Perang Badar Berkecamuk

Setelah melakukan berbagai persiapan fisik, tepatnya pada hari Jum’at pagi, tanggal 17 Ramadhan, tahun 2 Hijriyah, ketika kedua belah pihak (Muslim dan Quraisy) sudah saling berhadapan dan sedang mengambil ancang-ancang untuk saling menyerbu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a :

Ya Allah Azza wa Jalla, kaum Quraisy telah datang dengan sombong dan penuh kecongkakan. Mereka menentang-Mu dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah Azza wa Jalla , berilah pertolongan yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah Azza wa Jalla, binasakanlah mereka pagi ini!”.

Baca lebih lanjut

Kisah Perang Badar

Ketika Rasullulah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pasukannya sampai di dekat Safra (suatu daerah di dekat Badar); beliau mengutus Basbas dan Ady bin Abi Zaghba ke Badar. Keduanya disuruh mencari informasi tentang Abu Sufyan dan rombongan dagangnya.[1]

Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar Radhiyallahu anhu juga keluar untuk tujuan ini. Keduanya bertemu dengan seseorang yang sudah tua. Rasulullah bertanya kepadanya tentang pasukan Quraisy.

Baca lebih lanjut

Sirah Nabi (45) : Perang Badar Kubra

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat menyadari bahwa musyrikin Quraisy –dan semua kelompok yang sejenis dengannya- tidak akan pernah membiarkan umat Islam begitu saja memperoleh kebebasan beragama mereka di kota Yatsrib. Maka, umat Islam pun mempersiapkan segalanya.

Di kota Madinah mereka berlatih agar mereka tidak lagi dilecehkan, dan dapat menggetarkan musyrikin sehingga mereka tidak menyerang umat Islam di kota Madinah.

Baca lebih lanjut

Sekilas Sejarah Perang Badar

Kezaliman kaum Quraisy terhadap kaum Muslimin sudah tak terperikan. Termasuk ketika kaum Muslimin berhijrah dari Mekah menuju Madinah. Seluruh harta kaum Muslimin yang masih di sana, mereka rampas. Inilah di antara sebab yang mendorong kaum Muslimin melakukan pencegatan kafilah dagang kaum Quraisy yang melintas di Madinah.

Pencegatan-pencegatan yang dilakukan kaum Muslimin atas perintah Rasulullah ini tidak membuat kafir Quraisy jera. Karena, belum pernah terjadi kontak fisik yang sengit di antara mereka. Menyadari bahaya yang terus mengintai, kafir Quraisy memperketat dan memperkuat sisi keamanan untuk mengawal bisnis mereka.

Baca lebih lanjut

Kebijakan Politik & Militer Menjelang Perang Badar

Allah Azza wa Jalla mengizinkan Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berperang, kaum muslimin mulai mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kekuatan musuh dari kalangan Quraisy dan yang selainnya.

Kaum muslimin berusaha menunjukkan bahwa mereka mampu menghadapi ancaman dan blokade ekonomi maupun politik dari kaum Quraisy serta mampu mengembalikan hak-hak mereka yang terampas.

Baca lebih lanjut

Peperangan Di Masa Rasulullah (2/3)

Ketika kita membaca tulisan-tulisan sejarawan Islam, mereka sering menyebut peperangan Rasulullah adalah peperangan yang penuh hikmah (bijak). Sedikit sulit bagi kita memahami kombinasi kata perang dengan hikmah. Karena dalam benak kita selalu terbayang perang adalah pertumpahan darah, perang adalah perebutan kekuasaan dan unjuk kekuatan, dan semisal itu.

Namun ketika kita membaca sejarah peperangan Rasulullah kita dapati image perang yang sangat berbeda dari peperangan orang-orang non-Islam.

Baca lebih lanjut

Peperangan Di Masa Rasulullah (1/3)

Perang adalah sesuatu yang tidak disukai oleh jiwa manusia. Karena dalam peperangan manusia dihadapkan dengan kesusahan fisik dan mental. Perang juga memisahkan manusia dari keluarga dan kerabat. Bahkan perang bisa berakibat berpisahnya ruh dari jasadnya.

Allah Ta’ala berfirman,

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).

Baca lebih lanjut