Tafsir Surat Al Isra Ayat 81

Quran Surat Al-Isra Ayat 81 :

وَقُلْ جَآءَ ٱلْحَقُّ وَزَهَقَ ٱلْبَٰطِلُ ۚ إِنَّ ٱلْبَٰطِلَ كَانَ زَهُوقًا

Arab-Latin: “Wa qul jā`al-ḥaqqu wa zahaqal-bāṭilu innal-bāṭila kāna zahụqā”.

Terjemah Arti: Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap“. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.

Baca lebih lanjut

Utsman bin Thalhah, Sang Pemilik Kunci Ka’bah

Namanya adalah Utsman bin Thalhah. Dia masuk Islam bersama Khalid bin Walid dan Amr bin Ash pada tahun 8 H, pada periode genjatan senjata setelah Perjanjian Hudaibiyah dan sebelum penaklukan Mekah. Setelah Utsman bin Thalhah masuk Islam, dia menetap di Madinah bersama kaum muslimin yang lain.

Jauh sebelum memeluk Islam, Utsman bin Thalhah telah memperlihatkan perilaku-perilaku yang baik.

Baca lebih lanjut

Fathu Makkah (13) : Khutbah Rasulullah Dalam Fathu Makkah

Rasulullah ﷺ masuk Kota Mekah dengan penuh ketawadhuan, merendahkan dirinya kepoada Allah ﷻ yang telah memuliakan beliau dengan membebaskan Kota Mekah. Beliau telah membagi pasukannya ke dalam beberapa brigade, mengepung Kota Mekah dari segala sisi.

Kasih Sayang Rasulullah  Terhadap Musuh

Pasukan Islam memasuki Kota Mekah dan tidak ada kabilah Quraisy yang mampu menghadang mereka. Kemudian Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya masuk ke dalam Masjid al-Haram.

Baca lebih lanjut

Fathu Makkah (12) : Membersihkan Ka’bah Dari Berhala

Memuliakan Ka’bah dan membersihkan Jazirah Arab dari berhala

Setelah kemenangan semakin nyata, Rasulullah bersama kaum Muhajirin dan Anshar mulai memasuki Masjidil Haram.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menghadap ke arah Hajarul Aswad lalu menyentuhnya, kemudian thawaf di sekeliling Ka’bah dengan panah di tangannya. Ketika itu, di sekitar Ka’bah terdapat 360 buah patung.

Baca lebih lanjut

Fathu Makkah (11) : Islamnya Tokoh Quraisy, Fadhalah bin Umair

Tidak semua penduduk Makkah menerima kekalahan mereka dan jatuhnya Makkah ke tangan kaum muslimin. Termasuk Fadhalah ketika itu.

Dia bertekad akan membunuh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam yang sedang thawaf di Ka’bah.

Baca lebih lanjut

Fathu Makkah (10) : Islamnya Tokoh Quraisy, Hindun bin Utbah

Pada zaman Jahiliyah, Hindun terkenal sebagai wanita yang sombong lagi ambisius hingga kalimat Allah berjaya dan terjadi Fathu Makkah. Takdir Allah Jalla Syanuhu menghendaki agar pahlawan Jahiliyah wanita berubah menjadi pahlawan Islam wanita.

Tatkala Fathu Makkah, suaminya, Abu Sufyan bin Harb kembali bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai seorang muslim dan ia berteriak lantang, “Wahai kafir Quraisy, ketahuilah sesungguhnya aku telah masuk Islam”.

Baca lebih lanjut

Fathu Makkah (9) : Islamnya Tokoh Quraisy, Abu Sufyan bin Harb

Nama lengkapnya adalah Sakhar bin Harb bin Umayah. Beliau ini termasuk orang kaya Quraisy, pada mulanya termasuk musuh Islam nomor satu, di mana beliau sempat memimpin pasukan kaum Musyrikin dalam perang Uhud dan Khandak.

Beliau masuk Islam pada waktu penaklukan kota Mekah. Dia adalah ayah dari Muawiyah, pendiri Daulah Umayyah.

Baca lebih lanjut

Fathu Makkah (8) : Islamnya Tokoh Quraisy, Ikrimah bin Abu Jahl

Setelah pasukan kecilnya dihancurkan oleh pasukan Khalid bin al-Walid radhiallahu anhu, ketakutan menyelinap di hati Ikrimah. Dia tahu, dia dan ayahnya adalah orang yang paling sengit memusuhi Islam dan muslimin.

Ikrimah tahu apa yang diterimanya jika dia tetap di Makkah. Akhirnya, dia melarikan diri hingga sampai di tepi laut.

Baca lebih lanjut

Fathu Makkah (7) : Islamnya Tokoh Quraisy, Shafwan bin Umayyah

Shafwan yang diamuk dendam kesumat karena kematian ayahnya, Umayyah bin Khalaf, seakan tak pernah tidur memikirkan bagaimana membalaskan dendam tersebut. Permusuhan dan kebenciannya kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam membawanya kepada kesepakatan bersama Umair bin Wahb.

Suatu hari dia bersama Umair berbincang-bincang tentang korban Perang Badr. Shafwan berkata, “Demi Allah, hidup ini tidak menyenangkan sepeninggal mereka.”

Baca lebih lanjut

Fathu Makkah (6) : Islamnya Tokoh Quraisy, Harits bin Hisyam

Adapun al-Harits bin Hisyam, dia tetap memerangi kaum muslimin sampai Fathu Makkah. Ketika tahu bahwa dia termasuk orang pertama yang dicari (untuk dibunuh), maka dia meminta jaminan keamanan kepada Ummu Hani’ bintu Abi Thalib, lalu Ummu Hani’ melindunginya.

Akan tetapi, saudaranya (Ali, Ja’far, atau Aqil) ingin membunuhnya. Ummu Hani’ segera mengadukan hal ini kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam sambil berkata, “Si Fulan—saudaranya—menganggap aku tidak berhak memberi jaminan”.

Baca lebih lanjut