Siapakah Khawarij (1) ?

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Khawarij berasal dari kata kha-ra-ja [arab: خرج] yang artinya keluar. Kaitannya dengan pemerintahan, kata kha-ra-ja memiliki arti keluar dari ikatan baiat kepada pemerintah yang sah. Tentang makna khawarij, para ulama menyampaikan berbagai definisi, diantaranya seperti yang dijelaskan Imam Abul Hasan Al-Asy’ari, bahwa kelompok khawarij adalah nama kelompok yang memberontak khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.

Baca lebih lanjut

Mengenal Pokok Pokok Aqidah Kaum Khawarij (2/2)

Pokok-Pokok ‘Aqidah Kaum Khawarij

Di antara pokok ‘aqidah kelompok khawarij adalah sebagai berikut.

Pertama, mereka menilai dan memvonis para pelaku dosa besar dari kaum muslimin sebagai orang kafir, kekal di neraka, sehingga halal harta dan darahnya (hartanya boleh dirampas dan pemiliknya boleh dibunuh).

Ke dua, memvonis kafir sahabat (khalifah) ‘Ali bin Abi Thalib, ‘Utsman bin ‘Affan, dua orang negoisator (utusan atau juru damai) dari pihak ‘Ali bin Abi Thalib (Abu Musa Al-‘Asyari) dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan (‘Amr bin Al-‘Ash), orang-orang yang ridha dengan terjadinya perdamaian (kesepakatan) antara ‘Ali dan Mu’awiyah atau membenarkan salah satu pihak. Semoga Allah Ta’ala meridhai para sahabat Rasulullah semuanya.

Baca lebih lanjut

Mengenal Pokok Pokok Aqidah Kaum Khawarij (1/2)

Kelompok khawarij dikenal dengan ciri khas mereka, yaitu:

  1. Berlebih-lebihan dalam memvonis kafir sesama kaum muslimin;
  2. Keluar memberontak dari penguasa kaum muslimin yang sah; dan
  3. Menghalalkan tumpahnya darah kaum muslimin yang menyelisihi aqidah mereka.

Bibit-bibit kaum khawarij sudah muncul sejak zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, mereka benar-benar muncul dan eksis ketika zaman khalifah ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu Ta’ala ‘anhu [1].

Baca lebih lanjut

Kemunculan Sekte Khawarij

Pendahuluan

Diantara usaha para pelaku kebatilan untuk menjauhkan manusia dari kebenaran adalah dengan mengaburkan makna kebenaran dan memberikannya citra yang buruk. Sebaliknya, mereka akan berusaha memodifikasi dan menghiasi kebatilan sehingga terlihat indah dan benar di mata manusia. Maka kebenaran dan kebatilan akan terlihat terbalik, yang benar terlihat batil, dan yang batil terlihat benar.

Diantara bentuk perusak citraan tersebut adalah label khowarij yang diberikan kepada dakwah salafiyah. Hal ini sudah terjadi bahkan sejak zaman Imam Ahmad, yang juga dialami oleh Syaikhul Islam dan muridnya Ibnul Qoyyim [1], begitu juga dengan dakwah tauhid yang dibawa oleh Muhammad bin Abdul Wahhab [2].

Baca lebih lanjut

Dialog Ibnu Abbas dengan Khawarij

Wajibnya Kembali kepada Sahabat dalam Memahami Islam

Jauh dari jalan sahabat Rasulullah dalam memahami Al-Kitab dan As-Sunnah, adalah pertanda kesesatan dan alamat kebinasaan. Dalam sebuah wasiatnya yang agung, Rasulullah mewanti-wanti umat ini agar selalu berjalan di atas jalan mereka yang lurus. Beliau bersabda:

فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

“Maka sungguh, siapa yang hidup di antara kalian akan menyaksikan perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian mengikuti sunnahku dan sunnah Al-Khulafa yang mendapat bimbingan dan petunjuk, pegang eratlah sunnah itu dan gigitlah dengan geraham-geraham kalian.”[1].

Baca lebih lanjut

Manusia Paling Celaka adalah Pembunuhmu, Wahai Ali

Wafatnya khalifah ‘Utsman bin ‘Affan bukan akhir dari musibah yang menimpa umat. Rantai fitnah terus bersambung menimpa umat sebagai ujian dari Allah l, sebagaimana Rasulullah n kabarkan dalam sabdanya:

وَإِذَا وَقَعَ عَلَيْهِمُ السَّيْفُ لَمْ يُرْفَعْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Jika pedang telah dijatuhkan atas muslimin, pedang itu tidak akan diangkat hingga hari kiamat.”[1]

Berita ini terjadi seperti apa yang Rasul kabarkan. Ketika khalifah Ar-Rasyid, Amirul Mukminin ‘Utsman z terbunuh, sejak saat itulah peperangan terus berlangsung di tengah kaum muslimin, dan akan berlanjut hingga hari kiamat. La haula wala quwwata illa billah [2].

Baca lebih lanjut

Khawarij Membunuh Abdullah bin Khabbab

Kaum Khawarij, mereka wara (sangat berhati-hati) dalam sebagian masalah, namun sangat mudah menghalalkan darah kaum Muslimin. Simak kisah pembunuhan Abdullah bin Khabbab berikut ini.

عن أبي مجلز قال بينما عبد الله بن خباب في يد الخوارج إذ أتوا على نخل فتناول رجل منهم تمرة فأقبل عليه أصحابه فقالوا له : أخذتَ تمرةً مِن تمر أهل العهد

“Dari Abu Mijlaz, ia berkata: ketika Abdullah bin Khabbab ditawan oleh kaum Khawarij. Ketika mereka mendapati sebuah pohon kurma, maka salah seorang dari mereka mengambil kurma (yang jatuh) dari pohon tersebut. Maka teman-temannya (sesama Khawarij) menemuinya dan berkata: “engkau telah mengambil kurmanya ahlul ‘ahdi (kafir mu’ahhad)”.

Baca lebih lanjut

Ibnu Muljam & Wanita Cantik Berpaham Khawarij

Bagaimana fitnah wanita telah menimpakan sebuah keimanan seseorang, sehingga terbutakan hati olehnya.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَاْلأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَئَابِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran: 14).

Baca lebih lanjut

Abdurrahman bin Muljam, Potret Buram Pemikiran Khawarij

Kebenaran pemahaman dan itikad yang baik merupakan tonggak penting dalam mengaplikasikan ajaran Islam secara benar. Dua perkara ini harus seiring-sejalan. Ketika salah satunya tidak terpenuhi, maka tabiat orang-orang Yahudi -yang tidak mempunya itikad baik di hadapan hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala -, dan penganut Nashâra -yang berjalan tanpa petunjuk ilmu- akan berkembang di tengah umat. Akibatnya timbullah kerusakan.

Contoh perihal bahaya dari pemahaman yang tidak lurus ini, dapat dilihat pada diri Abdur Rahmaan bin Muljam. Sosok ini telah teracuni pemikiran Khawaarij.

Baca lebih lanjut

Rencana Pembunuhan Terhadap Ali, Muawiyah & Amr bin Ash radhiyallahu’anhum

Tragedi pembunuhan Ali bin Abu Thalib r.a. sang menantu Nabi, sebagaimana dikisahkan Ibn Katsir dalam Al-Bidāyah wa an-Nihāyah, bermula dari rencana tiga orang Khawarij : Abdurrahman bin ’Amr (terkenal dengan sebutan Ibn Muljam al-Muradi), Amr bin Bakr at-Tamimi, dan Al-Bark bin Abdullah at-Tamimi.

Tiga orang ini bersepakat untuk membunuh tiga sahabat Nabi yang sangat terpandang kala itu: Ali bin Abu Thalib, ’Amr bin ’Ash, dan Mu’awiyah bin Abu Sufyan radhiyallāhu’anhum.

Baca lebih lanjut