Ammar bin Yasir (6) : Mukjizat Kenabian Dalam Diri Ammar radhiyallahu ‘anhu


Di antara sebagian sahabat, ada beberapa orang yang memiliki keistimewaan di hadapan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Ammar bin Yasir adalah salah satunya.

Ada beberapa riwayat yang menunjukkan keistimewaan Ammar sebagaimana akan dikisahkan di bawah ini.

Tidak lama setelah kepindahan umat Islam ke Madinah, Rasulullah bersama para sahabat mendirikan masjid di sana. Saat mereka sedang bekerja, Sahabat Ali bin Abu Thalib menggubah sebuah bait syair yang didendangkan berulang-ulang dan dikuti oleh mereka. Berikut ini adalah baitnya:

Orang yang memakmurkan masjid nilainya tidak sama, Sibuk bekerja sambil duduk di sini berdiri di sana, Sedang pemalas lari menghindar tertidur di sana

Kebetulan saat itu, Ammar bin Yasir sedang bekerja di salah satu sisi bangunan. Dia juga turut berdendang, mengulang-ulangnya dengan nada yang tinggi. Salah seorang sahabat lalu menyangka bahwa Ammar dengan nyanyiannya hendak menyombongkan dirinya.

Terjadilah pertengkaran di antara mereka, dan kata-kata kemarahan dikeluarkan. Mendengar itu Rasulullah marah, beliau bersabda, “Apa maksud mereka terhadap Ammar? Diserunya mereka ke Surga, tapi mereka hendak mengajaknya ke neraka! Sungguh, Ammar adalah biji mataku sendiri.”[1]

Dalam riwayat lainnya, Utsman bin Abi al-Ash berkata, “Ada dua orang yang sangat disukai Rasulullah sampai pada hari wafat beliau. Mereka adalah Abdullah bin Masud dan Ammar bin Yasir”[2]

Riwayat lainnya, sebgaimana disampaikan Hasan, Rasulullah menugaskan sahabat untuk ekspedisi di bawah komando Amr bin Ash. Seseorang lalu berkata kepadanya, “Rasulullah biasa menunjukmu sebagai komandan, membuatmu selalu dekat dengannya, dan sangat menyukaimu.”

Mengenai hal ini, Amr bin Ash menyatakan, “Meskipun Rasulullah biasa menunjukku sebagai komandan, aku tidak tahu apakah itu karena beliau (berbuat demikian) hanya untuk menenangkan hatiku, atau karena dia benar-benar menyukaiku?

“Namun aku dapat menunjukkan kepadamu dua orang yang sangat disukai Rasulullah sampai pada hari wafat beliau. Mereka adalah Abdullah bin Masud dan Ammar bin Yasir.”[3]

Dalam riwayat lainnya, Hudzaifah bin al-Yaman mengatakan, Rasulullah bersabda, “Aku tidak tahu berapa lama lagi aku akan bersama kalian.”

Mengisyaratkan ke arah Abu Bakar dan Umar, Rasulullah menambahkan, “Ikutilah mereka (Abu Bakar dan Umar) setelah aku, teladanilah gaya hidup Ammar, dan percayalah terhadap apa pun yang dikatakan Ibnu Masud kepada kalian.”[4]

Perihal gaya hidup Ammar yang dimaksud oleh Rasulullah, riwayat ini paling tidak dapat menjadi sedikit gambaran. Abdullah bin Abu Hudzai meriwayatkan, suatu ketika AbdulIaah bin Masud membangun rumahnya, dia berkata kepada Ammar, “Kemari dan lihatlah apa yang telah aku bangun.”

Ammar ikut bersamanya, namun ketika dia melihat rumah itu, dia berkata, “Engkau telah membangun struktur yang kokoh dan memiliki harapan yang panjang (untuk dapat tinggal di sana dalam waktu yang lama), padahal kematianmu sudah sangat dekat.”[5]

Demikianlah beberapa keistimewaan Ammar bin Yasir dalam beberapa riwayat.

Kemudian diriwayatkan pada suatu kisah :

Rasul al-Amin dengan dibantu oleh para sahabat sibuk membina rumah dan mendirikan masjid. Semuanya bekerja dengan riang gembira, mulai dari mengangkut batu, mengaduk pasir dengan kapur, hingga mendirikan dinding.

Sebagian kelompok kerja di satu sisi, dan kelompok lainnya di sisi yang lain. Di tempat baru ini mereka berbahagia, sambil bekerja mereka bernyanyi dengan suara merdu dan lantang:

Andainya kami duduk-duduk berpangku tangan, sedang Nabi sibuk bekerja tak pernah diam, Maka perbuatan kami adalah perbuatan sesat lagi menyesatkan“.

Demikianlah mereka bernyanyi dan berdendang. Lalu mereka menyanyikan lagu lainnya:

Ya Allah, hidup bahagia adalah hidup di akhirat, Berilah rahmat Kaum Anshar dan Kaum Muhajirat

Dan setelah itu terdengar lagu ketiga:Apakah akan sama nilainya?

“Orang yang bekerja membina masjid, Sibuk bekerja, baik berdiri maupun duduk, Dengan yang menyingkir berpangku tangan?”

Sementara itu, Rasulullah SAW yang mulia mengangkat batu yang paling berat dan melakukan pekerjaan yang paling sukar. Sahabat yang lain juga terus bekerja dengan penuh kebahagiaan dan kegembiraan.

Lalu di tengah khalayak ramai yang sedang hilir mudik itu, terlihatlah Ammar bin Yasir yang sedang mengangkat batu besar, memindahkannya dari tempat semula ke tempat yang akan dibangun. Tiba-tiba, Rasulullah melihatnya, dan dengan rasa belas kasihan beliau mendekatinya.

Setelah sampai, tangan beliau yang penuh berkah itu mengibaskan debu yang menutupi kepala Ammar. Lalu dengan pandangan yang dipenuhi oleh nur ilahi, dipandanginya wajah-wajah orang yang beriman yang sedang diliputi ketenangan itu.

Kemudian beliau bersabda di hadapan semua sahabat, “Aduhai Ibnu Sumayyah (Sumayyah adalah ibunda Ammar), dia dibunuh oleh golongan pendurhaka.”

Dan bukan hanya sekali, nubuat ini diulangi kembali oleh Rasulullah. Masih dalam suasana kerja membangun Madinah, di titik Ammar sedang bekerja, dinding di atasnya ambruk menimpanya. Sebagian sahabat menyangka Ammar meninggal, dan mereka menduga bahwa inilah yang dimaksud oleh sabda Rasulullah sebelumnya.

Para sahabat terkejut dan menjadi ribut karenanya, tetapi dengan nada menenangkan dan penuh kepastian, Rasulullah menjelaskan, “Tidak, Ammar tidak apa-apa, hanya nanti dia akan dibunuh oleh golongan pendurhaka.”[6]

Dalam riwayat lainnya, ini terjadi ketika Ammar masih di Makkah dan sedang mengalami penyiksaan dari Bani Makhzum. Diriwayatkan oleh Amr bin Maimun, waktu itu kaum Musyirikin sedang menyalakan api untuk membakar Ammar, Rasulullah sedang melintas.

Meletakkan tangannya di atas kepala Ammar, Rasulullah berkata, “Wahai api! Jadilah sejuk dan nyaman bagi Ammar seperti yang engkau lakukan untuk Ibrahim.” Rasulullah kemudian memberi tahu Ammar bahwa (dia tidak akan mati karena penyiksaan ini, tetapi) sekelompok pemberontak akan membuatnya mati syahid.[7]

Lalu siapakah golongan yang dimaksud yang akan membunuh Ammar tersebut? Dan kapan dan di mana peristiwa tersebut akan terjadi?

Ammar mendengarkan nubuat tersebut dan meyakini kebenaran yang telah diungkapkan oleh pandangan Rasulullah yang menembus masa depan. Meski demikian, dia tidak merasa gentar, karena semenjak menganut Islam, dia telah siap untuk mati syahid di setiap detik baik siang maupun malam, sebagaimana telah terjadi terhadap kedua orang tuanya.

Hari-hari berlalu, tahun demi tahun silih berganti, dan Ammar masih berumur cukup panjang. Hingga sampailah Rasulullah ke tempat tertinggi, disusul oleh Abu Bakar, lalu berangkat pula Umar bin Khattab. Setelah itu Utsman bin Affan naik ke tampuk kekhalifahan.

Sejarawan Khalid Muhammad Khalid menuturkan, “Sementara itu musuh-musuh Islam yang bergerak di bawah tanah, berusaha menebus kekalahannya di medan tempur dengan jalan menyebarluaskan fitnah.

“Terbunuhnya Umar merupakan hasil pertama yang dicapai oleh gerakan subversi ini, yang gerakannya menembus ke Madinah tak ubahnya bagai angin panas, dan bergerak dari negeri yang kerajaan dan singgasananya telah dibebaskan oleh Umat Islam.

“Berhasilnya usaha mereka terhadap Umar membangkitkan minat dan semangat mereka untuk melanjutkannya, mereka sebarkan fitnah dan nyalakan apinya di sebagian besar negeri-negeri Islam.

“Dan mungkin Utsman tidak memberikan perhatian khusus terhadap masalah ini hingga terjadilah pula peristiwa yang menyebabkan syahidnya Utsman dan terbukanya pintu fitnah yang melanda Kaum Muslimin.”[8]

Selanjutnya, setelah menetap bersama Rasulullah di Madinah, Ammar terus mengiringi perjalanan kenabian, termasuk terjun dalam perjuangan bersenjata pada Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, Perang Tabuk, singkat kata, dia ikut semuanya tanpa terkecuali. Namun kisah hidup Ammar masih belum berakhir, dia berumur panjang, bahkan masih hidup cukup panjang setelah wafatnya Rasulullah.[9].

Kisah tentang Ammar masih berlanjut. Peristiwa-peristiwa yang terjadi terhadap Ammar akan disampaikan dalam seri-seri berikutnya.

***

Catatan Kaki:

  1. Khalid Muhammad Khalid, Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah, diterjemahan ke bahasa Indonesia oleh Mahyuddin Syaf, dkk (CV Penerbit Diponegoro: Bandung, 2001), hlm 252-253.
  2. Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir sebagaimana dikutip dalam Ali bin Abdul Malik al-Hindi, Kanzul Ummal (Vol 5, hlm 238), dikutip kembali oleh Hazrat Maulana Muhammad Yusuf Kandehelvi, The Lives of The Sahabah (Vol.2), diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Mufti Afzal Hossen Elias (Zamzam Publisher: Karachi, 2004) hlm 535.
  3. Ibid.
  4. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi. Ibnu Majah juga meriwayatkan hadis yang sama dari Katsir bin Abdullah bin Umar dari ayahnya dari kakeknya, dikutip kembali oleh Hazrat Maulana Muhammad Yusuf Kandehelvi, The Lives of The Sahabah (Vol.1), diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Mufti Afzal Hossen Elias (Zamzam Publisher: Karachi, 2004) hlm 47.
  5. Abu Nuaim al-Isfahani, Hilyat al-Awliya (Vol 1, hlm 142), dikutip kembali dalam Hazrat Maulana Muhammad Yusuf Kandehelvi, The Lives of The Sahabah (Vol.2), Op.Cit., hlm 329.
  6. Khalid Muhammad Khalid, Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah, diterjemahan ke bahasa Indonesia oleh Mahyuddin Syaf, dkk (CV Penerbit Diponegoro: Bandung, 2001), hlm 257-259.
  7. Abu Abdullah Muhammad bin Sa‘d bin Mani al-Basri al-Hasyim
  8. Khalid Muhammad Khalid, Op.Cit., hlm 259
  9. Khalid Muhammad Khalid, Op.Cit., hlm 254.

Selengkapnya dalam sumber :

One response to “Ammar bin Yasir (6) : Mukjizat Kenabian Dalam Diri Ammar radhiyallahu ‘anhu

  1. Ping balik: Mukjizat Nabi Muhammad (10) : Berita Syahidnya Ammar bin Yasir Ditangan Pemberontak | Abu Zahra Hanifa

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s