Shafwan yang diamuk dendam kesumat karena kematian ayahnya, Umayyah bin Khalaf, seakan tak pernah tidur memikirkan bagaimana membalaskan dendam tersebut. Permusuhan dan kebenciannya kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam membawanya kepada kesepakatan bersama Umair bin Wahb.
Suatu hari dia bersama Umair berbincang-bincang tentang korban Perang Badr. Shafwan berkata, “Demi Allah, hidup ini tidak menyenangkan sepeninggal mereka.”