Pelajaran Dari Wafatnya Paman Nabi Abu Thalib

Apa saja pelajaran yang bisa diambil dari kisah meninggalnya Abu Thalib?

Pertama: Kisah tersebut menunjukkan agungnya kalimat tauhid laa ilaha illallah yang di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menginginkan pamannya mengucapkannya.

Kalimat tersebut berisi kandungan agar kita mentauhidkan Allah dalam ibadah. Siapa saja yang mentauhidkan Allah, maka berarti ia telah bebas dari menjadi budak pada makhluk.

Kedua: Orang-orang musyrik sudah paham bahwa kalimat laa ilaha illallah punya konsekuensi untuk menjadikan sesembahan hanya satu yaitu Allah Sang Khaliq. Baca lebih lanjut

Kisah Wafatnya Abu Thalib, Paman Nabi shalallahu alaihi wasallam (3/3)

Dalam peristiwa wafatnya Abu Thalib, ada empat tokoh besar yang duduk bertemu. Dua orang di antaranya telah kita uraikan di tulisan sebelumnya. Banyak pelajaran yang kita dapati dan kaji dari keduanya. Pelajaran yang bisa kita adaptasi dengan realita kekinian.

Berikutnya, tokoh ketiga adalah paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Thalib bin Abdul Muthalib.

Abu Thalib Baca lebih lanjut

Kisah Wafatnya Abu Thalib, Paman Nabi shalallahu alaihi wasallam (2/3)

Di tulisan sebelumnya, telah dibahas bagaimana peristiwa wafatnya paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Thalib. Bagaimana Nabi berusaha mendakwahi sang paman di akhir hayat. Dan bagaimana pula tokoh-tokoh kekufuran, Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah, tak mau kalah menyerukan kekufuran untuk teman mereka.

Orang pertama yang akan kita bahas dalam tulisan kali ini adalah Abu Jahal.

Abu Jahal Baca lebih lanjut

Kisah Wafatnya Abu Thalib, Paman Nabi shalallahu alaihi wasallam (1/3)

Saat Abu Thalib mendekati akhir usia, berkumpullah tokoh-tokoh besar di sekitarnya. Penghulu manusia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan tokoh kekafiran juga pemuka Quraisy, Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah. Kehadiran para tokoh yang kontradiktif inilah, membuat peristiwa wafatnya Abu Thalib memuat banyak pelajaran.

Ketika ajal Abu Thalib telah dekat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam segera menuju rumah sang paman. Beliau berharap pamannya yang turut memperjuangkan dakwah ini, melisankan syahadat di akhir hayat. Meninggalkan dunia dengan menyandang status seorang muslim. Sehingga menjadi sebab bergantinya keadaan, dari berhadapan dengan ancaman neraka berganti dengan nikmat surga. Baca lebih lanjut

Cinta Abu Thalib kepada Nabi shalallahu ‘alahi wasallam

Semasa Hidup, Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam. dikenal sebagai seorang yang luar biasa dalam memimpin, kebijaksanaannya pun merupakan suri tauladan bagi yang lain. Namun meskipun begitu, Rasulullah tak ayalnya hanya manusia yang sama seperti lelaki pada umumnya.

Berdarah apabila dilukai, menangis pula apabila merasa sedih. Dibanyak kesempatan, apabila Rasulullah tidak didukung oleh orang-orang yang membantu dakwahnya, kemungkinan juga Agama Islam tidak bisa sebesar sekarang. Dan marilah kita mengenal sikap Abu Thalib dalam melindungi Rasulullah dalam berdakwah. Baca lebih lanjut

Sirah Nabi (28) : Wafatnya Abu Thalib & Khadijah

Tahun Duka Cita

Dalam perjalanan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, pernah tiba suatu masa kala duka bertubi-tubi mendera beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kurun itu dikenal dengan istilah ‘amul hazn (tahun duka cita).

Paman Beliau Meninggal

Bermula dari kondisi paman beliau, Abu Thalib, yang semakin parah. Tak lama kemudian, ajalnya pun datang pada bulan Rajab tahun kesepuluh masa kenabian. Ada pula ulama yang berpendapat bahwa Abu Thalib meninggal pada bulan Ramadhan, tiga hari sebelum wafatnya Khadijah radhiyallahu ‘anha. Baca lebih lanjut

Wafatnya Sang Paman Abu Thalib

Wafatnya Abu Thalib Kesedihan Mendalam Bagi Rasulullah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling ridha terhadap takdir Allah. Beliau adalah teladan, bagaimana selayaknya seseorang bersikap dalam menghadapi ujian hidup. Tapi, beliau juga memiliki sisi manusia umumnya. Merasakan apa yang dirasakan manusia biasa. Beliau merasakan lapar, sakit, perih karena luka, dan bersedih.

Di antara peristiwa yang membuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersedih adalah wafatnya paman beliau, Abu Thalib. Terlebih sang paman wafat dalam keadaan masih memegang agama jahiliyah. Abu Thalib adalah kerabat dan orang terdekatnya. Abu Thaliblah yang mengasuh Nabi sejak berusia 8 tahun. Saat sang kakek meninggal hingga Nabi berusia 40-an tahun. Kedekatan yang luar biasa dengan sang paman terjalin sedari kanak-kanak hingga masa kenabian. Baca lebih lanjut