Kisah Taubatnya Wahsy bin Harb radhiyallahu ‘anhu

Wahsyi bin Harb Al-Habsyi, seorang budak hitam asal Habasyah (Ethiopia). Bertubuh tinggi kekar sehingga ia mendapat julukan Abu Dasamah atau pria yang berbadan subur. Ia dikenal lihai memainkan tombak. Tombak yang ia lepas selalu tepat sasaran.

Tak disangka, dibalik tubuh kekarnya, Wahsyi memiliki dendam kepada Hamzah. Ia amat membenci Hamzah karena telah membunuh pamannya, Thu’aimah bin Adi bin Al-Khiyar dalam Perang Badar.

Baca lebih lanjut

Kisah Islamnya Wahsy bin Harb radhiyallahu ‘anhu

Hidayah dari Allah tidak bisa diduga. Ketika Kota Mekkah ditaklukkan dan manusia berbondong-bondong masuk Islam, Wahsyi adalah salah satu di antara mereka.

Bahkan dia ikut di dalam delegasi orang-orang Thaif untuk menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Baca lebih lanjut

Mengenal Wahsy bin Harb, Pembunuh Hamzah bin Abdul Muthalib & Nabi Palsu Musailamah Al Kadzab

Wahsyi bin Harb (Arab : وحشي بن حرب, Julukan: Abi Dasamah) adalah seorang bekas budak kulit hitam dari Ethiopia milik Jubair bin Muth’im dan dimerdekakan oleh Hindun binti Utbah.

Yang menjadi terkenal karena mampu membunuh paman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memiliki julukan “Singa Allah” yakni, Hamzah bin Abdul Muthalib dan ia juga berhasil membunuh Musailamah al-Kazzab saat pertempuran Yamamah pada zaman Khalifah Abu Bakar.

Baca lebih lanjut

Kisah Pembunuh Hamzah, Wahsy bin Harb radhiyallahu ‘anhu

Semasa jahiliyahnya, Wahsyi–budak berkulit hitam yang merupakan penombak ulung–berhasil menombak Hamzah, paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memiliki julukan Asadullah (singa Allah). Namun ketika ia telah berislam, ia membunuh Musailamah Al-Kadzdzab sang Nabi palsu.

Barangkali, perkataan yang paling cocok menggambarkan beliau adalah perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi,

Baca lebih lanjut

Perang Uhud, Kekalahan Perang Pertama Akibat Kelalaian

Para sahabat adalah orang-orang yang memiliki keimanan paling tinggi dibanding manusia lainnya. Ini terbukti ketika Perang Uhud hendak berkecamuk, mereka serta-merta menyatakan diri ingin ikut dalam perang tersebut. Tak terkecuali anak-anak yang masih di bawah umur. Namun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam belum membolehkan mereka ikut berperang.

Setelah tidak memperoleh hasil yang berarti dengan aksinya di sekitar Madinah, akhirnya Abu Sufyan kembali ke Makkah dan berhasil mengumpulkan sekitar 3.000 pasukan, terdiri dari orang-orang Quraisy dan sekutu-sekutunya.

Baca lebih lanjut