Seorang hamba sudah sepantasnya mengenal dan mengetahui siapa tuhannya, kepada siapa dia akan meminta pertolongan, kepada siapa dia akan berlindung dari mara bahaya serta kepada siapa dia akan meminta rizki.
Bagi sorang muslim sudah jelas bahwa Allah ta’ala adalah tempat baginya untuk bersimpuh, tempat baginya untuk berlindung, meminta pertolongan, dan baginya tempat untuk meminta rizki.
Seorang muslim dapat lebih mengenal Allah dengan memahami makna dari pembagian tauhid yang ketiga ini, yaitu tauhid asmaa’ dan sifat. Makna tauhid asmaa’ dan sifat adalah beriman kepada Allah ta’ala atas nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang tinggi tanpa mengubah, menafikan, menanyakan bagaimana dan menyerupakan.
Allah ta’ala berfirman :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada suatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat” (QS. Asy-Syura : 11).
Pada potongan ayat di atas dijelaskan bahwa tidak ada suatupun yang sebanding atau menyamai Allah ta’ala, karena Dia adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Maha Esa dan tiada yang menandingi-Nya. Di dalam potongan ayat ini tercantum juga dua dari nama-nama Allah yang indah sebagai gambaran atas kekuasaan Allah ta’ala. Dialah yang maha mendengar atas segala sesuatu dan Dialah yang maha melihat atas segala sesuatu dan tidak ada yang menyamai sifat maha mendengar dan maha melihat Allah.
Pada setiap nama-nama dan sifat-sifat Allah mengandung makna yang sangat agung, sebagai wujud dan bukti atas keagungan dan kekuasaan Allah ta’ala. Akan tetapi nama dan sifat Allah berbeda dengan nama dan sifat makhlukNya.
Seorang muslim tidak boleh mengingkari ataupun menyamakan nama- nama Allah yang indah dan sifat-sifat Allah yang tinggi dengan nama dan sifat makhluk-Nya, sebagaimana tidak diperbolehkan menyamakan dzat Allah dengan dzat pada makhluk-Nya. Maka barang siapa yang melakukannya sungguh dia telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan telah berdusta terhadap Allah dan Rasul-Nya.
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُون
“Hanya milik Allah Asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalakan orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf : 180).
فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا
“Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?” (QS. Al-Kahfi : 15).
Oleh karena itu seorang muslim harus beriman atas seluruh nama-nama dan sifat-sifat Allah yang tinggi dengan sepenuh hati serta berdasarkan apa yang telah tercantum dalam alquran dan hadits, tanpa mengubah dan menambahkan. Karena yang berhak memberikan nama dan sifat atas Allah hanyalah Allah ta’ala dan Rasul-Nya, serta menyakini bahwa tidak ada yang lebih sempurna selain Allah ta’ala.
Kesempurnaan Allah adalah mutlak tidak ada yang menyamai-Nya.
***
sumber :