Adzan & Iqamah (3) : Kandungan Lafadz Adzan & Iqamah

KANDUNGAN LAFADZ ADZAN & IQAMAH

Lafazd adzan dan iqamah mencakup kandungan aqidah seorang muslim, sehingga Imam Al Qadhi Iyadh berpendapat: “Ketahuilah, bahwa adzan adalah kalimat yang berisi aqidah iman yang mencakup jenis-jenisnya. Yang pertama, menetapkan Dzat dan yang seharusnya dimiliki Dzat Allah dari kesempurnaan dan pensucian dari lawan kesempurnaan. Dan itu terkandung pada ucapan “Allahu Akbar”.

Baca lebih lanjut

Adzan & Iqamah (2) : Perbedaan Adzan & Iqamah

PERBEDAAN ADZAN DAN IQAMAH

Dari pengertian adzan dan iqamah di atas, maka dapat diketahui perbedaan antara adzan dan iqamah ialah:

  • Adzan untuk memberitahukan masuknya waktu shalat agar bersiap-siap menunaikannya, dan iqamah untuk masuk dan memulai shalat.
  • Lafadz (dzikir) yang dikumandangkan, dan masing-masing (antara adzan dan iqamah) juga berbeda, sebagaimana akan dijelaskan pada pembahasan berikut ini.

Baca lebih lanjut

Adzan & Iqamah (1) : Pengertian Adzan & Iqamah

Di dalam Islam, shalat merupakan ibadah badaniyah yang penting dan telah ditetapkan waktu pelaksanaannya. Allah berfirman, artinya : “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa)”. (An Nisa`:103). “Sesungguhnya kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman..” [An Nisa` : 104].

Untuk mengetahui waktu shalat, Allah telah mensyariatkan adzan sebagai tanda masuk waktu shalat, berikut tata cara adzan dan hukum Islam berkenaan dengan adzan tersebut. Yang semuai ini, sangat penting untuk diketahui oleh kaum muslimin.

Baca lebih lanjut

Seputar Adzan & Iqamat Shalat

Oleh Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi

A. Hukum Adzan

Adzan adalah pemberitahuan tentang masuknya waktu shalat dengan lafazh yang khusus [1]. Hukumnya adalah wajib.

Dari Malik bin al-Huwairits, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ.

Jika telah tiba (waktu) shalat, maka hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan untuk kalian. Dan hendak-lah yang paling tua di antara kalian mengimami kalian.”[2]

Baca lebih lanjut

Sunnah Sunnah Dalam Shalat (14) : Shalat Menghadap Sutrah

14). Shalat ke arah Sutrah

Secara Bahasa sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Mukhtar As-Shihhaah:

مَا يُسْتَرُ بِهِ كَائِنًا مَا كَانَ

Apapun yang menutupi” ([104])

Adapun secara istilah,

مَا يُنْصَبُ أَمَامَ الْمُصَلِّي، مِنْ عَصًا أَوْ تَسْنِيمِ تُرَابٍ أَيْ تَكْوِيمِهِ وَنَحْوِهِ، لِمَنْعِ الْمُرُورِ أَمَامَهُ

“segala sesuatu yang ditegakkan di depan orang yang sedang shalat, berupa tongkat, atau tanah yang disusun, atau semacamnya untuk mencegah orang lewat di depannya.” ([105])

Baca lebih lanjut

Sunnah Sunnah Dalam Shalat (13) : Sujud Tilawah

13). Sujud Tilawah

Tata cara

Takbir untuk sujud tilawah

Pertama : Di luar Shalat

Terdapat perselisihan antara ulama:

  1. Tidak bertakbir, ini adalah pendapat Abu Hanifah, alasan mereka adalah karena tidak ada hadits shahih yang mendasarinya.
  2. Bertakbir ketika turun untuk sujud, ini adalah pendapat mayoritas fuqaha. ([89])

Baca lebih lanjut

Sunnah Sunnah Dalam Shalat (12) : Mengucapkan Salam Kedua

12). Mengucapkan salam yang Kedua

Mengucapkan salam yang kedua adalah sunnah. ([83]Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَوْتَرَ بِتِسْعِ رَكَعَاتٍ لَمْ يَقْعُدْ إِلَّا فِي الثَّامِنَةِ، فَيَحْمَدُ اللَّهَ وَيَذْكُرُهُ وَيَدْعُو، ثُمَّ يَنْهَضُ وَلَا يُسَلِّمُ، ثُمَّ يُصَلِّي التَّاسِعَةَ، فَيَجْلِسُ فَيَذْكُرُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَيَدْعُو، ثُمَّ يُسَلِّمُ تَسْلِيمَةً يُسْمِعُنَا، ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ، فَلَمَّا كَبِرَ وَضَعُفَ أَوْتَرَ بِسَبْعِ رَكَعَاتٍ لَا يَقْعُدُ إِلَّا فِي السَّادِسَةِ، ثُمَّ يَنْهَضُ وَلَا يُسَلِّمُ، فَيُصَلِّي السَّابِعَةَ ثُمَّ يُسَلِّمُ تَسْلِيمَةً، ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ

Rasulullah jika mendirikan shalat witir dengan Sembilan rakaat, maka beliau tidak duduk (tasyahhud akhir) kecuali pada rakaat ke delapan. Setelah itu beliau memuji Allah, berdzikir dan berdoa. Kemudian bangkit dan tidak mengucapkan salam.

Baca lebih lanjut

Sunnah Sunnah Dalam Shalat (11) : Membaca Doa pada Tasyahud Akhir

11). Do’a Pada Saat Tasyahhud Akhir

Disunnahkan bagi orang yang shalat untuk berdoa sekehandaknya setelah tasyahhud akhir. Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

إِذَا قَعَدَ أَحَدُكُمْ فِي الصَّلَاةِ فَلْيَقُلْ: التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ، فَإِذَا قَالَهَا أَصَابَتْ كُلَّ عَبْدٍ لِلَّهِ صَالِحٍ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، ثُمَّ يَتَخَيَّرُ مِنَ الْمَسْأَلَةِ مَا شَاءَ

Jika salah seorang dari kalian duduk di dalam shalat maka ucapkanlah: 

Baca lebih lanjut

Sunnah Sunnah Dalam Shalat (10) : Membaca Tasbih Lebih Dari Satu Kali dalam Ruku’ & Sujud

10). Membaca Tasbih Lebih Dari Satu Kali Dalam Ruku’ dan Sujud

Disunnahkan membaca bacaan tasbih ketika ruku’ dan sujud lebih dari satu kali. ([78]) 

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا رَكَعَ أَحَدُكُمْ فَقَالَ: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَدْ تَمَّ رُكُوعُهُ وَذَلِكَ أَدْنَاهُ، وَإِذَا سَجَدَ فَقَالَ: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَدْ تَمَّ سُجُودُهُ وَذَلِكَ أَدْنَاهُ

Baca lebih lanjut

Sunnah Sunnah Dalam Shalat (9) : Membaca Tasmi’ & Tahmid

9). Membaca Bacaan Tasmi’ dan Tahmid

Mengucapkan Tasmi’ dan Tahmid ketika bangkit dari ruku’ seperti Malikiyyah, Hanafiyyah dan Syafi’iyyah adalah sunnah. ([72]) Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، قَالَ: اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الحَمْدُ، وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَكَعَ، وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ يُكَبِّرُ، وَإِذَا قَامَ مِنَ السَّجْدَتَيْنِ، قَالَ: اللَّهُ أَكْبَرُ

Nabi shallallahu ‘aaihi wasallam jika mengucapkan: ‘Sami’allahu liman hamidah’, maka beliau juga mengucapkan: ‘Allahumma rabbana lakal hamdu.’. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertakbir jika ruku’ dan jika bangkit mengangkat kepalanya. Dan apabila bangkit dari dua sujud maka beliau mengucapkan: ‘Allahu Akbar’. ([73])

Baca lebih lanjut