Sikap Ahlussunnah Terhadap Perselisihan Ali & Muawiyah

PERSELISIHAN ANTARA ALI DAN MU’AWIYAH SERTA PENDIRIAN AHLU SUNNAH DALAM MENYIKAPINYA

Tidak syak lagi, bahwasanya Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu dan orang-orang yang menyertainya lebih patut dikatakan sebagai kelompok yang benar daripada yang lainnya –Muawiyah radhiyallahu’anhu-.

Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya (1065) dari hadits al Qasim bin al Fadhl al Haddani, dari Abu Nadhrah dari Abu Sa’id Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Baca lebih lanjut

Khalifah Ali bin Abu Thalib (17) : Negosiasi Perdamaian Dalam Perang Shiffin

Malik al-Asytar dan Persiapan Awal Perang Shiffin

Dengan kedatangannya di Kufah, Khalifah Ali bertekad untuk melakukan persiapan militer melawan Syam yang akan menjadi Perang Shiffin. Abdullah bin Abbas yang ditunjuk sebagai Gubernur Baru untuk Syam, juga meninggalkan Basrah dengan pasukannya. Mendengar ini, Ali berangkat, dan menunjuk Nukhailah Abu Mas’ud Ansari menggantikannya di Kufah. Abdullah bin Abbas bergabung dengan Ali di sana.

Baca lebih lanjut

Khalifah Ali bin Abu Thalib (16) : Amru bin Ash & Persiapannya Dalam Perang Shiffin

Amr bin Ash adalah komandan yang membuka pintu umat muslim pada penaklukkan Mesir dulu. Ketika para perusuh dan pembunuh Utsman mengepung rumah Khalifah Ali, Amr bin Ash memutuskan untuk meninggalkan Madinah. Dia berangkat bersama kedua putranya, Abdullah dan Muhammad untuk kemudian menetap di Bait Al-Maqdis (Yerusalem). Amr akan pergi ke Damaskus untuk menemui Muawiyah bin Abi Sufyan setelah beberapa hal.

Dari Yerusalem, Amr bin Ash tetap memantau perkembangan terkait peristiwa di Madinah. Ketika sampai padanya informasi akan terjadinya Perang Jamal, dia konsultasi dengan putra-putranya tentang usahanya agar mendapatkan peran sebagai seorang pendamai.

Baca lebih lanjut

Latar Belakang Perpecahan Para Sahabat Dalam Perang Jamal

Karena Ali menganggap Muawiyah membangkang, ia pun memutuskan mengambil sikap tegas. Ia berangkat ke Syam untuk memerangi gubernurnya itu. Dalam perselisihan ini, kita harus tetap menjaga adab terhadap para sahabat. Dua orang sahabat Nabi berselisih. Mereka berijtihad dengan argumentasi masing-masing.

Ali berpendapat bahwa pembunuh Utsman tidak bisa ditangkap dan dieksekusi sesegera mungkin. Alasanya jumlah mereka banyak. Mereka mengepung Madinah. Mengeksekusi mereka saat itu akan membuat kekacauan dan pertumpahan darah yang lebih besar. Ditambah lagi para pelaku belum bisa diketahui dengan detil. Sehingga hukum sulit ditegakkan.

Baca lebih lanjut

Apakah Aisyah Berniat Memerangi Ali dalam Perang Jamal ?

Oleh : Asy-Syaikh Yusuf bin ’Abdillah bin Yusuf Al-Wabil hafidhahullah.

Di antara fitnah yang terjadi setelah terbunuhnya ‘Utsman bin ‘Affan radliyallaahu ’anhu adalah terjadinya perang Jamal yang terkenal antara ‘Ali bin Abi Thalib dengan ‘Aisyah, Thalhah, dan Az-Zubair radliyallaahu ‘anhum.

Kronologi peristiwa ini adalah ketika terbunuhnya ‘Utsman, maka orang-orang mendatangi ‘Ali di Madinah dimana mereka berkata kepadanya : ”Ulurkan tanganmu, kami akan berbaiat kepadamu”. ‘Ali berkata : “Tunggu dulu, sampai orang-orang bermusyawarah”. Maka sebagian di antara mereka berkata : “Apabila orang-orang kembali ke negerinya masing-masing etelah terbunuhnya ‘Utsman, sementara itu belum ada seorang pun yang menggantikan kedudukannya (sebagai khalifah), niscaya akan terjadi perselisihan dan kerusakan umat”.

Baca lebih lanjut

Khalifah Ali bin Abu Thalib (14) : Berakhirnya Perang Jamal

Dalam berlangsungnya Perang Jamal, pasukan Khalifah Ali dan pasukan Sayyidah Aisyah keduanya menyadari akan betapa berbahayanya perang ini. Kedua pihak juga semakin menyadari akan kesalahan yang mereka lakukan untuk memilih peperangan. Kesadaran ini yang akhirnya mengarahkan kedua pasukan mengakhiri peperangan ini dengan perdamaian.

Kematian Zubair bin Awwam

Ketika pertempuran pecah, Zubair bin Awwam yang sebelumnya sudah memutuskan untuk tidak berperang, memilih untuk mengundurkan diri dan meninggalkan medan Perang Jamal.

Baca lebih lanjut

Khalifah Ali bin Abu Thalib (13) : Pemberontak Berhasil Menghasut Kedua Pasukan Hingga Terjadi Pertempuran

Di keesokan harinya sebagaimana perintah Khalifah Ali, pasukan bergerak menuju Basrah di mana Perang Jamal berlangsung. Dalam beberapa kesempatan para perusuh berusaha untuk berbaur dengan pasukan, tapi pasukan khalifah berusaha untuk menjaga jarak sebagaimana perintah Ali. Di tengah perjalanan, Bakr bin Wail dan klan Abdul Qais bergabung dengan pasukan Khalifah.

Di Basrah, Khalifah Ali mendirikan tenda di tanah Istana Ubaidullah. Di sisi lain, pasukan dari Aisyah, Thalhah dan az-Zubair juga datang di tempat yang sama. Kedua kubu tetap menahan diri untuk tidak menyerang selama tiga hari, menunggu hasil perundingan perdamaian.

Baca lebih lanjut

Khalifah Ali bin Abu Thalib (12) : Harapan Perdamaian Dalam Perang Jamal

Akbar Syah dalam Tareekh el-Islam menuturkan, Khalifah Ali mengirim Qa’qa’ bin Amr ke Basrah untuk mencari tahu apa maksud pasukan Perang Jamal Aisyah. Ali ingin membangun harapan perdamaian dengan mereka. Qa’qa’ adalah seorang yang dikenal fasih dan bijak.

Khalifah Ali Membangun Harapan Perdamaian

Qa’qa’ pertama kali datang kepada Aisyah, dengan mengatakan, “Wahai Ibunda! Apa alasan dan tujuan anda datang ke negeri ini?” Aisyah menjawab, “Wahai Puteraku! Satu satunya tujuanku adalah untuk memperbaiki umat dan membawa mereka kembali pada jalan yang telah ditentukan al-Quran”.

Baca lebih lanjut

Khalifah Ali bin Abu Thalib (11) : Persiapan Pasukan Khalifah Dalam Perang Jamal

Ketika Khalifah Ali diberi tahu mengenai perkembangan terbaru terkait Makkah dan Bashrah, beliau menjadi terkejut dan langsung mengumpulkan kekuatan untuk melawan para pemberontak. Menghadapi Perang Jamal, pasukan Ali didukung oleh sembilan ribu pendukung.

Khalifah Ali Berangkat dari Madinah

Meskipun berperang melawan Aisyah, Thalhah, dan az-Zubair bukanlah hal yang diinginkan, kebanyakan dari penduduk Madinah tetap memenuhi seruan Khalifah Ali. Hal itu karena mereka ketika melihat Abul Haitsam Badari, Ziyad bin Hanzalah, Khuzaimah bin Tsabit dan Abu Qatadah bergabung dengan pasukan Ali.

Baca lebih lanjut

Khalifah Ali bin Abu Thalib (10) : Negosiasi Pasukan Mekah Di Basrah dalam Perang Jamal

Dari Makkah Menuju Ke Basrah

Abdullah bin Amir dan Yala bin Umayyah tiba di Makkah dengan membawa uang dan perbendaharaan dalam jumlah besar yang dibawa lari dari Yaman. Dengan itu semua mereka mengambil bagian besar untuk menyusun dan membangun pasukan Perang Jamal Sayyidah Aisyah.

Sebelum keberangkatannya, telah diumumkan di Makkah bahwa Aisyah, Thalhah, dan Zubair akan berangkat ke Basrah dan bagi masyarakat yang peduli dengan Islam dan mencari pembalasan dan qishash terhadap pembunuhan Utsman, maka hendaknya bergabung dengan pasukan Aisyah.

Baca lebih lanjut