Amirul mukminin Utsman bin Affan terkenal dengan akhlaknya yang mulia, sangat pemalu, dermawan, dan terhormat. Terlalu panjang untuk mengisahkan kemuliaan beliau pada kesempatan yang sempit ini.
Keutamaan ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘anhu
1). Salah satu sahabat yang dijamin masuk surga
Dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu berkata bahwasanya beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ، وَعُمَرُ فِي الْجَنَّةِ، وَعُثْمَانُ فِي الْجَنَّةِ، وَعَلِيٌّ فِي الْجَنَّةِ
“Abu Bakar di surga, ‘Umar di surga, ‘Utsman di surga, ‘Ali di surga” (HR At-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, no. 50.).
2). Bersegera dalam Kebaikan
Di dalam Shahih Al-Bukhari, Imam Al-Bukhari rahimahullah mengatakan:
وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ حَفَرَ بِئْرَ رُومَةَ فَلَهُ الْجَنَّةُ. فَحَفَرَهَا عُثْمَانُ. وَقَالَ: مَنْ جَهَّزَ جَيْشَ الْعُسْرَةِ فَلَهُ الْجَنَّةُ. فَجَهَّزَهُ عُثْمَانُ
“Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Barangsiapa yang menggali (membeli) sumur Rumah, maka baginya surga.” Maka ‘Utsman pun menggalinya (membelinya). Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang mempersiapkan (perbekalan) bagi pasukan ‘Usrah (yang mengalami kesusahan), maka baginya surga.” Maka ‘Utsman pun mempersiapkannya.” (Disebutkan di dalam Kitab Shahih Al-Bukhari sebelum hadits no. 3695).
3). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan tentang beliau sebagai seorang yang syahid
Dikisahkan di dalam hadits dari Anas, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendaki Gunung Uhud, dan bersama beliau Abu Bakar, ‘Umar, dan ‘Utsman. Dan (tatkala gunung itu) berguncang, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اُسْكُنْ أُحُدُ – أَظُنُّهُ ضَرَبَهُ بِرِجْلِهِ – فَلَيْسَ عَلَيْكَ إِلَّا نَبِيٌّ وَصِدِّيقٌ وَشَهِيدَانِ
“Tenanglah Uhud (seingat saya –perawi hadits ini- beliau menghentaknya dengan kakinya), tidaklah yang sedang di atasmu melainkan seorang Nabi, seorang Shiddiq (Abu Bakar), dan dua orang yang (akan mati) syahid (‘Umar dan ‘Utsman).” (HR Al-Bukhari, no. 3697).
Dan benarlah apa yang disabdakan Nabi, Utsman dibunuh oleh orang-orang Khawarij yang memberontak dan mengepung beliau hingga akhirnya membunuhnya.
4). Mendapatkan julukan Dzun Nurain
Beliau mendapat julukan Dzun Nurain, yaitu yang memiliki dua cahaya. Dua cahaya yang dimaksud adalah dua putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ruqayyah dan Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anhuma.
Beliau menikah dengan putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Ruqayah sebelum masa kenabian. Dari Ruqayyah, beliau dikaruniai putra yang bernama ‘Abdullah. Ruqayyah meninggal dunia dikarenakan sakit yang dialaminya. Beliau meninggal pada salah satu malam-malam peristiwa Perang Badr.
Setelah Ruqayyah meninggal dunia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahkan ‘Utsman bin ‘Affan dengan putrinya yang bernama Ummu Kultsum. (Silakan lihat Siyar A’lam An-Nubala, jilid 28, halaman 149-150.).
5). Memiliki perhatian yang besar terhadap Al-Quran
Beliau dikenal sebagai orang yang hafal Al-Quran dan perhatiannya pun sangat besar terhadap Al-Quran. Beliaulah yang meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baiknya kalian adalah yang mempelajari Al-Quran dan yang mengajarkannya.” (HR Al-Bukhari) Beliau juga berkata:
لَوْ طَهُرَتْ قُلُوْبُكُمْ مَا شَبِعْتُمْ مِنْ كَلَامِ رَبِّكُمْ
“Sekiranya hati-hati kalian masih suci, maka niscaya tidak akan pernah kenyang dari firman Rabb kalian (yaitu Al-Quran).” (Kitab Az-Zuhd, karya Ibnu Abi ‘Ashim, halaman 128).
Sejarah telah mencatat kalimat-kalimat penuh hikmah dari Utsman bertutur tentang Alquran. Ia berkata: “Jika hati kita suci, maka ia tidak akan pernah puas dari kalam Rabb nya.” (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah, bab al-Adab wa at-Tasawwuf).
Beliau juga mengatakan, “Sungguh aku membenci, satu hari berlalu tanpa melihat (membaca) Alquran.” (al-Bidayah wa an-Nihayah oleh Ibnu Katsir, 10: 388).
Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Bagian dunia yang kucintai ada tiga: (1) mengenyangkan orang yang lapar, (2) memberi pakaian mereka yang tak punya, dan (3) membaca Alquran”. (Irsyadul Ibad li Isti’dadi li Yaumil Mi’ad, Hal: 88).
Dalam kesempatan lainnya, Utsman berkata, “Ada empat hal ketika nampak merupakan keutamaan. Jika tersembunyi menjadi kewajiban. (1) Berkumpul bersama orang-orang shaleh adalah keutamaan dan mencontoh mereka adalah kewajiban. (2) Membaca Alquran adalah keutamaan dan mengamalkannya adalah kewajiban. (3) Menziarahi kubur adalah keutamaan dan beramal sebagai persiapan untuk mati adalah kewajiban. (4) Dan membesuk orang yang sakit adalah keutamaan dan mengambil wasiat darinya adalah kewajiban”. (Irsyadul Ibad li Isti’dadi li Yaumil Mi’ad, Hal: 90).
Di masa beliau jugalah, Al-Quran dibukukan dan dikumpulkan ke dalam mushaf dengan satu bacaan, sehingga di zaman ini kita mudah untuk mempelajari dan menghafalkanya.
6). Penduduk Surga Yang Hidup di Bumi
Dari Abu Musa al-Asy’ari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke sebuah kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun tersebut. Kemudian datang seorang lelaki untuk masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata laki-laki tersebut adalah Abu Bakar. Setelah itu datang laki-laki lain meminta diizinkan masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata lelaki itu adalah Umar bin al-Khattab. Lalu datang lagi seorang lelaki meminta diizinkan masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, “Izinkan ia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai dengan cobaan yang menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman bin Affan.
7). Kedudukan Utsman Dibanding Umat Islam Lainnya
Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku melihat bahwa aku di letakkan di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi daun timbangan lainnya, ternyata aku lebih berat dari mereka. Kemudian diletakkan Abu Bakar di satu daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata Abu Bakar lebih berat dari umatku. Setelah itu diletakkan Umar di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi yang lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka. Lalu diletakkan Utsman di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka.” (al-Ma’rifatu wa at-Tarikh, 3: 357).
Hadis yang serupa juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari jalur Umar bin al-Khattab.
Hadis ini menunjukkan kedudukan Abu Bakar, Umar, dan Utsman dibandingkan seluruh umat Nabi Muhammad yang lain. Seandainya orang-orang terbaik dari umat ini dikumpulkan, lalu ditimbang dengan salah seorang dari tiga orang sahabat Nabi ini, niscaya timbangan mereka lebih berat dibanding seluruh orang-orang terbaik tersebut.
8). Kabar Tentang Kekhalifahan dan Orang orang Yang Akan Memberontaknya
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah pernah mengutus seseorang untuk memanggil Utsman. Ketika Utsman sudah datang, Rasulullah menyambut kedatangannya. Setelah kami melihat Rasulullah menyambutnya, maka salah seorang dari kami menyambut kedatangan yang lain. Dan ucapan terakhir yang disampaikan Rasulullah sambil menepuk pundak Utsman adalah :
“Wahai Utsman, mudah-mudahan Allah akan memakaikanmu sebuah pakaian (mengamanahimu jabatan khalifah), dan jika orang-orang munafik ingin melepaskan pakaian tersebut, jangalah engkau lepaskan sampai engkau bertemu denganku (meninggal).” Beliau mengulangi ucapan ini tiga kali. (HR. Ahmad).
Dan akhirnya perjumpaan yang disabdakan Rasulullah pun terjadi. Dari Abdullah bin Umar bahwa Utsman bin Affan berbicara di hadapan khalayak, “Aku berjumpa dengan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam di dalam mimpi, lalu beliau mengatakan, ‘Wahai Utsman, berbukalah bersama kami’.” Maka pada pagi harinya beliau berpuasa dan di hari itulah beliau terbunuh. (HR. Hakim dalam Mustadrak, 3: 103).
Katsir bin ash-Shalat mendatangi Utsman bin Affan dan berkata, “Amirul mukminin, keluarlah dan duduklah di teras depan agar masyarakat melihatmu. Jika engkau lakukan itu masyarakat akan membelamu. Utsman tertawa lalu berkata, ‘Wahai Katsir, semalam aku bermimpi seakan-akan aku berjumpa dengan Nabi Allah, Abu Bakar, dan Umar, lalu beliau bersabda, ‘Kembalilah, karena besok engkau akan berbuka bersama kami’. Kemudian Utsman berkata, ‘Demi Allah, tidaklah matahari terbenam esok hari, kecuali aku sudah menjadi penghuni akhirat’.” (Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat, 3: 75).
Demikianlah sedikit cuplikkan tentang keutamaan Utsman bin Affan yang mungkin tertutupi oleh orang-orang yang lebih senang memperhatikan aib-aibnya. Padahal aib itu sendiri adalah fitnah yang dituduhkan kepadanya.
Semoga Allah meridhai Utsman bin Affan dan memasukkannya ke dalam surga yang penuh kedamaian.
Ping balik: Khalifah Utsman bin Affan (8) : Terbukalah Pintu Fitnah Di Masa Beliau | Abu Zahra Hanifa
Ping balik: Benarkah Bani Umayyah Membenci Ahlul Bait ? | Abu Zahra Hanifa
Ping balik: Mengenal Keluarga Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam | Abu Zahra Hanifa