Beberapa Kejadian Penting dalam Penggalian Parit
Penggalian parit bukanlah pekerjaan yang ringan. Apalagi dalam cuaca yang sangat dingin ketika itu. Belum ditambah dengan keterbatasan makanan, hingga dikisahkan bahwa mereka bahkan tidak makan selama tiga hari.
Namun begitulah iman, keteguhan iman mereka tidak menjadikan mereka putus asa. Bahkan mereka sangat bersemangat dalam menggali parit, ditambah keikutsertaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama mereka. Maka tidak membutuhkan waktu lama selesailah mereka menggali parit.
Ketika kaum Muslimin dalam pekerjaannya menggali parit, banyak terjadi peristiwa yang ajaib. Yang mana ini merupakan tanda kenabian Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Diantaranya adalah apa yang terjadi pada Jabir bin Abdullah Rodhiyallahu ‘anhu. Dia melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang dalam keadaan tersiksa karena rasa lapar yang sangat.
Maka dia menyembelih seekor hewan dan istrinya menanak satu sha’ tepung gandum. Setelah masak, Jabir membisiki Rasulullah secara pelan pelan agar datang ke rumahnya bersama beberapa sahabat saja. Tapi beliau justru berdiri dihadapan semua orang yang sedang menggali parit yang berjumlah seribu orang, lalu mereka melahap makanan yang tak seberapa banyak hingga semua kenyang. Bahkan masih ada sisa dagingnya, begitu pula adoanan tepung roti.
Ada yang lebih menakjubkan dari kisah di atas, yaitu apa yang dikisahkan oleh Al Barra Rodhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Saat menggali parit, dibeberapa tempat kami terhalang oleh tanah yang sangat keras dan tidak bisa digali dengan cangkul. Kami melaporkan hal ini kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Beliau datang mengambil cangkul dan bersabda, “Bismillah…” Kemudian menghantam yang keras itu dengan sekali hantaman. Beliau bersabda, “Allah maha besar. Aku diberi kunci-kunci Syam. Demi Allah aku benar benar bisa melihat istana istananya yang bercat merah pada saat ini”. Lalu beliau menghantam untuk yang kedua kalinya bagian tanah yang lain.
Beliau bersabda lagi, “Allah Maha Besar, aku diberi tanah Persi. Demi Allah saat inipun aku bisa melihat istana Mada’in yang bercat putih”. Kemudian beliau menghantam untuk yang ketiga kalinya, dan bersabda, “Bismillah….”. Maka hancurlah tanah atau batu yang masih menyisa. Kemudian beliau beliau bersabda: “Allah Maha Besar, aku diberi kunci kunci Yaman. Demi Allah, dari tempatku ini aku bisa melihat pintu pintu gerbang Shan’a”.
Itulah diantara peristiwa menakjubkan yang terjadi ketika penggalian parit. Hal ini menunjukan kenabian beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sehingga menambah keyakinan dan harapan orang orang beriman kepada Allah ta’ala.
Berbeda dengan orang orang yang berpenyakit di dalam hatinya, mereka justru mengolok ngolok Rasulullah Shallallallahu ‘Alaihi wa Sallam.Mereka mengatakan kepada yang lain, “lihatlah apa yang dikatakan oleh Muhammad, dia menjanjikan kepada kalian kunci-kunci Yaman, Istana Madain, dan pintu-pintu gerbang Shan’a, padahal saat ini, menghancurkan satu batu besar saja tidak bisa, sungguh ini adalah penipuan”. Inilah sikap orang Munafik sepanjang zaman terhadap janji Allah.
Bagaimana Peperangan Berlangsung?
Ketika orang orang musyrik hendak melancarkan serbuan ke arah orang orang Mu’min dan menyerang Madinah, ternyata mereka harus berhadapan dengan parit. Karena itu mereka memutuskan untuk mengepung orang orang Muslim di Madinah. Padahal tatkala keluar dari rumah, mereka tidak siap untuk melakukan pengepungan. Karena mereka sama sekali tidak mengenal siasat perang yang dilakukan oleh kaum Muslimin pada saat itu, dan mereka sama sekali tidak memperhitungkannya.
Akhirnya pasukan Ahzab mendirikan kemah di luar parit. Beberapa kali pasukan berkuda Ahzab berusaha menyeberang parit, namun usaha mereka selalu gagal setelah pasukan Muslimin menghalau mereka dengan hujan anak panah.
Di saat seperti itu, Yahudi bani Quraidhah yang tinggal di Madinah merobek isi perjanjian damai dengan Rasulullah. Tidak hanya itu, mereka juga bersiap-siap melakukan pengkhianatan dan membantu pasukan Ahzab untuk menghabisi kaum Muslimin. Akibatnya, umat Islam menghadapi musuh yang besar di luar dan musuh di dalam.
Akhir Peperangan dan Kekalahan Kaum Musyrikin
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahakan seorang sahabatnya yang baru masuk Islam dari Ghothofan yang bernama Nu’aim bin Mas’ud untuk membuat tipu muslihat diantara kaum kufar. Maka seketika itu juga dia mendatangi Bani Quroidhoh, yang menjadi teman karibnya semasa jahiliyah, dan mendatangi Ghothofan untuk memecah belah mereka.
Rencana ini pun berhasil. Nu’aim mampu memperdayai kedua belah pihak dan menciptakan perpecahan di barisan musuh, sehingga semangat mereka menurun drastis.
Sementara orang orang Muslim selalu berdoa kepada Allah, dan Rasulullah Shalalllahu ‘alaihi wasallam juga berdoa untuk kemalangan musuh: “Ya Allah yang menurunkan Al Kitab, yang cepat hisab Nya, kalahkanlah pasukan musuh. Ya Allah, kalahkanlah dan goncangkanlah mereka”.
Allah mendengar doa Rosul Nya dan kaum Muslimin. Setelah muncul perpecahan di barisan pasukan Ahzab, dan mereka bisa diperdayai, Allah ta’ala mengirimkan pasukan berupa angin taufan kepada mereka sehingga kemah mereka porak poranda. Allah juga mengirim pasukan yang terdiri dari Malaikat yang membuat mereka menjadi gentar dan kacau, menyusupkan ketakutan di dalam hati mereka.
Al Qur’an berbicara tentang Perang Khondak
Allah ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan ni’mat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya . Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan” (Qs. Al Ahzab: 9).
Imam As Sa’di Rohimahullah berkata, “Allah ta’ala telah menyebutkan nikmatnya kepada kaum Mu’minin, dan memerintahkan mereka untuk mensyukurinya, yaitu ketika datang kepada mereka para penduduk Makkah dan Hijaz dari atas mereka dan para penduduk Najd dari bawah mereka, mereka bersekongkol dalam menghabisi Rosulullah Shallallalahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabat, yang itu terjadi pada perang Khandak”.
Kemudian disebutkan dalam ayat selanjutnya: “(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Disitulah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat.” (Qs. Al Ahzab: 10-11).
Dalam ayat ini Allah ta’ala menggambarkan ujian dihadapi kaum muslimin ketika itu. Bagaimana ketakutan yang menyelimuti madinah dan kesusahan yang menimpa pendudukanya, tidak ada seorangpun kecuali mereka merasakan ketakutan dan kegelisahan.
Pasukan Makkah dan Hijaz datang dari atas mereka, dari bawah yaitu penduduk Najd, dan sekutu sekutu lainnya, mereka berkumpul dalam tujuan yang sama; menyerang kaum Muslimin. Ditambah dengan kaum yahudi Madinah yang merobek perjanjian, juga pengepungan yang berjalan cukup lama.
***
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/25707-mengambil-pelajaran-dari-perang-ahzab-2.html
Ping balik: Kumpulan Artikel Seputar Sirah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam (2) | Abu Zahra Hanifa