Detik Detik Menjelang Wafatnya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam (1/2)

Oleh DR.Sulaiman bin Salimullah ar-Ruhaili [حَفِظَهُ الله [1

Pembicaraan kita pada kesempatan yang mulia ini adalah materi yang sangat penting dan bukan pembahasan biasa. Saat ini, kita akan membahas dan berbicara tentang kematian kekasih kita, imam kita, pembimbing kita, panutan dan Nabi kita yaitu Muhammad bin Abdillah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Bagaimana mungkin seseorang yang mencintai orang lain berbicara tentang kematian orang yang sangat dicintainya?! Lalu bagaimana pula rasanya jika pembicaraan itu berkenaan dengan orang yang paling kita cintai diantara seluruh manusia di dunia ini?!

Baca lebih lanjut

Ummu Rumman, Istri Ash Shiddiq & Ibunda Ash Shiddiqah

Beliau adalah putri dari Amir bin Uwaimar bin Abdi Syams bin Itab bin Adzinah bin Subai’ bin Dahman bin Haris bin Ghanam bin Malik bin Kinanah. Tentang nama asli beliau, ada perbedaan pendapat; ada yang mengatakan Zainab, ada pula yang mengatakan Da’ad.

Ummu Rumman tumbuh di Jazirah Arab, di satu daerah yang disebut “As-Sarah”. Beliau adalah seorang wantia yang cantik, memiliki adab, dan fasih lidahnya.

Baca lebih lanjut

Ammar bin Yasir (8) : Dalam Perang Jamal

Seri artikel ini adalah tentang kisah hidup Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhu, mengenai sikap dan keberpihakkannya ketika terjadi “Fitnah Pertama” ditengah umat islam. Kisahnya sangat menarik karena gugurnya beliau radhiyallahu anhu merupakan mukjizat kenabian dan akhir dari fitnah besar yang terjadi antara khalifah Ali dengan gubernur Muawiyah radhiyallahu’anhum.

Pada kesempatan ini kita akan membahas terlebih dahulu tentang Perang Jamal dan latar belakang yang mendorong terjadinya peristiwa tersebut. Perang Jamal adalah perang saudara antara kubu Khalifah Ali bin Abi Thalib beserta para pendukungnya dengan kubu ummul mukminin Aisyah yang didukung oleh Thalhah dan al-Zubair.

Baca lebih lanjut

Latar Belakang Perpecahan Para Sahabat Dalam Perang Jamal

Karena Ali menganggap Muawiyah membangkang, ia pun memutuskan mengambil sikap tegas. Ia berangkat ke Syam untuk memerangi gubernurnya itu. Dalam perselisihan ini, kita harus tetap menjaga adab terhadap para sahabat. Dua orang sahabat Nabi berselisih. Mereka berijtihad dengan argumentasi masing-masing.

Ali berpendapat bahwa pembunuh Utsman tidak bisa ditangkap dan dieksekusi sesegera mungkin. Alasanya jumlah mereka banyak. Mereka mengepung Madinah. Mengeksekusi mereka saat itu akan membuat kekacauan dan pertumpahan darah yang lebih besar. Ditambah lagi para pelaku belum bisa diketahui dengan detil. Sehingga hukum sulit ditegakkan.

Baca lebih lanjut

Apakah Aisyah Berniat Memerangi Ali dalam Perang Jamal ?

Oleh : Asy-Syaikh Yusuf bin ’Abdillah bin Yusuf Al-Wabil hafidhahullah.

Di antara fitnah yang terjadi setelah terbunuhnya ‘Utsman bin ‘Affan radliyallaahu ’anhu adalah terjadinya perang Jamal yang terkenal antara ‘Ali bin Abi Thalib dengan ‘Aisyah, Thalhah, dan Az-Zubair radliyallaahu ‘anhum.

Kronologi peristiwa ini adalah ketika terbunuhnya ‘Utsman, maka orang-orang mendatangi ‘Ali di Madinah dimana mereka berkata kepadanya : ”Ulurkan tanganmu, kami akan berbaiat kepadamu”. ‘Ali berkata : “Tunggu dulu, sampai orang-orang bermusyawarah”. Maka sebagian di antara mereka berkata : “Apabila orang-orang kembali ke negerinya masing-masing etelah terbunuhnya ‘Utsman, sementara itu belum ada seorang pun yang menggantikan kedudukannya (sebagai khalifah), niscaya akan terjadi perselisihan dan kerusakan umat”.

Baca lebih lanjut

Khalifah Ali bin Abu Thalib (14) : Berakhirnya Perang Jamal

Dalam berlangsungnya Perang Jamal, pasukan Khalifah Ali dan pasukan Sayyidah Aisyah keduanya menyadari akan betapa berbahayanya perang ini. Kedua pihak juga semakin menyadari akan kesalahan yang mereka lakukan untuk memilih peperangan. Kesadaran ini yang akhirnya mengarahkan kedua pasukan mengakhiri peperangan ini dengan perdamaian.

Kematian Zubair bin Awwam

Ketika pertempuran pecah, Zubair bin Awwam yang sebelumnya sudah memutuskan untuk tidak berperang, memilih untuk mengundurkan diri dan meninggalkan medan Perang Jamal.

Baca lebih lanjut

Khalifah Ali bin Abu Thalib (13) : Pemberontak Berhasil Menghasut Kedua Pasukan Hingga Terjadi Pertempuran

Di keesokan harinya sebagaimana perintah Khalifah Ali, pasukan bergerak menuju Basrah di mana Perang Jamal berlangsung. Dalam beberapa kesempatan para perusuh berusaha untuk berbaur dengan pasukan, tapi pasukan khalifah berusaha untuk menjaga jarak sebagaimana perintah Ali. Di tengah perjalanan, Bakr bin Wail dan klan Abdul Qais bergabung dengan pasukan Khalifah.

Di Basrah, Khalifah Ali mendirikan tenda di tanah Istana Ubaidullah. Di sisi lain, pasukan dari Aisyah, Thalhah dan az-Zubair juga datang di tempat yang sama. Kedua kubu tetap menahan diri untuk tidak menyerang selama tiga hari, menunggu hasil perundingan perdamaian.

Baca lebih lanjut

Khalifah Ali bin Abu Thalib (10) : Negosiasi Pasukan Mekah Di Basrah dalam Perang Jamal

Dari Makkah Menuju Ke Basrah

Abdullah bin Amir dan Yala bin Umayyah tiba di Makkah dengan membawa uang dan perbendaharaan dalam jumlah besar yang dibawa lari dari Yaman. Dengan itu semua mereka mengambil bagian besar untuk menyusun dan membangun pasukan Perang Jamal Sayyidah Aisyah.

Sebelum keberangkatannya, telah diumumkan di Makkah bahwa Aisyah, Thalhah, dan Zubair akan berangkat ke Basrah dan bagi masyarakat yang peduli dengan Islam dan mencari pembalasan dan qishash terhadap pembunuhan Utsman, maka hendaknya bergabung dengan pasukan Aisyah.

Baca lebih lanjut

Khalifah Ali bin Abu Thalib (9) : Awal Mula Terjadinya Perang Jamal

Pidato Aisyah atas Pembunuhan Utsman

Disebutkan bahwa Aisyah tiba di Makkah ketika mendengar berita kematian Utsman. Saat mencapai wilayah dekat Makkah, beliau juga diberi tahu bahwa penduduk Madinah telah menyatakan baiat sumpah setia kepada Khalifah yang baru, Khalifah Ali bin Abi Thalib.

Aisyah kembali ke Makkah disertai orang-orang mengelilingi tunggangannya. Perang Jamal belum bermula, namun nampaknya mulai terlihat awal mulanya. Aisyah mengatakan kepada mereka :

Baca lebih lanjut

Profil Singkat Istri Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam

Istri-istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wanita-wanita mulia di dunia dan di akhirat. Mereka akan tetap mendampingi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga di surga kelak. Mereka juga merupakan ibu dari orang-orang yang beriman, karena itu sebutan ummul mukminin senantiasa disematkan di nama-nama mereka. Allah Ta’ala berfirman,

النَّبِيُّ أَوْلَىٰ بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ ۖ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ

Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka…” (QS. Al-Ahzab: 6).

Jika istri-istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ibu orang-orang yang beriman, alangkah ironisnya ketika orang-orang mukmin tidak mengenal ibu mereka sendiri. Baca lebih lanjut