Fathu Makkah (4) : Islamnya Tokoh Quraisy, Abu Sufyan bin Harits


Di Abwa sebelum memasuki Makkah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertemu dengan Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Sufyan bin al-Harits. Akan tetapi, beliau berpaling dari mereka berdua mengingat betapa hebatnya permusuhan dan kejahatan mereka terhadap beliau dan kaum muslimin.

Ummu Salamah radhiallahu anha berkata kepada beliau, “Janganlah sampai putra paman dan bibi Anda menjadi orang yang paling celaka karena Anda.”

Sementara itu, Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu berkata kepada Abu Sufyan, “Datangilah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari depan. Berkatalah kepada beliau seperti perkataan saudara-saudara Nabi Yusuf alaihis salam,

قَالُواْ تَٱللَّهِ لَقَدۡ ءَاثَرَكَ ٱللَّهُ عَلَيۡنَا وَإِن كُنَّا لَخَٰطِ‍ِٔينَ

“Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa).” (Yusuf: 91)

Sebab, beliau tidak suka ada yang lebih baik perkataannya daripada beliau.”

Abu Sufyan melakukan hal itu. Lantas Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata (membacakan ayat 92),

لَا تَثۡرِيبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡيَوۡمَۖ يَغۡفِرُ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَهُوَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ

“Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.” (Yusuf: 92)

Setelah itu Abu Sufyan melantunkan syairnya,

“Demi umurmu, sungguh ketika aku membawa bendera, Agar prajurit Latta mengalahkan tentara Muhammad, Bagai orang Mudlij yang kebingungan diselimuti kegelapan malam, Inilah waktuku ketika hidayah datang lalu aku menyambutnya, Aku diberi hidayah oleh Haadi (Sang Pemberi hidayah) bukan diriku, dan aku ditunjuki, Kepada Allah, oleh dia yang dahulu kuusir dengan sebenar-benarnya”

Mendengar ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menepuk dadanya sambil berkata, “Engkaulah yang telah mengusirku dengan sebenar-benarnya.”

Sejak saat itu baiklah Islamnya. Bahkan, dikisahkan bahwa dia belum pernah mengangkat kepala menatap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam karena merasa malu. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun mencintai beliau dan mempersaksikannya akan masuk surga.

Kata beliau, “Saya harap dia menjadi pengganti Hamzah.”

Ketika wafatnya, Abu Sufyan berkata kepada keluarganya, “Janganlah kalian tangisi aku. Sebab, demi Allah, aku tidak pernah berbuat dosa sejak aku masuk Islam.”

Demikianlah ketika tauhid itu tertanam kokoh di dalam hati seseorang. Apalagi apabila diikrarkan dengan penuh keyakinan dan kejujuran yang sempurna, niscaya tidak mungkin orang yang mengucapkan kalimat tauhid itu mudah untuk terjatuh dalam perbuatan dosa atau terus-menerus berbuat dosa.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala meridhai Abu Sufyan bin al-Harits, sepupu dan saudara sesusuan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

***

sumber : https://asysyariah.com/islamnya-sejumlah-tokoh-quraisy-fathu-makkah-bagian-empat/

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s