Muawiyah bin Abu Sufyan (17) : Kebijakan & Perkembangan Islam Di Masa Muawiyah


Dengan naiknya Muawiyah bin Abu Sofyan, maka dimulailah periode Dinasti Umayyah pada masa pemerintahan Islam selanjutnya.

Dakwah dan tersebarnya agama Islam setelah masa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan KhulafaurRasyidin terus berlanjut hingga pemimpin berikutnya, yaitu khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan (41-60 H / 661-679 M) dan para penerusnya dalam daulah umayyah.

Perluasan wilayah penyebaran Islam yang semula tidak terlalu ekspansif, pada masa Bani Umayyah justru menyebar sedemikian cepat dan luasnya. Bahkan peradaban islam di berbagai bidang justru dimulai di era dinasti ini.

Pemindahan Ibu Kota Pemerintahan

Pusat pemerintahan kemudian dipindahkan dari Madinah Al Munawarah ke Damaskus, di mana sebelumnya merupakan pusat kekuasaan Muawiyah sejak menjabat sebagai gubernur Syiria dan Palestina.

Dipilihnya Damaskus sebagai ibu kota dari Daulah Umayyah, karena posisi
Damaskus yang dianggap strategis, berada ditengah-tengah negeri Islam bagian timur yang mencakup Irak dan Persia dan belahan barat yang mencakup Mesir dan Afrika. Di Damaskus juga Muawiyah menemukan tatanan birokrasi dan kekuasaan yang mengakar kokoh (Ash-Shallabi, 2012 : 344 ).

Kemajuan Yang Dicapai

Secara umum kemajuan dan perubahan yang dilakukan pada masa Dinasti
Umayyah sudah disinggung pada pembahasan di atas. Namun untuk lebih jelasnya maka penulis akan menguraikan hal-hal yang telah dilakukan oleh
seluruh khalifah yang berkuasa pada waktu itu, di antaranya adalah :

a). Pemisahan Kekuasaan

Pemisahan kekuasaan antara kekuasaan agama (Spiritual power) dengan
kekuasaan politik (temporal power). Muawiyah bukanlah seorang yang ahli
dalam soal-soal keagamaan, maka masalah keagamaan diserahkan kepada
para ulama.

b). Pembagian wilayah

Pada masa khalifah Umar ibn Khattab terdapat 8 propinsi, maka pada masa Dinasti Umayyah menjadi 10 propinsi dan tiap-tiap propinsi dikepalai oleh seorang gubernur yang bertanggung jawab langsung kepada Khalifah. Gubernur berhak menunjuk wakilnya di daerah yang lebih kecil dan mereka dinamakan ‘amil.

c). Bidang administrai pemerintahan

Dinasti umayyah membenyuk beberapa diwan (Departemen) yaitu :

  • Diwan al Rasail, semacam sekretaris jendral yang berfungsi untuk
    mengurus surat-surat negara yang ditujukan kepada para gubernur atau
    menerima surat-surat dari mereka;
  • Diwan al Kharraj, yang berfungsi untuk mengurus masalah pajak.
  • Diwan al Barid, yang berfungsi sebagai penyampai berita-berita rahasia
    daerah kepada pemerintah pusat;
  • Diwan al Khatam, yang berfungsi untuk mencatat atau menyalin
    peraturan yang dikeluarkan oleh khalifah;
  • Diwan Musghilat, yang berfungsi untuk menangani berbagai
    kepentingan umum.

d). Organisasi Keuangan

Percetakan uang dilakukan pada masa khalifah Abdul Malik ibn Marwan,
Walaupun pengelolaan asset dari pajak tetap di Baitul Mal.

e). Organisasi Ketentaraan

Pada masa ini armada laut umat islam mulai berkembang dan angkatan militer lautnya mulai dibentuk.

Kemudian, keluar kebijakan bagi rakyatnya untuk menjadi tentara yaitu dengan adanya undang-undang wajib militer yang dinamakan ‘Nidhomul Tajnidil Ijbary”.

f). Organisasi Kehakiman

Kehakiman pada masa ini mempunyai dua ciri khas yaitu:

  • Seorang qadhi atau hakim memutuskan perkara dangan ijtihad;
  • Kehakiman belum terpengaruh dengan politik.

g). Bidang Sosial dan Kemasyarakatan

Pada periode ini, kesejahteraan dan kebutuhan rakyat sangat diperhatikan oleh pemerintah. Ketika itu banyak dibangun rumah sakit, lembaga pendidikan, dan pengembangan berbagai karya seni Islam.

g). Penyeragaman Bahasa Arab

Ketika Walid ibn Abdul Malik berkuasa terjadi penyeragaman bahasa,
yaitu semua administrasi negara harus memakai bahasa Arab.

i). Bidang Pendidikan

Pemerintah Dinasti Umayyah menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan
dengan penyediaan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuan, para seniman, dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu melakukan kaderisasi ilmu.

Di antara ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini adalah:

  • Ilmu Agama, seperti: Alquran, Hadis, dan Fiqh. Proses pembukuan Hadis
    terjadi pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz sejak saat itulah hadis
    mengalami perkembangan pesat.
  • Perkembangan ilmu fiqih ini
    berkembang pesat ketika masa pemerintahan bani umayyah II di
    Andalusia, sehingga di antaranya lahir 4 mazhab besar, (1) Imam Maliki
    (2) Imam Syafi’i (3) Imam Hanafi dan (4) Imam Hambali.
  • Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang
    perjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah Al Jurhumi
    berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.
  • Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segala ilmu yang mempelajari
    bahasa, nahwu, saraf, dan lain-lain.
  • Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari
    bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan
    ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran.
  • Ilmu kimia, kedokteran dan astrologi, dalam ilmu pengobatan awalnya
    masih bersumber pada pengobatan tradisional yang diterapkan Nabi,
    yang di antaranya adalah mengeluarkan darah dengan gelas (bekam).
    Kemudian pengobatan ilmiah Arab banyak yang bersumber dari Yunani,
    sebagian dari Persia. Adapun daftar dokter pertama pada masa Dinasti
    Umayyah ditempati oleh al-Harits ibn Kaladah46 (w. 634) yang berasal
    dari Thaif, yang kemudian menuntut ilmu ke Persia. Harits ibn kalabah
    itu merupakan orang Islam pertama yang menerjemahkan buku-buku
    berbahasa Yunani dan Koptik tentang Kimia, Kedokteran, dan Astrologi

j). Bidang Politik

Diantara peranan dan kontribusi politik Muawiyah bin Abu Sufyan pada pemerintahan Dinasti Umayyah adalah sebagai berikut :

  1. Memindahkan pusat pemerintahan ke dari Madinah ke Damaskus.
  2. Mengubah Sistem Pemerintahan Islam yang berlandaskan kepada Syura
    menjadi sistem monarki dengan mengangkat Yazid sebagai putra
    Makhota.
  3. Mendirikan kantor-kantor administrasi pemerintahan, yang berbentuk
    diwan – diwan khusus yang disesuaikan dengan tugas dan fungsi
    masing-masing diwan tersebut
  4. Mempelopori dibentuknya petugas-petugas keamanan, (ajudan dan
    pengawal).
  5. Dalam keamanan dan bidang kemiliteran, Muawiyah Bin Abu Sufyan
    membentuk kepolisian, angkatan darat dan angkatan laut yang terdiri
    dari dua pasukan (pasukan musim panas dan musim dingin)
  6. Dalam bidang kemajuan intelektual, Muawiyah bin Abu Sufyan
    menaruh perhatian lebih pada perkembangan pendidikan, dengan
    inisiatif mendirikan perpustakaan dan pusat kajian keilmuan, tidak
    ketinggalan seni sastra terutama syair dan puisi mengalami kemajuan,
    selain karena syair dan puisi menjadi semacam hiburan, tetapi juga
    sengaja menjadi alat politik (propaganda) untuk mendukung kebijakan
    politis Muawiyah bin Abu Sufyan.

Mencermati sekilas tentang kemajuan yang telah dicapai oleh Dinasti
Umayyah mengandung pesan yang dapat kita tangkap disini bahwa ketika
pemerintah mempunyai kemauan yang keras untuk membangun negaranya maka rakyat yang dipimpinya akan mendukung semua program pemerintah tersebut.

Perluasan Di Berbagai Wilayah

a). Bizantium dan Afrika Utara

Pada masa Mu’awiyah bin Abu Sufyan, umat Islam dengan panglimanya Uqbah bin Nafi dan dibantu suku Barbar, mengalahkan tentara Bizantium di Afrika Utara.

Mereka juga mendirikan Qairawan, di negara Maroko sekarang, sebagai pusat pemerintahan Islam di Afrika pada tahun 670 M.

b). Persia dan Asia Tengah

Di Asia, Dinasti Umayyah berhasil menaklukan Transoxiana (Asia Tengah ), yakni daerah – daerah di yang terletak di sungai Jihun dan sungai Sihun, serta wilayah Sindh ( Pakistan ) ditambah lagi dengan wilayah-wilayah yang sudah ditaklukan sebelumnya pada masa Khalifaur Rasyidin, terutama (Persia, Khurasan, Sijistan, Jirjan, Tibristan, Armenia, Azerbaijan ) yang kemudian menjadi wilayah-wilayah utama dalam dunia Islam.

c). Rusia Selatan dan India

Pada masa kekuasaan Abdul Malik bin Marwan (685 M–705 M), misi ekspansi Dinasti Umayyah masih tetap dilakukan. Pada periode ini, pasukan Dinasti Umayyah berhasil menyeberangi Sungai Oxus untuk menguasai wilayah Bukhara, Khwarezmia, Ferghana, dan Samarkand.

Bahkan perjalanan penguasaan wilayah oleh pasukan Dinasti Umayyah itu dapat diteruskan hingga ke beberapa wilayah di kawasan India bagian barat. Para masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa resmi negara.

d). Andalusi dan berbagai kota di Spanyol

Secara umum, masa pemerintahan Al-Walid bin Abdul Malik dikenal sebagai masa kemakmuran dan ketertiban bagi rakyatnya. Pada periode ini pun Dinasti Umayyah berhasil melancarkan ekspedisi militer besar ke wilayah barat. Pada 711, ekspansi militer ini berhasil menaklukkan wilayah Algeria dan Maroko. Salah seorang jenderal paling ternama Dinasti Umayah, yakni Tariq bin Ziyad, berhasil memimpin pasukannya untuk menyeberangi Selat Gibraltar menuju daratan Eropa.

Setelah berhasil mendarat di wilayah Andalusia, pasukan Dinasti Umayyah pimpinan Tariq bin Ziyad memfokuskan perhatiannya pada Kota Cordoba sebagai pusat Kerajaan Spanyol. Setelah Cordoba berhasil dikuasai, beberapa kota lain di Spanyol dapat dikuasai, seperti Toldeo dan Sevilla.

Beberapa sumber menyebut, keberhasil pasukan Dinasti Umayyah dalam menaklukan Spanyol sedikit banyaknya disebabkan oleh dukungan masyarakat lokal yang merasa tertindas oleh pemerintaha Kerajaan Spanyol.

e). Perancis dan Eropa

Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Azis, Dinasti Umayyah kembali berusaha melebarkan kekuasaannya di Eropa Barat.

Pasukan Dinasti Umayyah berusaha menyeberangi Pegunungan Pyrenia demi mencapai wilayah Prancis. Beberapa kota di wilayah Prancis sempat menerima serangan dari pasukan Dinasti Umayyah, di antaranya Poitiers, Bordeaux, dan Tours.

Setelah menguasai sebagian besar wilayah Andalusia, daerah kekuasaan Dinasti Umayyah di wilayah Eropa Barat telah benar-benar berkembang pesat.

Para Pemimpin Dinasti Umayyah

Pemerintahan dinasti Umayyah berasal dari nama Umaiyah ibn Abu
Syam ibn Abdi Manaf, pemerintahan ini berkuasa selama selama kurang
lebih 91 tahun (41-132 atau 661-750 M) dengan 14 orang khalifah mereka
adalah :

  1. Muawiyah (41-60 H / 661-679 M)
  2. Yazid 1 / (60-64 H / 680-683 M)
  3. Muawiyah II (64H / 683 M)
  4. Marwan bin Hikam (64-65 H / 683-684 M)
  5. Abdul Malik (65-86 H / 684-705 M)
  6. Al Walid (86-98 H / 705-714 M)
  7. Sulaiman (96-99 H / 615-717 M)
  8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H / 717-719 M)
  9. Yazid II (101-105 H / 719-723 M)
  10. Hisyam (105-125 H /723-742 M)
  11. Al Walid II (125-126 H / 742-743 M)
  12. Yazid III (126 H / 743 M)
  13. Ibrahim (126-127 H / 743-744 M)
  14. Marwan II (127-132 H / 744-749 M)

Dari sekian banyak khalifah yang berkuasa pada masa dinasti Umayyah
hanya beberapa khalifah saja yang dapat dikatakan khalifah besar yaitu :

  • Muawiyah ibn Abi Soyan,
  • Abd al Malik ibn Marwan
  • Al Walid ibn Abdul Malik,
  • Umar bin Abdul Aziz dan
  • Hisyam ibn abd al Malik.
Silsilah Nasab Bani Umayyah menunjukkan mereka adalah kaum Quraisy yang dihormati.

Kemunduran dan Runtuhnya Dinasti Umayyah

Periode kemunduran Daulah Bani Umayyah dimulai saat 6 tahun sebelum daulah ini runtuh. Ditandai dengan keributan yang terjadi di dalam istana; para amir saling berselisih dan memusuhi, maraknya konspirasi yang membingungkan dan mengadu domba. Keadaan demikian membuat para amir lalai dari tugas utama mereka dalam pemerintahan.

Negara yang begitu luas pun mulai limbung dan kehilangan stabilitas. Ditambah lagi munculnya pemberontakan dari kalangan orang-orang Abbasiyah, Syiah, dan Khawarij.

Adapun beberapa faktor lainnya yang menjadi penyebab kemunduran dinasti umayyah adalah :

  • Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan. Pengaturannya tidak jelas sehingga menyebabkan persaingan yang tidak sehat di lingkungan keluarga kerajaan;
  • Adanya gerakan oposisi dari pendukung Ali dan Khawarij baik yang dilakukan secara terbuka maupun secara tertutup. Hal ini banyak menyedot perhatian pemerintah ketika itu;
  • Timbulnya permasalahan sosial yang menyebabkan orang non Arab dan suku Arabia Utara sehingga Dinasti Umayyah kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan;
  • Sikap hidup mewah di kalangan keluarga istana dan perhatian terhadap masalah keagamaan sudah berkurang

Ditambah lagi munculnya pemberontakan dari kalangan orang-orang Abbasiyah, Syiah, dan Khawarij.

Keadaan demikian terus berlangsung hingga terbunuhnya Khalifah Marwan bin Muhammad oleh orang-orang Abbasiyah pada tahun 132 H. Saat itulah merupakan akhir dari kisah Daulah Bani Umayyah.

***

Referensi bacaan : Berbagai artikel dan tulisan seputar bani umayyah dan kepemimpinan khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s