Adzan & Iqamah (1) : Pengertian Adzan & Iqamah

Di dalam Islam, shalat merupakan ibadah badaniyah yang penting dan telah ditetapkan waktu pelaksanaannya. Allah berfirman, artinya : “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa)”. (An Nisa`:103). “Sesungguhnya kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman..” [An Nisa` : 104].

Untuk mengetahui waktu shalat, Allah telah mensyariatkan adzan sebagai tanda masuk waktu shalat, berikut tata cara adzan dan hukum Islam berkenaan dengan adzan tersebut. Yang semuai ini, sangat penting untuk diketahui oleh kaum muslimin.

Baca lebih lanjut

Sunnah Sunnah Dalam Shalat (14) : Shalat Menghadap Sutrah

14). Shalat ke arah Sutrah

Secara Bahasa sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Mukhtar As-Shihhaah:

مَا يُسْتَرُ بِهِ كَائِنًا مَا كَانَ

Apapun yang menutupi” ([104])

Adapun secara istilah,

مَا يُنْصَبُ أَمَامَ الْمُصَلِّي، مِنْ عَصًا أَوْ تَسْنِيمِ تُرَابٍ أَيْ تَكْوِيمِهِ وَنَحْوِهِ، لِمَنْعِ الْمُرُورِ أَمَامَهُ

“segala sesuatu yang ditegakkan di depan orang yang sedang shalat, berupa tongkat, atau tanah yang disusun, atau semacamnya untuk mencegah orang lewat di depannya.” ([105])

Baca lebih lanjut

Sunnah Sunnah Dalam Shalat (12) : Mengucapkan Salam Kedua

12). Mengucapkan salam yang Kedua

Mengucapkan salam yang kedua adalah sunnah. ([83]Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَوْتَرَ بِتِسْعِ رَكَعَاتٍ لَمْ يَقْعُدْ إِلَّا فِي الثَّامِنَةِ، فَيَحْمَدُ اللَّهَ وَيَذْكُرُهُ وَيَدْعُو، ثُمَّ يَنْهَضُ وَلَا يُسَلِّمُ، ثُمَّ يُصَلِّي التَّاسِعَةَ، فَيَجْلِسُ فَيَذْكُرُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَيَدْعُو، ثُمَّ يُسَلِّمُ تَسْلِيمَةً يُسْمِعُنَا، ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ، فَلَمَّا كَبِرَ وَضَعُفَ أَوْتَرَ بِسَبْعِ رَكَعَاتٍ لَا يَقْعُدُ إِلَّا فِي السَّادِسَةِ، ثُمَّ يَنْهَضُ وَلَا يُسَلِّمُ، فَيُصَلِّي السَّابِعَةَ ثُمَّ يُسَلِّمُ تَسْلِيمَةً، ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ

Rasulullah jika mendirikan shalat witir dengan Sembilan rakaat, maka beliau tidak duduk (tasyahhud akhir) kecuali pada rakaat ke delapan. Setelah itu beliau memuji Allah, berdzikir dan berdoa. Kemudian bangkit dan tidak mengucapkan salam.

Baca lebih lanjut

Sunnah Sunnah Dalam Shalat (11) : Membaca Doa pada Tasyahud Akhir

11). Do’a Pada Saat Tasyahhud Akhir

Disunnahkan bagi orang yang shalat untuk berdoa sekehandaknya setelah tasyahhud akhir. Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

إِذَا قَعَدَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلَاةِ فَلْيَقُلْ: التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ، فَإِذَا قَالَهَا أَصَابَتْ كُلَّ عَبْدٍ لِلَّهِ صَالِحٍ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، ثُمَّ يَتَخَيَّرُ مِنَ الْمَسْأَلَةِ مَا شَاءَ

Jika salah seorang dari kalian duduk di dalam shalat maka ucapkanlah: 

Baca lebih lanjut

Sunnah Sunnah Dalam Shalat (10) : Membaca Tasbih Lebih Dari Satu Kali dalam Ruku’ & Sujud

10). Membaca Tasbih Lebih Dari Satu Kali Dalam Ruku’ dan Sujud

Disunnahkan membaca bacaan tasbih ketika ruku’ dan sujud lebih dari satu kali. ([78]) 

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا رَكَعَ أَحَدُكُمْ فَقَالَ: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَدْ تَمَّ رُكُوعُهُ وَذَلِكَ أَدْنَاهُ، وَإِذَا سَجَدَ فَقَالَ: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَدْ تَمَّ سُجُودُهُ وَذَلِكَ أَدْنَاهُ

Baca lebih lanjut

Sunnah Sunnah Dalam Shalat (9) : Membaca Tasmi’ & Tahmid

9). Membaca Bacaan Tasmi’ dan Tahmid

Mengucapkan Tasmi’ dan Tahmid ketika bangkit dari ruku’ seperti Malikiyyah, Hanafiyyah dan Syafi’iyyah adalah sunnah. ([72]) Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، قَالَ: اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الحَمْدُ، وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَكَعَ، وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ يُكَبِّرُ، وَإِذَا قَامَ مِنَ السَّجْدَتَيْنِ، قَالَ: اللَّهُ أَكْبَرُ

Nabi shallallahu ‘aaihi wasallam jika mengucapkan: ‘Sami’allahu liman hamidah’, maka beliau juga mengucapkan: ‘Allahumma rabbana lakal hamdu.’. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertakbir jika ruku’ dan jika bangkit mengangkat kepalanya. Dan apabila bangkit dari dua sujud maka beliau mengucapkan: ‘Allahu Akbar’. ([73])

Baca lebih lanjut

Sunnah Sunnah Dalam Shalat (7) : Membaca Ayat Alquran selain Al Fatihah

7). Membaca ayat Al-Qur’an selain Al-Fatihah

Disunnahkan membaca suatu surat dari Al-Qur’an setelah selesai dari membaca surat Al-Fatihah. Yaitu pada dua rakaat shalat fajar dan dua rakaat yang pertama dari shalat dzuhur, ashar, maghrib dan ashar. ([38])

Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

فِي كُلِّ صَلَاةٍ قِرَاءَةٌ فَمَا أَسْمَعَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَسْمَعْنَاكُمْ، وَمَا أَخْفَى مِنَّا، أَخْفَيْنَاهُ مِنْكُمْ، وَمَنْ قَرَأَ بِأُمِّ الْكِتَابِ فَقَدْ أَجْزَأَتْ عَنْهُ، وَمَنْ زَادَ فَهُوَ أَفْضَلُ

“Di setiap shalat ada bacaan. Apa saja yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam perdengarkan kepada kami, kami perdengarkan kepada kalian juga. Dan apa yang tidak ditampakkan kepada kami, tidak kami tampakkan kepada kalian. Barang siapa yang membaca Al-Fatihah, maka telah sah shalatnya dan barang siapa yang menambah (bacaan), maka itu lebih baik. ([39])

Baca lebih lanjut

Sunnah Sunnah Dalam Shalat (6) : Mengucapkan Aamiin

6). Mengucapkan Aamiin

Disunnahkan mengucapkan ‘Aamiin’ ketika selesai dari membaca surat Al-Fatihah, baik bagi imam, makmum ataupun orang yang shalat sendiri. ([29]) Berdasarkan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا أَمَّنَ الإِمَامُ، فَأَمِّنُوا، فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِينُهُ تَأْمِينَ المَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Jika Imam mengucapkan ‘Aamiin’, maka ucapkanlah ‘Aamiin’. Sesungguhnya barang siapa yang dapat menepati ucapan ‘Aamiin’nya menepati dengan ucapan ‘Aamiin’nya malaikat, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. ([30])

Baca lebih lanjut

Sunnah Sunnah Dalam Shalat (5) : Membaca Basmalah

5). Membaca Basmalah dengan lirih saat shalat jahr

Disunnahkan membaca basmalah yaitu (بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ) dengan lirih di dalam shalat sebelum membaca surat Al-Fatihah dan surat-surat yang lain. ([25]) 

Hal itu berdasarkan hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

صَلَّيْتُ خَلَفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، فَكَانُوا يَسْتَفْتِحُونَ بِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا يَذْكُرُونَ {بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} فِي أَوَّلِ قِرَاءَةٍ وَلَا فِي آخِرِهَا

Aku shalat di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Abu Bakar, Umar dan Utsman. Mereka membaca dengan mengawali ‘Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin’ dan tidak mengucapkan ‘Bismillahhirrahmanirrahim’ di awal surat maupun di akhir surat. ([26])

Baca lebih lanjut

Sunnah Sunnah Dalam Shalat (1) : Mengangkat Kedua Tangan

1). Mengangkat Kedua Tangan

Mengangkat Kedua Tangan Saat Takbiratul Ihram

Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram adalah sunnah. ([1]Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلاَةَ، وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ، وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ، رَفَعَهُمَا كَذَلِكَ أَيْضًا، وَقَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الحَمْدُ، وَكَانَ لاَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي السُّجُودِ

“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangan beliau sejajar dengan kedua bahu beliau ketika memulai shalat, dan jika bertakbir untuk ruku’. Dan ketika bangkit dari ruku’, beliau mengangkat keduanya pula seraya mengucapkan: ‘sami’allahu liman hamidah, rabbana wa lakal hamdu’. Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak melakukan itu saat dujud. ([2])

Baca lebih lanjut