Mukjizat Nabi Muhammad (12) : Berita Ghaib Yang Terjadi

Sebelumnya perlu diingat, Allah Subhanahu wata’ala sajalah yang mengetahui perkara gaib. Allah Subhanahu wata’ala menyingkap sebagian tabir gaib kepada nabi dan rasul sebagai bukti kebenaran dakwah mereka. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا () إِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا

“(Dia adalah Rabb) yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu kecuali kepada rasul yang diridhai- Nya. Sesungguhnya Dia mengadakanpenjaga-penjaga (malaikat) di muka dandi belakangnya.” (al-Jin: 26—27).

Baca lebih lanjut

Abdullah bin Rawahah, Pahlawan Bai’at Aqabah

Figur kali ini adalah tentang seorang shahabat Anshar yang memiliki banyak keutamaan. Nama beliau adalah Abdullah. Beliau berkuniah Abu Muhammad, atau dikenal pula sebagai Abu Rawahah dan atau Abu Amr.

Nama lengkap beliau adalah Abu Muhammad Abdullah bin Rawahah bin Tsa’labah bin Imri-il Qais bin Amr bin Imri-il Qais Al Akbar bin Malik bin Kaab bin Khazraj bin Al Haris Al Anshari Al Khazraji.

Baca lebih lanjut

Mengenal Pahlawan Islam, Abdullah bin Rawahah

Sahabat asal Ansar dari suku Khajraj ini termasuk orang yang memeluk agama Islam dari sejak dini yang merupakan salah seorang pimpinan dalam baiat Aqabah.

Beliau ini sempat mengikuti perang Badar dan peperangan-peperangan sesudah itu, akhirnya beliau meninggal dalam perang Mu’tah.

Rasululloh Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam sedang duduk di suatu tempat dataran tinggi kota Mekah, menghadapi para utusan yang datang dari kota Madinah, dengan bersembunyi-sembunyi dari kaum Quraisy.

Baca lebih lanjut

Mengenal Abu Darda radhiyallahu ‘anhu

Kisah Keislaman beliau

Sahabat yang mulia ini bernama Uwaimir bin Malik Al-Khozraji. Sebelum hidayah Islam menembus hatinya Abu Darda’ memiliki berhala yang senantiasa diagungkan serta dilumuri dengan minyak wangi yang termahal dan diberi baju dari kain sutera.

Beliau memiliki sahabat bernama Abdullah bin Rawahah yang terlebih dahulu memeluk Islam. Tanpa kenal lelah lelaki ini berupaya mengentaskan Abu Darda’ dari lembah kesyirikan.

Baca lebih lanjut

Syuhada Perang Mu’tah

Inilah peperangan kaum muslimin yang pertama melawan bangsa adidaya dimasa itu, bangsa Romawi. Terjadi pada tahun 8 H.

Sebagian ahli sejarah mengungkapkan bahwa factor pemicu laga antara kaum muslimin dan kaum kuffar ini telah terjadinya pembunuhan atas utusan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam yang bernama al-Harits bin ‘Umair radhiyallahu ‘anhu oleh Syurahbil bin ‘Amr al-Ghassani, salah satu gubernur dibawah bangsa Romawi di Syam.[1] (pada waktu itu yang berkuasa di wilayah Palestina dan sekitarnya).

Baca lebih lanjut

Kisah Syahidnya Para Komandan Perang Dalam Pertempuran Mu’tah

Mu’tah adalah nama sebuah desa di daerah Balqa’ di Syam. Peperangan yang terjadi pada bulan Jumadal Ula tahun 8 H ini disebut pula dengan Ghazwatu Jaisyil Umara’, artinya perang pasukan para pemimpin.

Disebut demikian, karena banyaknya jumlah pasukan kaum Muslimin yang kala itu mencapai 3000 personel, dan sengitnya pertempuran melawan pihak kafir.

Baca lebih lanjut

Kepahlawanan Dalam Perang Mu’tah

Sepulang dari melaksanakan ‘umrah qadla’, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tinggal di Madinah selama beberapa bulan, mulai bulan Dzulhijjah sampai Rabi’uts-Tsaaniy. 

Pada bulan Jumadil-Ula[1], beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam  memberangkatkan pasukan sebanyak 3.000 orang menuju Syaam.[2].

Baca lebih lanjut

Sejarah Perang Mu’tah (3/3)

Peperangan pun Dimulai.

Zaid bin Haritsah berperang memimpin pasukan kaum muslimin namun setelah ia berusaha dan berjuang, beliau  Radhiyallahuta’ala ‘anhu pun meninggal dunia.

Setelah Zaid bin Haritsah Radhiyallahuta’ala ‘anhu meninggal dunia maka bendera peperangan digantikan oleh Ja’far bin Abi Thalib  Radhiyallahu ta’ala ‘anhu.

Baca lebih lanjut

Sejarah Perang Mu’tah (2/3)

Ketika pasukan para sahabat akan berangkat ke medan pertempuran, maka Rasulullah ﷺ menyampaikan kalimat perpisahan. Anas bin Malik  Radhiyallahu anhu berkata :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ انْطَلِقُوا بِاسْمِ اللَّهِ وَبِاللَّهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللَّهِ وَلَا تَقْتُلُوا شَيْخًا فَانِيًا وَلَا طِفْلًا وَلَا صَغِيرًا وَلَا امْرَأَةً وَلَا تَغُلُّوا وَضُمُّوا غَنَائِمَكُمْ وَأَصْلِحُوا وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Bahwa Rasūlullāh ﷺ berkata, “Pergilah dengan nama Allah, di atas agama Rasulullah, dan janganlah membunuh orang tua, anak kecil, dan wanita. Dan janganlah berkhianat (dalam pembagian ghanimah), dan kumpulkanlah rampasan perang kalian. Lakukanlah perbaikan dan berbuatlah kebaikan, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan”.

Baca lebih lanjut

Sejarah Perang Mu’tah (1/3)

Telah dijelaskan sebelumnya, terdapat dua macam pasukan perang Rasūlullāh ﷺ yaitu ‘sariyyah’ dan ‘ghazwah’. Sariyyah adalah pasukan yang dikirim oleh Rasūlullāh ﷺ berperang namun Rasūlullāh ﷺ tidak ikut berperang. Ghazwah adalah pasukan perang yang dikirim oleh Rasūlullāh ﷺ dan Rasūlullāh ﷺ ikut berperang di dalamnya.

Nabi tidak selalu ikut serta dalam peperangan, karena hal ini tentu akan memberatkan kaum muslimin.

Baca lebih lanjut