Terusirnya Yahudi Bani Nadhir Dari Madinah

Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah hidup di lingkungan yang lebih majemuk dibandingkan sewaktu beliau berada di kampung halamannya Mekah. Selain tinggal bersama orang-orang musyrik Arab, Rasulullah juga hidup bertetangga dengan ahlul kitab dari kalangan Yahudi.

Di antara kabilah Yahudi yang tinggal di Madinah adalah kabilah Bani an-Nadhir.

Baca lebih lanjut

Perang Bani Nadhir

Sejak jaman dahulu, bangsa Yahudi memang dikenal sebagai ahli makar. Pembunuhan terhadap para Nabi dan kekejian lainnya tidak lepas dari tangan-tangan mereka. Berbagai peperangan yang muncul di jaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga lahir dari persekongkolan jahat mereka. Salah satunya adalah Peperangan Bani Nadhir.

Sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah ke Madinah, sudah ada tiga kabilah besar bangsa Yahudi yang menetap di negeri tersebut. Mereka adalah Bani Qainuqa’, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah.

Baca lebih lanjut

Sirah Nabi (48) : Perang Bani Nadhir

TAHUN TERJADINYA PEPERANGAN

Para Ulama ahli sirah berbeda pendapat tentang kapan perang Bani Nadhîr berkecamuk. Az-Zuhri rahimahullah [1] menganggap peperangan ini terjadi enam bulan pasca Perang Badar Kubra.

Ini berarti peperangan ini terjadi sebelum Perang Uhud. Ulama’ lain berpendapat bahwa peperangan ini terjadi setelah perang Uhud, tepatnya pada bulan Rabi’ul Awwal, tahun ke-4 hijrah.

Baca lebih lanjut

Sirah Nabi (46) : Pengusiran Yahudi Bani Qainuqa

Hubungan Muslimin dengan Yahudi

Pengusiran Bani Qainuqa terjadi pada Bulan Syawal Tahun ke 2 Hijriyah. Pada awalnya, kaum muslimin tidak pernah berfikir ingin mengusir Yahudi dari Madinah. Mereka bahkan mengharapkan orang-orang Yahudi menjadi penyokong dalam peperangan melawan paganisme dan menegakkan ajaran tauhid.

Rasulullah dan kaum muslimin selalu mencari titik persamaan dengan orang-orang Yahudi dalam banyak permasalahan selama tidak menyentuh masalah aqidah.

Baca lebih lanjut

Beberapa Kabilah Yahudi Penghianat Piagam Madinah

Di awal kedatangannya di Madinah, Rasulullah langsung mengikat perjanjian damai dengan orang-orang Yahudi. Di antara perjanjian tersebut tertuang dalam Watsiqotul Madinah atau Piagam Madinah.

Namun tidak sampai dua tahun beliau tinggal di Madinah, beliau memerangi dan mengusir Yahudi Bani Qainuqa’ dari kota tersebut. Kemudian diikuti Bani Nadhir dan Bani Quraizah.

Apakah Nabi membatalkan perjanjian damai dan suka berperang seperti yang banyak dituduhkan pembenci Islam? Ataukah justru orang Yahudi yang membatalkan perjanjian damai tersebut?

Baca lebih lanjut

Pengkhianatan Yahudi Bani Qainuqa

Yahudi di Kota Madinah

Di awal-awal berdirinya Daulah Islamiyah di Madinah (abad ke-7 M), terdapat tiga kabilah besar Yahudi yang tinggal di sana. Kabilah-kabilah tersebut adalah Bani Qainuqa’, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah.

Selain komunitas Yahudi di Madinah, jazirah Arab juga memiliki komunitas Yahudi yang sangat besar, yang juga bertetanggaan dengan Daulah Islam yang baru saja berdiri ini, tepatnya di Utara Madinah, di Khaibar.

Baca lebih lanjut

Memerangi Yahudi Bani Qainuqa

Sebagian besar Ulama Ahli Sejarah menyebutkan bahwa peperangan ini terjadi setelah Perang Badar Kubra.

Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Hajar[1] dengan berpegang pada hadits Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh Abu Dâwud[2] dan beliau rahimahullah menyatakan hadits ini hasan dan diperkuat dengan riwayat Ubâdah bin al-Walîd dalam Maghâzi Ibnu Ishâq[3]

Baca lebih lanjut

Kaum Yahudi Berharap Nabi Terakhir Dari Kalangan Mereka

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du, Al-Quran telah memberitakan, bahwa masyarakat ahli kitab telah mengetahui akan ada nabi terakhir yang mempimpin dunia dan mengalahkan berbagai macam suku dan golongan yang tidak mengetahui agamanya.

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ

“Ingatlah ketika Isa Ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan datangnya seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.” (QS. As-Shaf: 6).

Baca lebih lanjut