Abu Jahal nama aslinya Amr bin Hisyam bin Mughirah dari suku Makhzum.
Dia termasuk pemuka suku Quraisy dari kabilah Kinanah. Sebelumnya dia digelari masyarakatnya dengan Abul Hakam (bapak kebijaksanaan) karena dianggap cerdas.
Dia diizinkan untuk mengikuti Darun Nadwah – forum orang Quraisy yang hanya dihadiri oleh para pembesar Quraisy. Namun oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam digelari dengan Abu Jahal (bapak kebodohan). Karena dia membunuh Sumaiyah bintu Khayyath dengan tombak yang dimasukkan ke kemaluannya sampai mati.
Dialah yang mengusulkan untuk membantai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bareng-bareng dari banyak suku. Ketika mereka berkumpul di Dar an-Nadwah membahas, bagaimana cara paling tepat untuk membunuh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada banyak usulan, tapi semuanya mentok, karena mereka khawatir Bani Abdi Manaf akan menggugat dan menunntut qishas.
Kemudian Abu Jahal usul,
Setiap kabilah harus mengutus satu pemuda yang paling kuat, paling gagah, paling bagus. Masing-masing kita beri pedang terhunus, kemudian bersama-sama menyerang Muhammad dengan satu komando, dan dibunuh bareng-bareng. Jika Bani Abdi Manaf menuntut, mereka tidak akan mampu melawan banyak suku. Sehingga Bani Abdu Manaf hanya akan meminta ganti diyat 100 ekor onta.
Dan rencana inilah yang dijalankan… permusuhannnya yang luar biasa kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimin, hingga dia digelari dengan Fir’aun umat ini.
Abu Jahal mati ketika perang Badar. Pada saat barisan kaum muslimin berhadapan dengan barisan musyrikin, tiba ada 2 pemuda berusia 16an tahun berposisi tepat disamping kanan dan kiri Abdurrahman bin Auf. Mereka adalah Muawidz dan Muadz bin Afra. Masing-masing bertanya kepada Abdurrahman bin Auf, ‘Wahai paman, mana Abu Jahal yang paling keras memusuhi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam’. Setelah ditunjukkan, kedua pemuda ini berlomba menyerang hingga Abu Jahal tersungkur.
Setelah perang usai, Ibnu Mas’ud menyisir lapangan perang, hingga ketemu Abu Jahal yang sudah tidak berdaya.
“Siapa hari ini yang menang?” tanya Abu Jahal.
“Allah dan Rasul-Nya yang menang, wahai musuh Allah.” jawab Ibnu Mas’ud.
“Sungguh kamu telah berhasil naik ke puncak yang sulit, wahai penggembala kambing.” Kata Abu Jahal.
Kemudian Ibnu Mas’ud memenggal kepala Abu Jahal yang sudah terpotong telinganya. Dan dibawanya menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau berkomentar, “Telinga balas telinga dan ditambah kepala.”
Karena Abu Jahal pernah memotong telinga Ibnu Mas’ud.
Read more https://konsultasisyariah.com/29308-siapa-abu-lahab-dan-abu-jahal.html
Ping balik: Abu Jahal, Musuh yang Mengakui Kebenaran Rasulullah | Abu Zahra Hanifa
Ping balik: Sirah Nabi (38) : Persiapan Rasulullah Hijrah Ke Madinah | Abu Zahra Hanifa
Ping balik: Sa’id bin Zaid, Sing Perang Yarmuk | Abu Zahra Hanifa
Ping balik: Sa’id bin Zaid, Singa Perang Yarmuk | Abu Zahra Hanifa