Penyebutan Maryam Sebagai Saudara Perempuan Harun Adalah Kesalahan Sejarah Dalam Alqur’an


Syubhat :

Penyebutan Maryam ibu Yesus sebagai saudara perempuan Harun dan anak kandung Imran (QS.19:28). [footnote: Yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا

Hai saudara perempuan Harun [902], ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina (QS. Maryam: 28)].

Mereka menganggap Allah Subhanahu wa Ta’ala mengira Maryam saudara perempuan Musa dan Harun yang adalah anak Imran. Padahal antara keduanya ada selisih waktu sekitar 1400 tahun. Mengapa Maryam disebut saudara perempuan Harun?Menurut misionaris, ini adalah kesalahan penulisan Sejarah dalam al-Qur’an.

Jawab :

Bismillahirrahmanirrahim. Sesungguhnya orang-orang yang membuat keragu-raguan tentang al-Qur’an tidak mengetahui kalau penyebutan ukhtu Harun (saudari Harun) bukanlah penamaan pertama kali oleh al-Qur’an, melainkan al-Qur’an hanya mengisahkan apa yang pernah terjadi, yaitu apa yang dikatakan oleh kaum Maryam kepadanya, dan panggilan yang mereka lontarkan kepadanya saat dia mengandung ‘Isa ‘Alaihi Sallam. Mereka mengingkari kehamilan tersebut, lalu menuduh kehormatan, kemuliaan, dan kesuciannya. Maka mereka berbicara dengannya dengan panggilan ya ukhta Harun (Wahai saudari Harun), maksudnya adalah ‘Engkau dari keluarga baik-baik, suci, lagi dikenal keshalihan, ibadah dan kezuhudannya, maka bagaimana hal ini bisa terjadi pada dirimu?’.

Sekalipun telah pasti bahwa orang-orang Yahudi berbicara dengannya dengan panggilan wahai saudari Harun, tetapi para ulama ahli tafsir telah berselisih pendapat akan penentuan pribadi tersebut. Di antara mereka ada yang menyebut bahwa dia adalah Nabi Harun, saudara Musa ‘Alaihi Sallam. Di antara mereka ada yang menyebut bahwa dia adalah seorang laki-laki shalih dari kaumnya pada masa itu di mana Maryam ‘Alaiha Salam mencontohnya dan menyerupainya dalam kezuhudan, ketaatan, dan ibadah. Maka dia pun dinisbatkan kepadanya. Maka jadilah maksud mereka dalam pembicaraan itu adalah, ‘Wahai orang yang serupa, dan meniru laki-laki shalih itu, tidaklah ayahmu seorang keji, tidak juga ibumu seorang pelacur, maka darimana anak di perutmu itu?’.

Perlu diketahui pula bahwa kala itu banyak tersebar nama Harun di tengah Bani Israil hingga hari ini.

Apakah yang dimaksud itu adalah Nabi Harun ‘Alaihi Salam atau Harun lain yaitu seorang shalih kala itu, maka bagi kami hal ini tidak penting, karena al-Qur’an hanyalah menceritakan dan menukil apa yang terjadi kala itu.

Jika kita mengambil kemungkinan pertama, yaitu bahwa yang dimaksud adalah Nabi Harun ‘Alaihi Salam, maka yang dimaksud oleh orang-orang Yahudi adalah bahwa dia termasuk dari keturunannya. Kemudian saya akan membuat satu contoh dari Bibel. Dan itu adalah sebuah pukulan menyakitkan bagi para pembuat keragu-raguan terhadap al-Qur’an tersebut, sebuah pukulan telak yang membantah syubhat tersebut.

Bibel telah menyebutkan bahwa orang-orang Yahudi menyebut Yesus dengan Putra Dawud:Ketika Yesus meneruskan perjalanan-Nya dari sana, dua orang buta mengikuti-Nya sambil berseru-seru dan berkata: “Kasihanilah kami, hai Anak Daud. (Matius (9:27)).

Maka apakah Yesus benar-benar Anak Dawud? Tentu saja tidak, lalu mengapa ucapan mereka ini tidak diingkari dengan mengatakan ini adalah kesalahan penulisan sejarah dalam Bibel?!!.

Sekarang, terjerumuslah orang-orang bodoh itu ke dalam kuburan yang mereka gali, jatuh ke dalam keburukan amal-amal mereka. Dengan logika sama yang mereka inginkan untuk menetapkan penyimpangan al-Qur’an yang mulia karena mengisahkan sebutan ucapan Yahudi ‘Wahai saudari Harun’, maka kita temukan bahwa Bibel menyebut Yesus dengan sebutan Putra Dawud!!

Sesungguhnya kita merasa malu untuk menuduh penyimpangan Bibel dengan sebab ini, karena Bibel telah pasti penyimpangannya dengan dalil yang lebih besar dan terang benderang. Cukuplah dengan banyaknya ragam Bibel, perselisihan dan pertentangannya sebagai bukti. Sementara mereka tidak malu menuduh al-Qur’an salah menulis sejarah hanya dengan syubhat yang tertolak ini. Ini adalah sebuah bukti akan kelemahan mereka dalam menetapkan penyimpangan al-Qur’an.

Di sini kami bertanya kepada orang-orang yang meragukan keabsahan al-Qur’an yang mulia.

‘Bagaimana mungkin Yesus adalah anak Dawud, sementara jarak antara dia dan Dawud ‘Alaihi Salam lebih dari jarak antara Maryam dan Harun’Alaihi Salam? Bahkan bagaimana mungkin Yesus adalah anak Dawud, sementara dia datang dari jalan Roh Kudus?!!.

Sesungguhnya perkara yang wajib diketahui oleh para pembuat keraguan terhadap al-Qur’an tersebut bahwa penisbatan seorang manusia kepada manusia lain yang memiliki kedudukan di antara kaumnya (seperti Dawud) adalah dalam rangka pemuliaan. Oleh karena itulah kita temukan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Aku adalah seorang Nabi, tidak ada kedustaan, aku adalah Putra Abdul Muthallib.’ Padahal beliau adalah Muhammad Putra ‘Abdullah Putra ‘Abdul Muththallib. Akan tetapi beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memuliakan nasabnya kepada kakeknya.

Sesungguhnya saya mampu untuk membuat keragu-raguan pada akal orang-orang Nasrani yang awam, dan menyesatkan mereka dengan kedustaan, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian pendeta terhadap orang-orang awam kaum mulimin. Kemudian saya klaim bahwa Bibel telah menguatkan al-Qur’an yang menyebut Maryam sebagai Saudari Harun. Telah disebutkan dalam Keluaran (15:20-21): “Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari. Dan menyanyilah Miryam memimpin mereka: “Menyanyilah bagi TUHAN, sebab Ia tinggi luhur; kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut.”

Akan tetapi karena saya percaya diri dan beriman bahwa jalan hidayah dan jalan sorga tidak akan ada kecuali dengan keikhlasan dan kejujuran bersama Allah, oleh karenanya saya tidak berdalil akan penyimpangan Bibel dengan dalil ini sebagaimana yang dilakukan oleh orang yang suka mempermainkan ayat. Karena Maryam yang dimaksud di situ bukanlah Maryam Ibu Isa ‘Alaihi Sallam.

Saya berangan-angan, daripada sibuk menafikan persaudaraan antara Maryam dan Harun, hendaknya para pendeta itu menyibukkan diri mereka dengan menjelaskan sebab yang menjadikan Bibel menulis tuduhan zina terhadap Maryam tanpa memberikan pembelaan dan pensucian. Dan yang wajib mereka lakukan, jika mereka jujur, adalah memuji al-Qur’an dan meninggikan urusannya, karena al-Qur’an adalah satu-satunya Kitab Suci yang membela Maryam ‘Alaiha Salam, serta mensucikannya dan mengumumkan kesuciannya, serta meninggikan urusan dan kehormatannya.

Cukuplah al-Qur’an dengan menasabkan al-Masih ‘Alaihi Salam kepada ibunya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, ‘al-Masih Putra Maryam’, ‘Isa Putra Maryam’, sementara Bibel telah menasabkan al-Masih kepada Yusuf an-Najjar!!.

‘Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” (Lukas; 4:22)

‘Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” (Yohannes 1:45).

Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?’ (Matius 13:55).

Bahkan Bibel menjadikan al-Masih memiliki saudara: ‘Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.’(Markus 6:3).

Maka Kitab yang manakah yang telah diubah-ubah, al-Qur`an yang mulia ataukah Bibel? Kami menunggu jawabnnya.

http://alhilyahblog.wordpress.com/2012/01/23/jawaban-tuduhan-tuduhan-buruk-kaum-nasrani-dan-orang-orang-kafir-terhadap-islam-bag-1/

1 responses to “Penyebutan Maryam Sebagai Saudara Perempuan Harun Adalah Kesalahan Sejarah Dalam Alqur’an

  1. Ping balik: Kumpulan Artikel Seputar Kristologi | Abu Zahra Hanifa

Tinggalkan komentar