SIAPAKAH YANG BOLEH DISEBUT SAHABAT NABI ?
Ibnu Faris rahimahullah, seorang ahli bahasa, menjelaskan dalam Mu’jamu Maqayisil Lughah (III/335) pasal Sha–ha–ba, mengatakan: “(Himpunan tiga huruf itu) menunjukkan penyertaan sesuatu dan kedekatannya dengan seseorang yang bersamanya. Bentuk jamaknya ialah shuhhâb sebagaimana kata rakib bentuk jamaknya rukkâb. Sama seperti kalimat أَصْحَبَ فُلاَنٌ (‘ashhaba fulan), artinya menjadi tunduk’. Dan kalimat ‘ashhabar rajulu, artinya jika anaknya telah berusia baligh’, dan segala sesuatu yang menyertai sesuatu maka boleh dikatakan telah menjadi sahabatnya”.
Dalam Mu’jamul Wasith (I/507) disebutkan, “Shahabahu, ialah rafaqahu (menemaninya), istashhaba syai’an artinya lâzamahu (menyertainya). Ash-Shahib, ialah al murafiq (teman), pemilik sesuatu, pelaksana suatu pekerjaan. Dipakai juga untuk orang yang menganut sebuah madzhab atau pendapat tertentu. الصَّحَابِيُّ (ash-Shahabi) ialah orang yang bertemu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beriman kepadanya, dan meninggal (wafat) dalam keadaan muslim.
Dalam kitab al Ifshah fil Lughah, halaman 708 disebutkan: “Ash-shuhbah, artinya الْمُعَاشَرَةُ (al-mu’asyarah, pergaulan)”.
Baca lebih lanjut →