 orang tidak termasuk wanita dan anak-anak.[4]

Hijrah Pertama

Pada hijrah pertama rombongan muslimin yang terdiri dari beberapa orang laki-laki dan perempuan berangkat ke Habasyah. Mengetahui hal itu, kaum musyrikin langsung mengejar mereka namun tidak berhasil menangkapnya. Ketika kaum muslimin sudah tinggal di Habasyah ada kabar bahwa orang-orang Quraisy telah masuk Islam, karenanya mereka kembali ke Mekah. Begitu sampai di dekat Mekah mereka baru tahu bahwa kabar keislaman Quraisy adalah bohong.[5] Sayangnya mereka tidak kuat jika harus kembali lagi ke Habasyah, jadi mereka tetap melanjutkan perjalanan ke Mekah dengan cara sendiri-sendiri atau bersama kelompok kecil di bawah perlindungan orang tertentu.[6] Utsman bin Mazh’un ikut memasuki Mekah bersama kelompok yang dikepalai Walid bin Mughirah. Ketika melihat banyak orang Islam yang disiksa dan menderita, dia meminta pada Walid supaya membiarkannya ikut merasakan apa yang dialami saudara-saudaranya. Begitu menerima siksaan Utsman malah menampakkan rasa bahagia di wajahnya.[7]

Nama-nama Muhajirin Pada Hijrah Pertama

  1. Utsman bin Affan dan istrinya, Ruqayyah.[8]
  2. Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabiah dan istrinya Sahlah binti Suhail bin Amr bin Amir.[9]
  3. Zubair bin Awwam.[10]
  4. Abu Sabrah bin Abi Rahm al-Amiri dari Bani Amir bin Luay.[11]
  5. Suhail bin Baidha’ dari Bani al-Harits bin Fihr.[12]
  6. Abdullah bin Mas’ud.[13]
  7. Amir bin Rabiah al-Unzi dan istrinya Laila binti Abu Hatsmah.[14]
  8. Mus’ab bin Umair[15], pemuda tampan pengajar Alquran.[16]
  9. Utsman bin Mazh’un.[17]

Hijrah Kedua

Untuk kedua kalinya Rasulullah saw memerintahkan kaum muslimin berhijrah ke Habasyah. Kali ini rombongan dipimpin oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dalam rombongan ini terdapat 83 orang. [18]

Nama-nama Muhajirin Pada Hijrah Kedua

  1. Ja’far bin Abi Thalib; pemimpin rombongan yang memiliki julukan Ja’far Dzuljanahain dan al-Thayyar.[19] Ikut serta pula istrinya, Asma binti Umais dan anak-anaknya; Abdullah, Muhammad dan Aun.
  2. Saudah dan suaminya, Sukran. Ketika di Habasyah Sukran menjadi Nasrani dan meninggal di sana. Saudah di kemudain hari menikah dengan Rasulullah saw.[20][21]
  3. Ummu Habibah binti Abi Sufyan bin Harb dan suaminya, Ubaidullah bin Jahsy. Menurut satu pendapat, Abdullah meninggal dunia di Habasyah atau berpindah agama Nasrani. Di kemudian hari Ummu Habibah menikah dengan Rasulullah saw.[22]
  4. Khalid bin Sa’id bin Ash bin Umayyah. Menurut Waqidi, ia adalah termasuk orang yang pertama ikut hijrah ke Habasyah.[23]
  5. Umair bin Rabab al-Sahmi.[24]
  6. Menurut sebagian pendapat, Ammar Yasir juga ikut hijrah.[25].

Reaksi Quraisy

Setelah kaum muslimin kembali berhijrah untuk kedua kalinya membuat kafir Quraisy semakin gusar. Karena Quraisy dan warga Habasyah memiliki hubungan pertemanan dan dagang,[26]mereka mengirim Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabiah ke Habasyah dengan membawa hadiah untuk raja Habasyah, Najasyi.[27]

Amr bin Ash menyampaikan pada Najasyi bahwa orang-orang yang lari ke negerinya adalah para budak bodoh yang telah keluar dari agamanya. Najasyi tidak menerima begitu saja apa yang didengarnya dari Amr. Dia meminta penjelasan langsung dari pihak muhajirin. Untuk itu dia mengumpulkan para pemuka agama dan bersama menanyakan langsung kepada muhajirin tentang sebab hijrahnya mereka. Ja’far bin Abi Thalib memberi penjelasan:

“Kami dulunya memang bodoh dan penyembah berhala, memakan bangkai, senang dengan pertumpahan darah dan banyak berbuat mungkar. Sampai suatu saat Allah swt mengutus Nabi-Nya dari kalangan kami. Kami kenal betul bagaimana nasabnya, kami sangat percaya dan yakin akan kejujurannya. Dia mengajak kami untuk mengimani Tuhan Yang Esa dan melarang menyembah batu dan berhala. Dia mengajarkan kami untuk selalu berkata dan berprilaku jujur, bersilaturrahmi, berbuat baik kepada tetangga, dan melarang berbuat cela. Namun mereka ini malah memusuhi kami. Mereka ingin supaya kami kembali menyembah berhala. Sebab itu kami datang ke negeri yang Anda pimpin, kami memilih Anda disbanding orang lain.”

Mendengar hal itu, Najasyi berkata kepada utusan Quraisy, “Pergilah, demi Tuhan, aku tidak akan pernah mengembalikan mereka pada kalian.” Akhirnya kedua utusan tersebut kembali ke Mekah dengan rasa malu.[28]

Najasyi Masuk Islam

Hari berikutnya Amr bin Ash kembali menemui Najasyi. Dia menyampaikan tentang perbedaan pandangan antara Islam dan Nasrani menyangkut Nabi Isa as, tujuannya supaya Najasyi mau berpihak padanya. Usahanya itu bukan hanya gagal, setelah menerima paparan dari Ja’far mengenai Nabi Isa as, Najasyi malah memeluk Islam.[29]

Kembalinya Muhajirin

Kembalinya muhajirin dari Habasyah ke Mekah dilakukan secara bertahap. Setelah tinggal beberapa saat di Mekah mereka kembali ikut hijrah bersama muslimin lainnya ke Madinah. Ada sebagian yang baru hijrah ke Madinah dua tahun sebelum terjadi perang Khaibar dan ada yang setelah penaklukan Khaibar.[30]

Rasulullah saw mengutus Amr bin Umayyah al-Dhamri menemui Najasyi supaya dia bersedia menfasilitasi kepulangan kaum muslimin.[31] Rombongan muhajirin terakhir tiba dari Habasyah pada tahun ke-7 H, bertepatan dengan tahun terjadinya penaklukan Khaibar.[32] Dalam rombongan itu ada Asma binti Umays, Abdullah bin Ja’far dan dua saudaranya, Muhammad dan Aun.[33]Ketika Ja’far datang menemui Rasulullah saw, beliau mencium keningnya. Rasulullah saw bersabda, “Saya tidak tahu sekarang sedang bahagia karena kemenangan Khaibar atau karena kedatangan Ja’far.”[34]

Yang Meninggal di Habasyah

Di Habasyah ada 8 orang muhajirin yang meninggal dunia dan dimakamkan di sana, di antaranya:

  1. Abaidullah bin Jahsy dari Bani Abdu Syams. Di tinggal di Habasyah dan pindah agama Nasrani hingga meninggal dan makamkan di sana.
  2. Amr bin umayyah bin Harits dari Bani Asad.
  3. Hathib bin Harits dan saudaranya, Hithab bin Harits.
  4. Abdullah bin Harits bin Qais dari Bani Sahm.
  5. Urwah bin Abdul Uzza.
  6. ‘Adi bin Nadhlah dari Bani ‘Adi.
  7. Musa bin Harits bin Khalid.[35]

Yang Lahir di Habasyah

  1. Abdullah bin Ja’far al-Thayyar.
  2. Muhammad bin Abi Hudzaifah.
  3. Sa’id bin Khalid bin Sa’id.
  4. Zainab binti Abi Salamah.
  5. Abdullah bin Muthallib bin Azhar.
  6. Musa bin Harits bin Khalid.
  7. Aisyah binti Harits bin Khalid.
  8. Fatimah binti Harits bin Khalid.
  9. Zainab binti Harits bin Khalid. [36]

Pelajaran Berharga :

  1. Kekufuran memiliki tradisi yang sama dalam membendung dakwah Islam–di mana dan kapan saja–mereka selalu berupaya menekan, mengusir, dan menjelek-jelekkan dakwah dan para pengikutnya.
  2. Kebijakan dan keadilan Najasyi perlu diteladani. Ia tidak tergesa-gesa mengambil keputusan sebelum mendapatkan informasi yang utuh tentang apa yang akan diputuskannya. Ia memanggil dahulu kaum muslimin untuk didengar ucapannya sebagaimana ia mendengar aduan kaum Quraisy. Terungkap pula  kebersihan Najasyi dari sikap penolakannya terhadap hadiah yang diberikan kaum Quraisy.
  3. Penjelasan Ja’far bin Abi Thalib di hadapan Najasi menunjukkan  kecerdasan, kedalaman dan pemahamannya terhadap agama, risalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta kepiawaiannya dalam memaparkan masalah, sehingga ia mampu menjelaskan situasai bangsa Arab dalam beberapa kalimat sederhana saja sebelum memaparkan Islam. Ia mampu menyebutkan sisi kerusakan yang ditimbulkan baik dalam bidang politik, militer, akhlak, sosial maupun keimanan. Kemudian ia menjelaskan sistem perbaikan yang Islami yang memiliki kesempurnaan, baik dalam bidang aqidah, ibadah, akhlaq, dan sosial.
  4. Sumber agama samawi adalah satu, meskipun risalah terdahulu telah mengalami penyimpangan.
  5. Kaum muslimin wajib mempersiapkan kader, juru dakwah, diplomat yang mampu memaparkan masalah dengan baik, serta menangkis syubuhat musuhnya seperti yang dilakukan oleh Ja’far bin Abu Thalib
  6. Allah Ta’ala selalu menolong agama-Nya meskipun makar kafirin datang bertubi-tubi.Allah Ta’ala berfirman, “Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Ali Imran: 120)

***

Catatan Kaki :

  1. Tarikh Ibnu Khaldun, terjemah teks, jld. 1, hlm. 395.
  2. Tarikh al-Thabari, terjemah, jld. 3, hlm. 873.
  3. Tarikh al-Thabari, terjemah, jld. 3, hlm. 873
  4. Tarikh Ya’qubi, terjemah, jld. 1, hlm. 386.
  5. Tarikh al-Tabari, terjemah, jld. 3, hlm. 882.
  6. Afarinesh wa Tarikh, terjemah, jld. 2, hlm. 654.
  7. Dalail al-Nubuah, terjemah, jld. 2, hlm. 49.
  8. Tarikh Ibnu Khaldun, terjemah teks, jld. 1, hlm. 395.
  9. Tarikh Ibnu Khaldun, terjemah teks, jld. 1, hlm. 395.
  10. Tarikh Ibnu Khaldun, terjemah teks, jld. 1, hlm. 395.
  11. Tarikh Ibnu Khaldun, terjemah teks, jld. 1, hlm. 395.
  12. Tarikh Ibnu Khaldun, terjemah teks, jld. 1, hlm. 396.
  13. Tarikh Ibnu Khaldun, terjemah teks, jld. 1, hlm. 396.
  14. Tarikh Ibnu Khaldun, terjemah teks, jld. 1, hlm. 396.
  15. Tarikh Ibnu Khaldun, terjemah teks, jld. 1, hlm. 396.
  16. Afarinesh wa Tarikh, terjemah, jld. 2, hlm. 791.
  17. Dalail al-Nubuah, terjemah, jld. 2, hlm. 49.
  18. Afarinesh wa Tarikh, terjemah, jld. 2, hlm. 655.
  19. Afarinesh wa Tarikh, terjemah, jld. 2, hlm. 792.
  20. Tarikh al-Tabari, terjemah, jld. 4, hlm. 1289.
  21. Afarinesh wa Tarikh, terjemah, jld. 2, hlm. 726.
  22. Afarinesh wa Tarikh, terjemah, jld. 2, hlm. 728.
  23. Afarinesh wa Tarikh, terjemah, jld. 2, hlm. 790.
  24. Tarikh Ibnu Khaldun, terjemah teks, jld. 1, hlm. 495.
  25. Tarikh al-Thabari, terjemah, jld. 3, hlm. 873.
  26. Tarikh Ibnu Khaldun, terjemah teks, jld. 1, hlm. 395.
  27. Tarikh al-Thabari, terjemah, jld. 3, hlm. 878.
  28. Afarinesh wa Tarikh, terjemah, jld. 2, hlm. 655.
  29. Afarinesh wa Tarikh, terjemah, jld. 2, hlm. 726, hlm. 656.
  30. Tarikh Ibnu Khaldun, terjemah teks, jld. 1, hlm. 438.
  31. Ibid.
  32. Afarinesh wa Tarikh, terjemah, jld. 2, hlm. 706.
  33. Tarikh Ibnu Khaldun, terjemah teks, jld. 1, hlm. 438.
  34. Ibid.
  35. Zendegani Muhammad, terjemah, jld. 2, hlm. 244.
  36. Ibid, hlm. 245.

Sumber : https://tarbawiyah.com/2018/03/19/hijrah-ke-habasyah/

One response to “Sirah Nabi (31) : Beberapa Sahabat yang Hijrah Ke Habasyah Pertama & Kedua

  1. Ping balik: Kumpulan Artikel Seputar Sirah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam (1) | Abu Zahra Hanifa

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s