Kumpulan Artikel Seputar Syubhat & Bantahannya

Di tengah gelombang kebid’ahan dan kesyirikan yang menerpa umat sekarang ini. Di saat kebingungan dan ketimpangan semakin membelit kaum mudanya. Ahlul ahwa’ (para pengikut hawa-nafsu) tidak henti-hentinya melontarkan kerancuan dan keraguan.

Bahkan tidak jarang melemparkan tuduhan serta fitnah yang tidak berdasar ke tengah-tengah umat terhadap kemulian dakwah Sunnah yang penuh barakah ini dan para dainya. Semua itu ibarat riak-riak kecil, bila tidak segera ditepis akan menjadi gelombang ganas yang membahayakan lagi mengkhawatirkan [*].

Baca lebih lanjut

Ini Dalilnya (19) : Bolehkah Ngalap Berkah Kepada Selain Rasululllah ?

Masalah Kelima : Seputar Tabarruk

Di penutup buku ini, saya tidak akan mengoreksi dalil-dalil yang disebutkan Novel tentang tabarruk para sahabat dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena semua dalil yang disebutkannya shahih, dan saya sependapat dengan siapa pun yang mengatakan bolehnya tabarruk dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam baik sewaktu hidup maupun sepeninggal beliau. Tapi ingat, tabarruk dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja, bukan dengan selain beliau.[1].

Yang menjadi masalah ialah ketika ada orang yang membolehkan tabarruk dengan selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan cara mengqiyaskan orang lain tersebut dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana yang dilakukan oleh Novel di akhir pembahasannya, ia mengatakan (hal 147): Baca lebih lanjut

Ini Dalilnya (17) : Antara Tawassul Yang Dibolehkan dan Yang Terlarang

Tawassul Para Sahabat Dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

Dalam pembahasan ini, Novel kembali memakai cara lamanya dalam berdalil… lagi-lagi ia berdalil dengan hadits yang tidak mengarah ke permasalahan. Hadits tersebut terkenal dengan istilah “hadietsul a’ma” (haditsnya Si orang buta).

Novel mengatakan (hal 122-123): Dalam Sunan Tirmidzi disebutkan bahwa Utsman bin Hunaif berkata, “Ada seorang lelaki tuna netra datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta beliau untuk mendoakannya agar dapat melihat kembali. Pada saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan dua pilihan kepadanya, yaitu didoakan sembuh atau bersabar dengan kebutaannya tersebut. Tetapi, lelaki itu bersikeras minta didoakan agar dapat melihat kembali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian memerintahkannya untuk berwudhu dengan baik kemudian membaca doa berikut: Baca lebih lanjut

Ini Dalilnya (16) : Bentuk Tawassul Yang Keliru

Dalam salah satu pembahasannya mengenai tawassul (hal 118), Novel memberinya judul sebagai berikut: Tawassul Nabi Muhammad saw dengan orang-orang yang berdoa. Kemudian ia mengatakan: Abu Sa’id Al Khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa keluar dari rumahnya menuju Masjid untuk menunaikan shalat, kemudian membaca doa berikut :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِحَقِّ السَّائِلِينَ عَلَيْكَ ، وَبِحَقِّ مَمْشَايَ فَإِنِّي لَمْ أَخْرُجْ أَشَرًا وَلاَ بَطَرًا ، وَلاَ رِيَاءً وَلاَ سُمْعَةً ، خَرَجْتُ اتِّقَاءَ سَخَطِكَ ، وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِكَ ، أَسْأَلُكَ أَنْ تُنْقِذَنِي مِنَ النَّارِ ، وَأَنْ تَغْفِرَ لِي ذُنُوبِي ، إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ

Berikut ini adalah terjemahan versi Novel (hal 118-119) : Baca lebih lanjut

Ini Dalilnya (15) : Keliru Dalam Memahami Tawasul

Masalah Ketiga : Tawassul

Pemahaman yang kacau balau tentang tawassul

Novel mengatakan : “Tawassul dengan orang lain artinya wasilah (perantara) yang kita sebutkan di dalam doa yang kita panjatkan bukanlah amalan kita, tetapi nama seseorang. Contohnya adalah doa berikut: “Ya Allah, berkat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam…”, “Ya Allah, berkat Imam Syafi’i…”, “Ya Allah, berkat para Rasul dan Wali-Mu…”.

Beberapa baris kemudian ia mengatakan : “Saudaraku, perlu kita ketahui bahwa seseorang yang bertawassul dengan orang lain sebenarnya ia sedang bertawassul dengan amalan salehnya sendiri. Bagaimana bisa? Kami akan menjelaskannya secara ringkas. Baca lebih lanjut

Ajaran Madzhab Syafi’i Yang Ditinggalkan Sebagian Pengikutnya (9) : Haramnya Ngalap Berkah Yang Tidak Syar’i

Fenomena yang sangat menyedihkan adanya sebagian orang yang mengaku bermadzhab Syafi’iyyah berbondong-bondong untuk mengambili pasir yang ada di kuburan seseorang yang mereka anggap wali !!, bahkan sampai-sampai kuburan tersebut dikhawatirkan ‘ambles’ karena kehabisan pasir !!

(TEMPO Interaktif, JombangAda-ada saja ulah peziarah. Seusai membaca Yasin dan tahlil di makam mendiang mantan Presiden RI ke empat, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, beberapa peziarah menyempatkan diri menjumput tanah dan bunga di atas gundukan makam. Mereka percaya, bunga dan tanah itu mengandung berkah dan tuah.

Seperti dikatakan salah satu peziarah, Fatimah, warga Seblak, Diwek, Jombang, Jawa Timur. Dia mengambil bunga dan tanah untuk dibawa pulang. Dia percaya, tanah dan bunga dari makam Gus Dur memiliki barokah. “Ini akan saya gunakan untuk mengobati sakit linu,” kata dia, Jumat (1/1).

Hal sama dilakukan Muhlison. Dia mengambil tanah makam untuk pengobatan anaknya yang sampai berusia beberapa tahun ini belum bisa berjalan alias lumpuh. Dia mengambil sedikit tanah, dikantongi, lalu dibawa pulang.
Melihat ulah peziarah itu, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Kiai Haji Shalahudin Wahid langsung bersikap. Dia meminta peziarah agar bersikap wajar dan meninggalkan hal-hal yang tak rasional. “Itu tidak rasional, jadi tidak usah dilakukan,” tegas dia.
Beberapa jam setelah pemakaman Gus Dur selesai, gundukan tanah makam sempat cekung. Tanah banyak dijumput warga, lalu dibawa pulang. Bahkan, taburan bunga di atasnya pun sirna. “Saya tidak heran kenapa terjadi begitu,” kata Yeni Wahid, putri Gus Dur.

Dia mengaku paham dengan kondisi itu. Dia menilai, budaya pengkultusan seperti itu memang bagian kecil dari budaya warga Nahdliyin. Beberapa orang masih percaya, jika makam tokoh besar seperti Gus Dur mengandung barokah dan memiliki tuah.
Perbuatan itu tidak bisa dilarang, karena sudah membudaya. Namun demikian, dia tetap melarang upaya pengambilan tanah makam seperti yang dilakukan beberapa peziarah. Peziarah cukup mendoakan saja. “Jangan macam-macam, dan aneh-aneh seperti itu,” terang dia.

MUHAMMAD TAUFIK, lihat http://www.tempo.co/read/news/2010/01/01/058216788).

Baca lebih lanjut

Menepis Syubhat Pembela Tawassul Yang Haram (5/5)

Syubhat 18

Hadits Sawad bin Qarib:

روى الطبراني في الكبير أن سواد بن قارب ( أنشد الرسول ( قصيدته التي فيها التوسل ، ( يقول الدحلان ) : ولم ينكر الرسول عليه ومنها قوله : وأشهد أن الله لا رب غيره وأنك أدنى المرسلين وسيلة فمرنا بما يأتيك يا خير مرسل وكن لي شفيعاً يوم لا ذو شفاعة

At Thabrani meriwayatkan dalam mu’jam kabirnya bahwa Sawad bin Qarib melantunkan qashidah di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang di dalamnya terdapat tawassul dan ternyata Nabi tidak mengingkarinya: “Aku bersaksi bahwa Allah tidak ada Rabb selainNya. Dan sesungguhnya engkau adalah rasul yang paling dekat wasilahnya. Maka perintahkan dengan apa yang datang kepadamu wahai sebaik-baiknya rasul. Dan jadilah pemberi syafaat kepadaku pada hari tidak ada yang mempunyai syafaat”.

Baca lebih lanjut

Menepis Syubhat Pembela Tawassul Yang Haram (4/5)

Syubhat 12

Kabar

إذا أعيتكم الأمور فعليكم بأصحاب القبور

“Apabila kamu ditimpa urusan yang payah maka hendaklah datang ke penghuni kubur”.

Jawab:

Khabar ini disebutkan oleh Al ‘Ajluuni dalam Kasyful khofaa (1/85) dan beliau menisbatkannya kepada kitab Al Arba’in karya ibnu kamal Basya, dan khabar ini batil tidak ada asalnya, tidak pernah diriwayatkan oleh para ulama hadits dalam kitab-kitab yang dapat dijadikan sandaran. Baca lebih lanjut

Menepis Syubhat Pembela Tawassul Yang Haram (3/5)

Syubhat 9

Hadits orang buta yang bertawassul dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

عن عثمان بن حنيف أن رجلاً ضريراً أتى النبي ( فقال : أدع الله أن يعافيني فقال : إن شئت دعوت وإن شئت صبرت وهو خير قال : فادعه فأمره أن يتوضأ فيحسن وضوءه ويدعو بهذا الدعاء : اللهم إني أسألك بنبيك محمد نبي الرحمة يا محمد إني أتوجه بك إلى ربي في حاجتي لتقضي اللهم شفعه في . فعاد وقد أبصر 

Dari Utsman bin Hanif bahwa ada seorang laki-laki buta datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Berdo’alah kepada Allah agar menyembuhkanku”. Beliau bersabda: “Jika kamu mau aku akan berdo’a dan jika kamu mau bersabar itu lebih baik”. Ia berkata: “Do’akanlah”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruhnya berwudlu dan membaguskan wudlunya dan berdo’a dengan do’a ini: “Ya Allah, aku memohon kepadaMu melalui NabiMu Nabi rahmat, wahai Muhammad aku menghadap kepada Rabbku melalui kamu agar hajatku dipenuhi, ya Allah berilah syafa’at untuknya terhadapku”. Maka penglihatannyapun kembali seperti semula”.

Baca lebih lanjut

Menepis Syubhat Pembela Tawassul Yang Haram (2/5)

Syubhat 4

Hadits yang menunjukkan bahwa orang yang telah mati bisa memberikan manfaat kepada orang yang masih hidup, dari ibnu Mas’ud radliyallahu ‘anhu sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

..وَفَاتِي خَيْرٌ لَكُمُ ، تُعْرَضُ عَلَيَّ أَعْمَالُكُمْ فَمَا كَانَ مِنْ حَسَنٍ حَمِدْتُ اللَّهَ ، وَمَا كَانَ مِنْ سَيِّءٍ اسْتَغْفَرْتُ اللَّهَ لَكُمْ.

“wafatku adalah kebaikan untuk kamu, amal-amalmu ditampakkan kepadaku, bila baik maka aku memuji Allah dan bila buruk, aku akan mohonkan ampunan untukmu”. (HR Al Bazzaar).

Dan hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ أَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَى أَقَارِبِكُمْ وَعَشَائِرِكُمْ مِنَ الأَمْوَاتِ، فَإِنْ كَانَ خَيْرًا اسْتَبْشَرُوا بِهِ، وَإِنْ كَانَ غَيْرَ ذَلِكَ، قَالُوا: اللَّهُمَّ لاَ تُمِتْهُمْ حَتَّى تَهْدِيَهُمْ كَمَا هَدَيْتَنَا.

Sesungguhnya amal-amalmu akan ditampakkan kepada karib kerabat dan keluargamu (yang telah meninggal), jika baik mereka bergembira, dan jika buruk mereka berkata: “Ya Allah jangan Engkau matikan dia sampai Engkau memberikan hidayah kepadanya sebagaimana Engkau memberi kami hidayah”. (HR Ahmad).

Mereka berkata: “Ini menunjukkan bahwa orang yang masih hidup dapat mengambil manfaat dari do’a orang yang telah mati, bila keadaannya demikian maka diperbolehkan kita bertawassul kepada mereka”.

Baca lebih lanjut