Mukjizat Nabi Muhammad (14) : Berita Penaklukan Negeri Syam, Persia, Yaman & Mesir

Ketika para sahabat mendapatkan batu besar yang tidak bisa dipecahkan, maka Rasûlullâh mulai memukul batu tersebut. Beliau memulainya dengan membaca, “Bismillah.”

Lalu memukul dan berhasil menghancurkan sepertiganya dan beliau mengucapkan, “Allâhu akbar ! aku telah di beri kunci-kunci Syam. Demi Allâh, sekarang saya melihat istana yang merah”.

Baca lebih lanjut

Futuhat Islamiyah Di Zaman Umar bin Khattab (8) : Penaklukan Isfahan hingga Azerbaijan & Armenia

Menaklukkan Isfahan

Setelah berhasil menaklukkan Nahawand, di Madinah Umar bermusyawarah dengan para sahabat senior, juga meminta pendapat Hormuzan, panglima Persia yang kini memeluk Islam.

“Bagaimana pendapatmu, apakah aku memulai penaklukkan berikutnya dengan Persia, Azerbaijan, ataukah dengan Isfahan?” tanya Umar kepada Hormuzan.

“Persia dan Azerbaijan adalah sayap, sementara Isfahan adalah kepala. Jika satu sayap dipatahkan maka sayap lainnya masih tetap bisa berfungsi. Tetapi jika kepalanya dipatahkan maka kedua sayap itu akan terpatahkan. Maka mulailah dengan kepala,” jawab Hormuzan. Baca lebih lanjut

Futuhat Islamiyah Di Zaman Umar bin Khattab (7) : Penaklukan Kota Kota Besar Kekaisaran Persia

Penaklukkan Sussa dan Jundai Saphur

Sisa pasukan Persia yang selamat dari pertempuran Tustar melarikan diri ke Sussa dan Jundai Saphur. Mereka dikejar oleh pasukan Islam di bawah komando Nu’man ibn Muqarrin, Abu Musa Al-Asy’ari, dan Abu Sabrah. Sussa tidak jauh dari Tustar. Setibanya di sana, pasukan Islam tidak mendapatkan perlawanan dari Persia. Penduduk kota memilih berdamai.

Khalifah Umar dari Madinah menginstruksikan agar pasukan Islam bergerak ke Jundai Saphur.[1] Zarruh ibn Abdillah dan Aswad ibn Rabi’ah memimpin pergerakan ini. Jundai Saphur pun dapat ditaklukkan dengan mudah. Para penduduk kota disana lebih memilih berdamai.[2] Baca lebih lanjut

Futuhat Islamiyah Di Zaman Umar bin Khattab (5) : Penaklukan Ibu Kota Babilonia

Menaklukkan Babil dan Ctesiphon (Mada’in)

Umar memerintahkan pasukan Islam yang telah memenangkan pertempuran di Qasisiyah untuk mengejar sisa-sia pasukan Persia yang melarikan diri ke arah timur; sebagian mereka bertahan di kota kecil Babil, dan sebagian lainnya lari hingga ke Ctesiphon (Mada’in), ibu kota kekaisaran Persia di seberang sungai Tigris.

Sa’ad bin Abi Waqqash bergerak ke Babil[1]. Disana pasukan Persia telah membuat parit-parit pertahanan untuk menghadapi pasukan Islam. Sa’ad kemudian mengatur siasat perang. Ia memerintahkan pasukan untuk menggali saluran air dari sungai Eufrat yang diarahkan ke parit tempat bertahannya pasukan Persia. Baca lebih lanjut

Futuhat Islamiyah Di Zaman Umar bin Khattab (4) : Pertempuran Besar Qadisiyah

Pasukan Persia, di bawah pimpinan Argababz Rustam, bergerak dari  ibu kota Ctesiphon (Mada’in) menyeberangi sungai Tigris, melintasi daratan hijau Jazirah, menuju ke arah pertahanan pasukan Islam di lembah Qadisiyah.

Dua pasukan telah berhadap-hadapan. Pasukan Islam berjumlah 8.000 orang, pasukan Persia 60.000 orang. Bala bantuan pasukan Islam dari Suriah rupanya belum datang.  Sebelum  peperangan dimulai, Sa’ad bin Abi Waqash memimpin pasukannya menunaikan shalat dhuhur dan memberikan khutbah yang membakar semangat pasukan. Baca lebih lanjut

Futuhat Islamiyah Di Zaman Umar bin Khattab (3) : Penaklukan Persia

Pertempuran Jembatan (Mawqi’ah Al-Jisr)

Kepergian Khalid menuju Suriah[1] dipandang oleh pihak Persia sebagai kesempatan untuk merebut kembali daerah sawad (tanah subur) Arab – Irak dari pihak Islam. Kisra Persia, Yazdgerd III, menunjuk Rustam, seorang Argabadz, panglima militer tertinggi yang masih keturunan keluarga kekaisaran, untuk mempersiapkan penyerbuan. Rustam segera mengeumpulkan pasukan tempur bersenjata lengkap, dengan tentara berkuda dan berbaju baja, juga gajah yang dirangkapi besi zirah. Baca lebih lanjut

Amirul Mukminin Umar bin Khattab (19) : Syahidnya Sang Khalifah

Tidak ada lagi Kisra di Persia. Tidak ada lagi istana putih yang megah berdiri angkuh. Tidak ada lagi Rustum, tidak ada lagi Yazdajird. Berhala api di kuil-kuil pemujaan padam. Masjid-masjid mulai didirikan, lalu berkumandanglah azan di seluruh negeri Persia itu.

Akan tetapi, lelatu api dendam itu ternyata tidak padam, bahkan tak pernah padam.

Sampai hari ini, sampai detik ini. Di balik hati gelap seorang budak api, budak yang seharusnya menjadi mulia karena dipelihara oleh orang-orang yang terhormat, agar menjadi orang yang mulia karena mendengar Kalam Ilahi setiap waktu. Namun, dia lebih memilih kehinaan dalam dendam kesumat keruntuhan bangsanya. Baca lebih lanjut

Amirul Mukminin Umar bin Khattab (18) : Kemenangan Dalam Perang Jalula & Runtuhnya Dinasti Persia

Peristiwa ini terjadi setelah perang Qadisiyah dan jatuhnya Madain. Kisra Yazdajird melarikan diri dari Madain menuju Hulwan. Selama dalam pelarian menuju Hulwan, dia melakukan konsolidasi dengan tentara dan pengikutnya yang ada di setiap wilayah yang dilewatinya. Akhirnya, terbentuklah satu pasukan besar, maka dia pun menunjuk Mihran sebagai panglima pasukan besar ini. Kisra terus melanjutkan perjalanannya menuju Hulwan setelah meninggalkan banyak harta untuk membiayai pasukan itu.

Pasukan besar itu bermarkas di Jalula. Mereka mulai menggali parit besar di sekeliling mereka sebagai pertahanan dan berdiam di tempat itu dengan bekal dan peralatan yang sangat memadai. Baca lebih lanjut

Amirul Mukminin Umar bin Khattab (17) : Perang Jalula

Jatuhnya al-Madain bulan Shafar tahun 16 H, telah meruntuhkan mental bangsa Persia. Lebih-lebih lagi ketika mengetahui bahwa kaum muslimin berhasil memasuki wilayah al-Madain setelah menyeberangi sungai Dajlah (Tigris) dengan selamat, tanpa alat penyeberangan seperti rakit, perahu, atau jembatan. Sebab, semua sarana untuk menyeberang sudah dimusnahkan oleh tentara-tentara Persia itu agar kaum muslimin tidak sampai menyerbu ke dalam ibu kota negara.

Akan tetapi, Allah Mahakuasa. Kehendak-Nya jua yang berlaku. Apa saja yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan semua yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan pernah terjadi. Baca lebih lanjut

Amirul Mukminin Umar bin Khattab (16) : Kemenangan Dalam Perang Qadisiyah

Dengan taufik dan pertolongan Allah ‘azza wa jalla, pertempuran akhirnya berhenti. Siapa yang menang dan yang kalah telah jelas. Sebuah kemenangan gemilang bagi kaum muslimin, dan kekalahan memalukan bagi musuh-musuh Allah ‘azza wa jalla.

Perang Qadisiyah benar-benar sebuah pertempuran yang dahsyat. Tiga hari pertama, pasukan Persia sanggup bertahan menghadang serangan kaum muslimin, bahkan sempat membuat kaum muslimin kewalahan dengan bantuan pasukan gajah mereka. Baca lebih lanjut