Mengenal Wahsy bin Harb, Pembunuh Hamzah bin Abdul Muthalib & Nabi Palsu Musailamah Al Kadzab


Wahsyi bin Harb (Arab : وحشي بن حرب, Julukan: Abi Dasamah) adalah seorang bekas budak kulit hitam dari Ethiopia milik Jubair bin Muth’im dan dimerdekakan oleh Hindun binti Utbah.

Yang menjadi terkenal karena mampu membunuh paman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memiliki julukan “Singa Allah” yakni, Hamzah bin Abdul Muthalib dan ia juga berhasil membunuh Musailamah al-Kazzab saat pertempuran Yamamah pada zaman Khalifah Abu Bakar.

Dijanjikan Kebebasan

Hindun menjanjikan akan membebaskan Wahsyi bila ia mampu membunuh salah seorang di antara Nabi Muhammad sendiri, Ali bin Abi Thalib atau Hamzah sebagai balas dendam atas kematian ayahnya pada perang Badar.

Wahsyi kemudian menjawab:

Aku tidak akan mampu mendekati Muhammad sama sekali, karena para sahabatnya selalu berada disampingnya lebih dekat dari siapapun.
Ali sangat waspada dalam medan perang”

Sedangkan Hamzah berkelahi dengan sangat brutal sehingga saat pertempuran dia tidak memperhatikan sekelilingnya dan ada kemungkinan aku bisa menjatuhkannya dengan menggunakan tipuan atau menyerangnya saat ia lengah“.

Hindun puas dengan jawaban ini dan menjajikan kemerdekaannya bila ia berhasil.

Berkenaan dengan keberhasilannya membunuh Hamzah pada perang Uhud, Wahsyi bercerita:

“Saat perang Uhud, aku sedang mengikuti Hamzah. Ia sedang menyerang jantung tentara Quraish bagaikan singa yang marah. Ia membunuh siapapun yang mampu dijangkaunya. Aku bersembunyi di belakang pepohonan dan bebatuan agar dia tidak melihatku. Ia terlalu sibuk bertarung. Aku keluar untuk menyergapnya.

Aku, sebagai orang Ethiopia terbiasa melempar lembing dan jarang meleset dari sasaran. Aku bergerak dengan gerakan tertentu dan setelah berada pada jarak tertentu dengannya melemparnya dengan lembing.

Lembing itu mengenai pinggangnya dan keluar di antara kedua kakinya.
Ia kemudian ingin menyerangku namun sakit yang teramat sangat mencegahnya melakukannya.

Ia tetap dalam kondisi itu hingga ajalnya tiba. Kemudian aku menghampirinya dengan hati-hati dan setelah mencabut senjataku dari tubuhnya aku kembali kepada tentara Quraish dan menunggu kemerdekaanku”.

Memeluk Islam dan membunuh Musailamah

Hidayah dari Allah tidak bisa diduga. Ketika Kota Mekkah ditaklukkan dan manusia berbondong-bondong masuk Islam, Wahsyi adalah salah satu di antara mereka. Bahkan dia ikut di dalam delegasi orang-orang Thaif untuk menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sesampainya mereka di Madinah dan bertemu Rasulullah, maka beliau melihat Wahsyi, Rasulullah bertanya, “Apakah engkau Wahsyi?

Kata Wahsyi, “Iya”.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah engkau yang dahulu membunuh Hamzah?

“Seperti itulah sebagaimana berita yang sampai kepada Anda.” Jawab Wahsyi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Bisakah engkau menyembunyikan wajahmu dariku?

Maka Wahsyi pun keluar. (Shahih Al Bukhari no : 4072).

Kisah di atas tadi tidak menunjukkan bahwa nabi menolak keislaman Wahsyi, bagaimana mungkin Nabi menolak padahal beliaulah yang berkata kepada sahabat ‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhu yang artinya “Wahai ‘Amr, tidakkah kamu tahu bahwa Islam itu menghapus dosa sebelumnya?” [Hadis Shahih riwayat Ahmad 4/205]

Yakni, seorang yang kafir apabila masuk Islam maka dosa-dosa yang dilakukan sebelum menjadi seorang muslim diampuni. Sikap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap sahabat Wahsyi bukan pula bentuk dendam kepada Wahsyi, akan tetapi bisa jadi jika beliau melihat Wahsyi akan teringat Hamzah radhiyallahu ‘anhu pamannya.Sehingga yang demikian ini mungkin bisa menyebabkan kesedihan Beliau. Wallahu a’lam.

Setelah memeluk Islam, Washi menceritakan rangkaian peristiwa tersebut sebagai berikut:

“Setelah perang Uhud aku melanjutkan hidup di Mekkah dalam waktu yang cukup lama sampai tentara Muslim menaklukkan Mekkah”.

Aku kemudian melarikan diri ke Tha’if, tetapi segera setelah itu Islam juga menjangkau daerah itu. Aku mendengar bahwa sebesar apapun dosa seseorang, ia akan diampuni.

Lantas aku menghadap Rasulullah dan mengucapkan syahadat.

Ia kemudian melihatku dan menanyakan, “Apakah kau Wahsyi yang sama dengan Wahsyi dari Ethiopia?”

Aku mengiyakan dan dia kembali bertanya: “Bagaimana kau dapat membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib?”

Aku kemudian menceritakan peristiwa tersebut. Rasulullah kemudian berpaling dan mengatakan: “Aku tidak akan melihat wajahmu hingga Hari Berbangkit, karena musibah yang menimpa pamanku oleh tanganmu”.
Kemudian selama Rasulullah masih hidup aku menyembunyikan diri darinya, dan setelah wafatnya peperangan dengan Musailamah berlangsung.

Aku bergabung dengan tentara Islam dan menggunakan senjata yang sama melawan Musailamah, aku berhasil membunuhnya dengan bantuan salah seorang Anshar.

Jika aku membunuh orang terbaik (Hamzah) dengan senjata ini, orang terburuk pun tidak akan sanggup lari darinya.

Wahsy Membunuh Nabi Palsu

Masa pemerintahan Abu Bakar adalah masa-masa tersulit yang dialami oleh Khulafa’u rasyidun. Pada masa ini tidak sedikit dari kabilah-kabilah Arab murtad dari Islam.

Sebagian yang lain menolak memberikan zakat dan sebagian yang lain mengikuti para Nabi palsu semisal Musailamah Al Kadzab, Al Aswad Al ‘Ansi, dan Sajjah. Abu Bakar menghadapi problem-problem tersebut dengan keteguhan.

Beliau mengirim pasukan menuju Bani Hanifah kaumnya Musailamah bin Habib Al Yamami untuk mengajak kembali masuk Islam. Namun, Bani Hanifah sangat fanatik terhadap Musailamah. Dengan kefanatikan itu mereka bersikukuh bahwa Musailamah adalah nabi.

Maka, pertempuran sengitpun tak bisa dihindarkan. Sepertinya para sahabat Nabi belum pernah menghadapi musuh sedahsyat ini, namun mereka terus bersabar dengan kesabaran yang belum pernah didapatkan seperti kala itu.

Saat Bani Hanifah terjepit mereka menutup kebun mereka dan digunakan sebagai benteng. Di dalam benteng ada thaghut mereka si nabi palsu, Musailamah. Para sahabat mengepung benteng kebun ini. Al Bara’ bin Malik meminta untuk dilemparkan ke dalam benteng dan bertekad untuk membuka pintunya.

Pasukan muslimin mengangkat Al Bara’ dan melemparkannya ke dalam benteng. Ketika telah turun ia langsung menyerang para penjaga benteng hingga mampu membuka pintunya. Dengan memakai katapel, pasukan muslimin merangsek masuk ke benteng membunuh orang-orang yang murtad hingga mereka menemukan pimpinan mereka yaitu Musailamah.

Maka sahabat Wahsyi bin Harb radhiyallahu ‘anhu maju dengan melemparkan tombaknya yang dahulu ia gunakan untuk membunuh Hamzah. Tombak tersebut tepat mengenai tubuh Musailamah hingga tembus sementara Abu Dujanah bersegera menebaskan pedangnya kepada Musailamah hingga roboh.

Wahsyi berharap dengan membunuh Musailamah ia telah menebus kesalahannya dahulu ketika ia membunuh Hamzah.

Wahsy Mengikuti Perang Yarmouk

Perang ini terjadi pada tahun 15 H di masa Khalifah Umar bin Al Khaththab. Sebab peperangan ini adalah ketika Heraklius Raja Romawi semakin khawatir melihat kemenangan-kemenangan di pihak muslimin. Maka ia pun mengumpulkan seluruh pasukannya.

Panglima pasukan ia serahkan kepada saudaranya. Berkumpullah pasukan Romawi di tepi Sungai Yarmuk, salah satu sungai kecil di wilayah Jordania. Pasukan muslimin di bawah pimpinan Abu Ubaidah radhiyallahu ‘anhu bermarkaz tepat di depan pasukan Romawi.

Abu Ubaidah menunjuk Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu untuk mengatur pasukan. Maka Khalid merapikan pasukan dengan pengaturan yang luar biasa, belum pernah dilakukan oleh orang Arab sebelumnya.

Pasukan berkuda muslimin menggempur pasukan Romawi dengan penuh keberanian hingga mampu memisahkan antara pasukan penunggang kuda Romawi dengan pasukan pejalan kakinya. Larilah pasukan berkuda Romawi ke belakang setelah gugur ribuan dari mereka akibat serangan yang gagah berani dari pasukan penunggang kuda kaum muslimin.

Setelah itu pasukan muslimin mengarahkan serangannya kepada pasukan pejalan kaki Romawi yang sebagian mereka sudah mulai gugur pula karena terbunuh atau tenggelam di sungai. Akhirnya kemenangan berada di pihak muslimin.

Dalam perang ini, pasukan Romawi terbunuh lebih dari 100.000 orang. Adapun dari kaum muslimin, syahid insya Allah sekitar 3000 orang.

Berkata Ibnu Hajar rahimahullah, “Wahsyi ikut dalam perang Yarmuk, kemudian menetap di Homsh dan meninggal di sana. Semoga Allah meridhainya.”

***

Referensi bacaan :

2 responses to “Mengenal Wahsy bin Harb, Pembunuh Hamzah bin Abdul Muthalib & Nabi Palsu Musailamah Al Kadzab

  1. Ping balik: Kisah Islamnya Wahsy bin Harb radhiyallahu ‘anhu | Abu Zahra Hanifa

  2. Ping balik: Kisah Taubatnya Wahsy bin Harb radhiyallahu ‘anhu | Abu Zahra Hanifa

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s